Jalan Lengkong kecil selalu punya cara menyajikan malam dengan rasa di Kota Bandung, (05/11/2025). (Foto: Zaki Al Ghifari)

Ayo Netizen

Cerita Kuliner Nasi Tempong dan Jalanan Lengkong yang tak Pernah Sepi

Senin 15 Des 2025, 16:52 WIB

Bagi warga Bandung, Jalan Lengkong kecil di Kelurahan Paledang, bukan sekedar wilayah kota melainkan ruang pertemuan antara tradisi dan tren. Di sinilah, makanan kaki lima bertemu dengan para pencari rasa dan gaya.

Dari gerobak sederhana yang dulu hanya disinggahi buruh malam, kini berubah jadi destinasi kuliner bergengsi yang diburu berbagai kalangan dari anak muda hingga orang tua.

Salah satu kisahnya datang dari Nasi Tempong Rama Shinta, yang dahulu merasakan jualan di gerobak hingga kini punya kedai yang selalu ramai pembeli. Tyo, salah satu pegawai, menjelaskan perjalanan bisnis tempatnya bekerja. 

“Nasi Tempong Rama Shinta menjadi contoh nyata bagaimana kuliner jalanan lengkong bertransformasi dari gerobak sederhana menjadi simbol gengsi baru,” tutur pria tersebut, (7/11/25).

Di tengah maraknya kafe modern dan restoran cepat saji, warung seperti ini justru bertahan karena kejujuran rasa dan kehangatan pelayanya.   Ia  masih ingat betul saat pertama kali Nasi Tempong Rama Shinta hanya berupa gerobak kecil di pinggir jalan.

"Sekarang alhamdulillah , udah punya tempat tetap dan pengunjungnya semakin hari semakin ramai di kunjungi pelanggan,” tambahnya.

Kesuksesan Nasi Tempong Rama Shinta  bukan datang begitu saja. Menu andalan berupa nasi hangat lauk tempe, ikan asin, dan sambal pedas itu ternyata maghnet tersendiri bagi para pengunjung. Pengunjung yang awalnya datang karena penasaran dengan pedasnya sambal,lalu kembali karena rasa rumahan yang sulit di lupakan.  

Penulis berfoto bersama narasumber sesudah proses wawancara, Tyo pegawai Nasi Tempong Rama Shinta, di Jalan Lengkong Kecil, Kelurahan Paledang, Kota Bandung. (Foto: Zaki Al Ghifari)

Kini, meski tampil lebih rapi dengan tenda besar dan terdapat bangunan di belakangnya, nasi tempong rama shinta tetap mempertahankan citra rasa dan harga kaki lima. Semakin larut malam, pelanggan masih berdatangan. Asap wajan, aroma sambal, dan tawa pelanggan berpadu menciptakan suasana yang hangat.  

Bagi  Tyo, bekerja di warung bukan hanya mencari rezeki tetapi juga menjalin persaudaraan  dan menjaga kepercayaan pelanggan.

“Kunci bertahan bukan hanya rasa tapi juga sikap,orang datang bukan cuma karena enak, tapi karena dilayani dengan hati.” imbuhnya.

Banyak yang menganggap makan di nasi tempong Rama shinta seperti pulang kerumah sendiri. Tidak ada jarak antara penjual dan pembeli semua di satukan oleh sambal pedas dan suasana akrab yang hangat.

Jalan lengkong tetap hidup dengan aroma masakan dan cerita kecil di setiap piring. Dari gerobak sederhana kini menjadi tempat yang di kenal banyak orang.  

Di sudut jalan lengkong, kehidupan terus berjalan, dan aroma sambal dari dapur nasi tempong rama shinta tetap jadi penanda bahwa bandung tak pernah kehilangan rasa.

Dari gerobak hingga menjadi kebanggan, warung kecil ini mengajarkan bahwa gengsi sejati bukan soal tampilan melainkan tentang rasa dan perjuangan di baliknya. (*)

Tags:
kuliner BandungLengkong KecilNasi Tempong Rama Shinta

zaki algifari

Reporter

Aris Abdulsalam

Editor