Bila membaca UI GreenCityMetric 2025, Kota Bandung menempati peringkat ke-20 dengan total skor 6.297,5. Kota Cimahi berada di posisi ke-28 dengan skor 5.770, dan Kabupaten Bandung menempati peringkat ke-38 dengan skor 1.187,5. Untuk tiga besar kota dengan skor tertinggi diraih oleh Kota Surabaya (8.122,5), Kota Madiun (8.112,5), dan Kota Semarang (7.972,5).
Kini, isu keberlanjutan dan pembangunan ramah lingkungan menjadi perhatian utama dalam tata kelola perkotaan di Indonesia. Seiring meningkatnya tantangan perubahan iklim, pengelolaan sumber daya, dan kualitas hidup masyarakat, pemerintah daerah dituntut untuk menghadirkan kebijakan yang adaptif, inovatif, dan berorientasi jangka panjang.

UI GreenCityMetric
Dalam konteks ini, kehadiran UI GreenCityMetric menjadi instrumen strategis untuk memotret dan mendorong kinerja keberlanjutan kabupaten/kota di Indonesia secara terukur dan berbasis data.
Diluncurkan pada tahun 2022, UI GreenCityMetric diikuti oleh 29 kabupaten/kota pada tahun pertama pelaksanaannya. Pemeringkatan ini menilai kinerja daerah berdasarkan enam kategori utama; Penataan Ruang dan Infrastruktur, Energi dan Perubahan Iklim, Tata Kelola Sampah dan Limbah, Tata Kelola Air, Akses dan Mobilitas, serta Tata Pamong (Governance).
Tujuan utamanya adalah mendorong pemerintah daerah untuk mengimplementasikan kebijakan yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Jejak Kota Hijau
Partisipasi daerah dalam UI GreenCityMetric terus menunjukkan tren peningkatan. Pada tahun 2023, jumlah peserta bertambah menjadi 58 kabupaten/kota. Angka ini meningkat menjadi 64 kabupaten/kota dari 23 provinsi pada tahun 2024, dan kembali bertambah menjadi 71 kabupaten/kota dari 23 provinsi pada tahun 2025.
Direktur Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan Kementerian Dalam Negeri RI, Safrizal ZA, menjelaskan UI GreenCityMetric berpotensi memperkuat implementasi Peraturan Pemerintah tentang Perkotaan. Menurutnya, pemeringkatan ini dapat menjadi referensi penting dalam mengelaborasi isu-isu lingkungan, pembangunan berkelanjutan, inovasi, serta kolaborasi antar kota di Indonesia. Dengan kerja sama ini dapat terus berlanjut demi mewujudkan Indonesia yang lebih baik.
Junaidi, Wakil Kepala UI GreenMetric Bidang Komunikasi, Program, dan Kerja Sama, menyoroti perkembangan positif UI GreenCityMetric. Pada tahun 2024 terdapat 64 kabupaten/kota dari 23 provinsi yang berpartisipasi, dan diharapkan jumlah terus meningkat guna mendorong transformasi Indonesia menuju arah pembangunan yang lebih berkelanjutan.
Bukan hanya sekadar alat pemeringkatan, UI GreenCityMetric berfungsi sebagai wadah berbagi pengetahuan (sharing knowledge) bagi pemerintah daerah. Sejak diluncurkan, UI GreenMetric secara konsisten menyelenggarakan berbagai workshop dan forum diskusi untuk saling berbagi pengalaman dan praktik terbaik dalam merumuskan kebijakan serta inisiatif berbasis keberlanjutan. Forum ini diharapkan dapat memperkuat kolaborasi antardaerah dan mempercepat adopsi strategi pembangunan berkelanjutan.
Nyoman menambahkan pada UI GreenCityMetric 2025 terdapat penguatan indikator baru, khususnya terkait peningkatan kesadaran masyarakat. Indikator ini disematkan pada setiap kriteria utama guna mendorong sinergi antara kebijakan pemerintah daerah dan perubahan perilaku masyarakat (behavioural change) dalam implementasi keberlanjutan. (Rilis Peluncuran UI GreenCityMetric 2025 untuk Kabupaten/Kota di Indonesia, Jakarta, 12 Februari 2025 dan www.greenmetric.ui.ac.id/city)

Perkuat Inovasi Bandung Utama
Dalam konteks Kota Bandung, perolehan skor 6.297,5 dengan rincian: Penataan Ruang dan Infrastruktur (750), Energi dan Perubahan Iklim (1.135), Tata Kelola Sampah dan Limbah (1.275), Tata Kelola Air (700), Akses dan Mobilitas (1.275), serta Tata Pamong (1.162,5).
Capaian ini menunjukkan Paris van Java (PVJ) dengan jargon Bandung Utama masih jauh dari harapan, tapi memiliki ruang strategis untuk memperkuat kebijakan dan inovasi menuju kota yang lebih hijau, inklusif, dan berkelanjutan.
Pasalnya, pemeringkatan berbasis data, penguatan kolaborasi, peningkatan kesadaran masyarakat, inisiatif ini dapat menjadi pijakan strategis bagi pemerintah kabupaten/kota, termasuk Kota Bandung.
Semuanya dalam merancang langkah konkret menuju lingkungan perkotaan yang hijau, tangguh, dan berdaya saing. Ini sejalan dengan visi pembangunan nasional dan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). (*)