Mengarusutamakan Kesetaraan Gender: Setara dari Rumah, Adil hingga Negara

Bayu Hikmat Purwana
Ditulis oleh Bayu Hikmat Purwana diterbitkan Jumat 24 Okt 2025, 14:49 WIB
Ilustrasi wanita Indonesia. (Sumber: Pexels/Nurul Sakinah Ridwan)

Ilustrasi wanita Indonesia. (Sumber: Pexels/Nurul Sakinah Ridwan)

Pengarusutamaan gender di Indonesia masih menghadapi tantangan besar. Berdasarkan Global Gender Index (GGI) versi World Economic Forum, indeks kesetaraan gender Indonesia menempati peringkat ke-92 dari 146 negara dengan skor 0,697. Dalam aspek pendidikan perempuan, Indonesia berada pada peringkat ke-102. Dan berdasarkan Gender Inequality Index (GII), Indonesia dalam dimensi ketidaksetaraan gender menduduki urutan ke-110 dari 191 negara, posisi yang masih tertinggal dari rata-rata negara berkembang.

Fenomena ini berakar sejak lama dalam relasi antara laki-laki dan perempuan. Ketika laki-laki berhenti melihat perempuan sebagai mitra, hubungan berubah menjadi hierarki, antara yang memimpin dan yang mengikuti. Padahal, manusia diciptakan untuk saling melengkapi, bukan saling menaklukkan.

Dalam masyarakat patriarki, perempuan sering dinilai dengan ukuran laki-laki. Akibatnya, perjuangan kesetaraan terlihat seperti upaya “meniru” laki-laki, bukan memulihkan keseimbangan. Kesetaraan berakar pada pengakuan terhadap perbedaan, menjaga martabat yang sama tinggi, hak yang sama kuat, dan kesempatan yang sama luas untuk berkembang. Seperti peribahasa, “Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi.”

Antara Patriarki dan Matriarki

Dalam perjalanan membangun kesetaraan, kita berhadapan dengan dua warisan budaya besar: patriarki dan matriarki. Jika keduanya menemui bentuk ekstrem, patriarki menciptakan dominasi laki-laki, sementara matriarki disalahartikan sebagai pembalikan kekuasaan.

Dalam budaya Nusantara, sebenarnya sudah ada nilai-nilai penyeimbang antara ketegasan dan kelembutan. Misal, pepatah Sunda mengenal “bobot pangayom timbang taraju” yang menggambarkan keseimbangan yang melekat pada manusia, bukan pada jenis kelamin. Begitu pula dalam sistem matrilineal Minangkabau, perempuan memegang peran penting dalam pewarisan nilai dan harta, tetapi tidak meniadakan peran laki-laki sebagai penopang sosial dan spiritual.

Dalam memahami kesetaraan, kita perlu mengakui bahwa laki-laki dan perempuan memang berbeda secara genetik, biologis, dan psikologis. Namun perbedaan itu bukan alasan untuk menciptakan hierarki, melainkan pijakan untuk membangun keseimbangan. Keduanya sejajar dalam kemampuan berpikir, berkreasi, dan berkontribusi pada kehidupan.

Dunia yang setara adalah dunia yang menghargai keunikan. Hakikinya perempuan tidak ingin menjadi laki-laki, hanya ingin menjadi manusia yang diakui penuh dengan pikiran, perasaan, dan potensinya. Sikap tidak menerima perbedaan, sama saja ingkar terhadap kuasa-Nya.

Kesetaraan tidak berarti Kesamaan. Kesetaraan adalah tentang Keberanian untuk Saling Melihat dari Sisi yang Sejajar melewati kehidupan.

Ilustrasi simbol pria dan wanita. (Sumber: Pexels/Tim Mossholder)
Ilustrasi simbol pria dan wanita. (Sumber: Pexels/Tim Mossholder)

Ruang Kesetaraan Dimulai dari Keluarga dan Pendidikan

Kesetaraan tidak tumbuh di ruang seminar atau forum, tetapi dari keluarga. Dari cara ayah memandang ibu, dan bagaimana anak belajar mencintai dengan adil. Ketika peran ayah dan ibu dihargai meski berbeda bentuknya, makna patnerships mulai tumbuh.

Masalah muncul saat peran diukur secara hierarkis, siapa yang mencari nafkah dianggap lebih tinggi dan yang mengurus rumah dianggap pelengkap. Keluarga adalah tanggung jawab bersama, bukan beban satu pihak. Anak belajar cinta dan tanggung jawab dari keseimbangan peran ayah dan ibu, membentuk generasi yang memahami kemitraan sejak dini. Bangsa yang setara lahir dari keluarga yang adil, dari dua manusia yang saling menghargai dalam mendidik kehidupan.

Kesetaraan juga perlu ditanamkan di sekolah. Dunia pendidikan berperan penting membangun kesadaran kesetaraan gender, melalui kebijakan kurikulum, buku, dan praktik belajar yang bebas dari bias peran gender. Belajar dilakukan dengen pendekatan yang adil, reflektif, dan kontekstual, sehingga siswa bisa memahami relasi sosial yang setara, menghormati perbedaan, dan menolak diskriminasi. Di samping itu, guru harus menjadi teladan, tidak hanya pengajar. Guru perlu dibekali dengan kesadaran gender sehingga mampu membangun budaya belajar inklusif. Kesetaraan tumbuh bukan dari debat, tapi dari kebiasaan sehari-hari.

Baca Juga: Mengapa Kita Boleh Mengkritik Pemerintah, tapi Tidak dengan Tokoh Agama?

Setelah keluarga dan pendidikan, ranah ekonomi menjadi ruang nyata bagi perempuan untuk membuktikan ketangguhan sekaligus menghadapi bocor halus ketimpangan kesetaraan gender. Dalam dunia kerja, perempuan menghadapi tantangan ganda, yakni bagaimana menyeimbangkan karier dan peran dalam keluarga. Perempuan bekerja tidak melulu soal nafkah, tapi tentang menjaga makna hidup, bahwa keluarga dan aktualisasi diri adalah dua hal yang saling melengkapi. Mereka dituntut tangguh di ruang publik tanpa kehilangan kelembutan di rumah.

Dalam perspektif ekonomi. Banyak perempuan bekerja terutama di sektor informal dan domestik, namun tidak tercatat dalam ukuran produktivitas. Padahal, pekerjaan itu menopang kehidupan keluarga dan masyarakat. Studi dari McKinsey menunjukkan jika perempuan dapat berkontribusi secara penuh dalam perekonomian, potensi tambahan nilai ekonomi global bisa mencapai USD 12 triliun pada tahun 2025. Khusus di kawasan Jawa Barat. Data BPS menunjukkan kontribusi pendapatan perempuan di Kota Bandung pada 2024 mencapai 35,57%, menempati peringkat kedua setelah Kabupaten Ciamis (39,14 %),

Masalah terbesar pengarusutamaan gender terletak pada cara pandang budaya yang menempatkan perempuan pada urusan domestik yang dianggap peran “alami”. Kerja perempuan di rumah, di pasar tradisional, atau dalam kegiatan sosial di lingkungan seringkali dianggap “bukan pekerjaan”. Padahal, tanpa energi, waktu, dan dedikasi perempuan dalam ruang-ruang tak terlihat itu, akan banyak roda kehidupan tidak akan berputar. Inilah bentuk yang paling halus dari ketimpangan dan ketidakadilan dalam mengakui nilai kerja.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) meluncurkan Peta Jalan dan Rencana Aksi Nasional Ekonomi Perawatan. Sebuah kerangka kebijakan transformatif yang digadang-gadang mampu memberikan nilai ekonomi dari pekerjaan perawatan, baik berbayar maupun tidak berbayar. Sektor penting dalam pertumbuhan ekonomi inklusif. Langkah ini diarahkan untuk mengenali, mengurangi, dan mendistribusikan pekerjaan perawatan secara adil, sehingga perempuan yang selama ini bergulat dalam sektor ini mendapatkan pengakuan dan nilai ekonomi yang layak.

Kebijakan kesetaraan gender sering kali mandek pada level administratif, berupa kuota, program, atau pelatihan tanpa menyentuh akar kultural. KemenPPPA punya peran penting untuk memastikan kebijakan tak berhenti di dokumen, memandu dan mengawal arah kebijakan pengarusutamaan gender di Indonesia.

KemenPPPA dengan semua perangkatnya, secara teknokratis, maupun advokatif harus mendorong integrasi perspektif gender dan ekonomi perawatan ke dalam setiap kebijakan pembangunan. Kesetaraan ekonomi sejatinya dimulai dari keberanian untuk menghitung ulang nilai kerja, bukan sekadar menghitung hasil.

Kesetaraan bukan tujuan akhir, melainkan cara kita menata kehidupan yang lebih baik, dimulai dari rumah, ditumbuhkan di sekolah, dan ditegakkan dalam kebijakan.

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Bayu Hikmat Purwana
Analis Kebijakan dengan bidang kepakaran pengembangan kapasitas ASN di Pusat Pembelajaran dan Strategi Kebijakan Manajemen Talenta ASN Nasional LAN RI
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Biz 24 Okt 2025, 20:29 WIB

QRIS TAP dan Lompatan Digital Jawa Barat: Dari Bus Kota ke Mall, Transaksi Kini Sekejap Sentuh

Di tengah kehidupan urban yang serba cepat, sistem pembayaran digital yang aman, cepat, dan inklusif menjadi kebutuhan nyata.
QRIS TAP dirancang untuk memberikan pengalaman transaksi nontunai yang praktis dan menyeluruh, baik di sektor transportasi publik maupun pusat perbelanjaan modern. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 24 Okt 2025, 19:45 WIB

Ini Deretan Subgenre Film yang Tidak Banyak Diketahui!

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak film yang dirilis dengan menghadirkan beberapa genre.
Beragam jenis film. (Sumber: Pexels/Lucas Pezeta)
Ayo Biz 24 Okt 2025, 19:24 WIB

Long Live Metal: Skena Musik Keras Bandung Tak Pernah Mati

Meski mengalami penurunan massa, skena musik keras di Bandung justru menunjukkan daya tahan luar biasa, bukan hanya bertahan, tapi juga berevolusi.
Meski diguncang pandemi dan mengalami penurunan massa, skena musik keras di Bandung justru menunjukkan daya tahan luar biasa, bukan hanya bertahan, tapi juga berevolusi. (Sumber: Wikimedia Commons)
Ayo Netizen 24 Okt 2025, 17:15 WIB

IKN: Antara Kota Masa Depan dan Ruang Kemanusiaan

IKN menjanjikan masa depan baru Indonesia, namun tantangannya adalah bagaimana menjadikannya kota yang tetap ramah bagi manusia.
Desain resmi IKN. (Sumber: ikn.go.id)
Ayo Biz 24 Okt 2025, 16:11 WIB

Dari Kosan ke Pasar Internasional, Azarinnabila Janitra Menenun Mimpi Lewat Hi Paipe

Dari Hi Paipe, Arin tak pernah membayangkan bahwa hobi menjahit kecil-kecilan akan berkembang menjadi brand fashion lokal yang diminati hingga internasional.
Dari Hi Paipe, Arin tak pernah membayangkan bahwa hobi menjahit kecil-kecilan akan berkembang menjadi brand fashion lokal yang diminati hingga internasionl. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 24 Okt 2025, 16:02 WIB

Manajemen Pengetahuan: Kunci Sukses Program Makan Bergizi Gratis

Peningkatan pengelolaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) perlu dilakukan melalui penerapan manajemen pengetahuan.
Program Makan Bergizi Gratis. (Sumber: Indonesia.go.id)
Ayo Jelajah 24 Okt 2025, 15:53 WIB

Sejarah Kweekschool Bandung, Sakola Raja Gubahan Preanger Planters

Kweekschool Bandung berdiri sejak 1866 sebagai sekolah guru pertama di Jawa Barat. Kini bangunannya menjadi Mapolrestabes, menyimpan sejarah pendidikan kolonial yang panjang.
Bangunan Kweekschool Bandung sekitar tahun 1920-an. (Sumber: Tropenmuseum)
Ayo Netizen 24 Okt 2025, 15:38 WIB

Cara Sederhana Terapkan Etika Jurnalistik dalam Pekerjaan Sehari-hari

Berikut beberapa cara praktis yang bisa dilakukan untuk menjaga etika jurnalistik.
Ilustrasi jurnalis. (Sumber: Pexels/Nur Andi Ravsanjani Gusma)
Ayo Netizen 24 Okt 2025, 15:13 WIB

Sahabat sekaligus Pelatih, Vicky Angga Saputra Sosok di Balik Sukses Jonatan Christie

Namanya Vicky Angga Saputra seorang sahabat seangkatan Jojo dan Ginting, mantan penghuni Pelatnas PBSI.
Vicky Angga Saputra. (Sumber: Dok. Djarum Badminton)
Ayo Netizen 24 Okt 2025, 14:49 WIB

Mengarusutamakan Kesetaraan Gender: Setara dari Rumah, Adil hingga Negara

Kesetaraan gender bukan sekadar isu perempuan, tetapi cermin kematangan suatu bangsa.
Ilustrasi wanita Indonesia. (Sumber: Pexels/Nurul Sakinah Ridwan)
Ayo Netizen 24 Okt 2025, 13:29 WIB

Mengapa Kita Boleh Mengkritik Pemerintah, tapi Tidak dengan Tokoh Agama?

Kita boleh mengkritik pemerintah dengan berbagai cara tapi kadang hal ini tidak berlaku terhadap tokoh agama.
 (Sumber: Unsplash/Abdi MS)
Ayo Jelajah 24 Okt 2025, 12:34 WIB

Hikayat Bandit Rusuh di Ciparay, Bikin Onar Tusuk dan Palak Warga Tionghoa

Kisah nyata bandit rusuh di Ciparay tahun 1932. Wanta, penjual kain yang berubah jadi teroris pasar, tusuk warga Tionghoa dan bikin penduduk hidup dalam ketakutan.
Ilustrasi suasana pasar di Ciparay zaman kolonial.
Ayo Netizen 24 Okt 2025, 10:54 WIB

Toponimi Gandasoli

Setidaknya terdapat tujuh nama geografis Gandasoli di Jawa Barat.
Setidaknya terdapat tujuh nama geografis Gandasoli di Jawa Barat. (Sumber: Citra satelit: Google maps)
Ayo Biz 24 Okt 2025, 09:17 WIB

Pemuda Asal Bojongsoang Buat Sepeda dari Bahan Denim

Andika menerima pesanan sepeda denim dengan berbagai bentuk dan ukuran sesuai permintaan pelanggan.
Andika Muhammad Ramadani dan sepeda buatanya dari bahan denim. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Mildan Abdalloh)
Ayo Netizen 24 Okt 2025, 08:55 WIB

Review Teasing Master Takagi-san: Perasaan Masa Remaja yang Mendalam

Tentang review serial adaptasi "Teasing Master Takagi-san" (2024) secara singkat
Salah satu adegan di Teasing Master Takagi-san (Sumber: IMDb)
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 21:22 WIB

Mengapa Pejabat Kita Perlu Membaca Buku?

Masihkah kita bisa berharap pada kebijakan publik yang berkualitas, jika pejabatnya sendiri jarang membaca buku?
Tanpa literasi atau membaca buku, pejabat hanya melahirkan kebijakan reaktif, dangkal, dan jangka pendek. (Sumber: Instagram | nusantara_maps)
Ayo Biz 23 Okt 2025, 20:55 WIB

Potensi Pasar Modal Syariah Indonesia: Tumbuh tapi Belum Proporsional?

Geliat investasi syariah menunjukkan tren positif, ditandai meningkatnya jumlah investor, diversifikasi produk, dan penetrasi teknologi yang memudahkan akses terhadap instrumen keuangan halal.
Geliat investasi syariah menunjukkan tren positif, ditandai meningkatnya jumlah investor, diversifikasi produk, dan penetrasi teknologi yang memudahkan akses terhadap instrumen keuangan halal. (Sumber: Freepik)
Ayo Biz 23 Okt 2025, 20:36 WIB

Mendorong Pertumbuhan Inklusif Lewat Festival Kolaboratif dan Digitalisasi Finansial

Sektor perbankan, sektor produktif, UMKM, dan industri kreatif kini tidak lagi berjalan sendiri-sendiri, melainkan saling terhubung dalam ekosistem yang saling menguatkan.
Sektor perbankan, sektor produktif, UMKM, dan industri kreatif kini tidak lagi berjalan sendiri-sendiri, melainkan saling terhubung dalam ekosistem yang saling menguatkan.
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 19:34 WIB

Perelek, Kosakata Jadul yang Timbul Lagi

Perelek, sebuah kata jadul yang nyaris tenggelam ditelan zaman, belakangan ini ramai lagi dibicarakan di sosial media.
Dedi Mulyadi. (Sumber: Dok. DSDA Jabar)
Ayo Jelajah 23 Okt 2025, 18:40 WIB

Sejarah Tol Cipularang, Jalan Cepat Pertama ke Bandung yang Dibangun dari Warisan Krisis

Sejarah Tol Cipularang dari proyek gagal era 1990-an hingga simbol konektivitas Jakarta–Bandung. Penuh kisah krisis, pembangunan, dan mitos Gunung Hejo.
Tol Cipularang. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)