AYOBANDUNG.ID – Tak lekang oleh waktu, istilah yang tepat untuk menggambarkan denim. Kain yang identik dengan bahan jins ini seolah tidak mengenal batas zaman. Dari anak-anak hingga orang dewasa, sejak dulu hingga kini, denim tetap digunakan.
Biasanya denim dijadikan celana, kemeja, atau jaket. Namun di tangan Andika Muhammad Ramadani, kain ini justru disulap menjadi sesuatu yang tak biasa.
Pemuda asal Ciganitri, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung ini menjadikan denim sebagai bahan utama membuat sepeda. Meski tidak sepenuhnya, setidaknya 86 persen bagian sepeda buatannya menggunakan bahan denim.
"Sejak 2022 mulai membuat sepeda menggunakan denim," ujar Andika ketika diwawancarai, Rabu 22 Oktober 2025.
Proyek sepeda berbahan denim ini berawal dari tugas akhir kuliahnya di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, jurusan Desain Produk. Saat itu, Andika melakukan banyak riset dan pengembangan untuk menciptakan inovasi sebagai tugas akhirnya.
Ia memilih denim sebagai bahan utama sepeda. Ada banyak alasan di balik pilihannya, salah satunya karena karakter denim yang dinilai tidak jauh berbeda dengan carbon fiber.
Denim dianggap kuat dan lebih ringan dibandingkan besi, bahkan alumunium yang umum digunakan untuk rangka sepeda.
"Denim memiliki keunikan. Tidak lekang oleh waktu. Karakternya unik, Bandung juga terkenal akan fesyen yang banyak juga menggunakan bahan denim," ungkapnya.
Akhirnya, kain dengan serat kasar dan kuat itu dipilih sebagai material utama pembuatan sepeda.
Dalam prosesnya, pemuda berusia 25 tahun itu mengolah denim dengan cara mirip pengolahan carbon fiber. Kain denim yang berasal dari limbah industri pakaian dibentuk menjadi batang dengan cara menambahkan resin atau poliester sebagai pengeras.
"Menggunakan cetakan dan alat press hasil rakit sendiri," ucapnya.
Denim yang telah dipadatkan menjadi batang berbentuk bulat tersebut menjadi keras menyerupai metal, bahkan lebih kuat. Potongan-potongan itu digunakan sebagai rangka sepeda.
Sementara bagian sambungan masih menggunakan material metal dengan pertimbangan keamanan dan karena ia belum memiliki mesin untuk membuat bagian tersebut.
Meski demikian, Andika mengklaim sepeda berbahan denim buatannya lebih kuat dari alumunium dan bisa menyamai carbon fiber.
"Kalau dibandingkan dengan alumunium, jelas lebih ringan dan kuat denim. Jika dibandingkan dengan carbon, dari sisi berat denim masih kalah," katanya.
Untuk gambaran, sepeda berbahan alumunium memiliki berat paling ringan sekitar 5 kg, sementara denim hanya sekitar 2,5 kg. Carbon fiber memang lebih ringan, hanya sekitar 1 kg.
Namun dari sisi kekuatan, sepeda denim buatannya diklaim mampu bersaing, bahkan lebih unggul. Ia pernah melakukan uji coba dengan pengguna berbobot 115 kg.
"Kuat dan tidak ada perubahan sedikit pun walaupun digunakan oleh orang dengan berat badan 115 kg. Tes goresan juga tahan gores termasuk tahan terhadap benturan," imbuhnya.
Dari segi tampilan, sepeda ini juga estetik. Sambungan antara frame denim dan metal menampilkan karakter yang unik.
Andika menerima pesanan sepeda denim dengan berbagai bentuk dan ukuran sesuai permintaan pelanggan.
"Tapi pre-order, karena pesanan harus dibuat dulu sesuai dengan keinginan pemesan. Harganya Rp8 juta untuk full bike, tapi kalau rangka saja hanya Rp3,5 juta," ucapnya.
Sejak pertama kali membuat, Andika mengaku sudah menjual puluhan sepeda denim kepada para pelanggannya.
