Antara Urusan Rumah dan Lapak, Beban Ganda Perempuan di Pasar Kosambi

Halwa Raudhatul
Ditulis oleh Halwa Raudhatul diterbitkan Selasa 16 Des 2025, 15:18 WIB
Punya beban ganda, perempuan pekerja menjadi pahlawan ekonomi sekaligus pengelola rumah tangga. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)

Punya beban ganda, perempuan pekerja menjadi pahlawan ekonomi sekaligus pengelola rumah tangga. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)

AYOBANDUNG.ID - Suasana lengang dan sunyi menjadi gambaran Pasar Kosambi dalam beberapa waktu terakhir. Ketika disambangi pada Selasa (16/12) siang, deretan kios tampak banyak yang tertutup. Meski begitu, masih ada sejumlah pedagang yang bertahan membuka lapaknya hingga sore hari.

Di antara mereka, Rohayati (51), pedagang sayur yang telah berjualan di Pasar Kosambi sejak 1991, mengenang masa ketika pasar ini pernah menjadi pusat aktivitas warga Kota Bandung.

“Saya dari tahun 1991 di sini, dulu mah Pasar Kosambi pasar nomer satu di Bandung. Semenjak covid, jadi sepi,” ungkap dia.

Di balik lapaknya yang kini tak seramai dulu, Rohayati menjalani hari dengan rutinitas yang panjang dan melelahkan. Ia bercerita tentang kesehariannya yang dimulai sejak dini hari.

“Capek, ya. Bangun jam 4, nganter mamah saya belanja, ngurus anak, beresin rumah, terus kerja ke sini sampai sore,” ucap Rohayati.

Rohayati, pedagang sayur di Pasar Kosambi. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)
Rohayati, pedagang sayur di Pasar Kosambi. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)

Meski kelelahan, ia tetap bertahan demi menopang perekonomian keluarga.

“Gimana lagi cari uang gitu ya, bantu suami,” tambahnya.

Saat ditanya soal pembagian pekerjaan rumah tangga, Rohayati hanya tertawa lirih.

“Oh, suami mah ngga (bantu). Semua sama saya,” ucapnya.

Kisah serupa juga dialami Siti (45), penjual seragam sekolah yang telah berjualan di Pasar Kosambi sejak 2017. Setiap hari, Siti membagi waktunya antara pekerjaan domestik dan mencari nafkah.

“Biasa, beres-beres dulu, nyiapin makan buat anak-anak. Ke sini pagi, pulang jam 5. Lanjut nyuci,” ungkapnya.

Bagi Siti, bekerja bukan sekadar pilihan, melainkan keharusan untuk mencukupi kebutuhan keluarga.

“Harus punya sampingan. Walaupun kita dikasih juga kan. Tetap aja kurang, kita bantu,” ucap dia.

Kondisi itu semakin berat karena ia harus menjalani hari-hari tanpa kehadiran suami di rumah.

“Apalagi saya, kan, sering ditinggal-tinggal suami. Sudah 4 tahun ini ditinggal bekerja di Batam,” ucapnya.

Kalimat terakhirnya terucap dengan suara bergetar.

“Kalo bukan karena anak, siapa lagi,” ungkapnya sambil matanya berkaca-kaca.

Siti, penjual seragam sekolah di Pasar Kosambil yang sudah berjualan sejak 2017. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)
Siti, penjual seragam sekolah di Pasar Kosambil yang sudah berjualan sejak 2017. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)

Apa yang dialami Rohayati dan Siti menjadi potret keseharian banyak perempuan pekerja di ruang-ruang ekonomi rakyat. Mereka tidak hanya menunjukkan ketangguhan, tetapi juga menanggung beban kerja yang berlapis—di ranah domestik sekaligus publik. Dalam senyap pasar yang kian sepi, mereka menjadi pahlawan ekonomi sekaligus pengelola rumah tangga.

Dosen Sosiologi UIN Bandung, Chisa Belinda Harahap, menyebut kondisi tersebut sebagai fenomena double burden atau beban ganda yang kerap dialami perempuan menikah.

“(Kondisi) di mana perempuan yang sudah menikah pun harus kerja double. Artinya kerja double itu ngurusin rumah tangga, juga ngurusin karir dia,” jelas dia.

Menurut Chisa, konstruksi sosial yang berkembang sering kali menganggap bahwa ketika perempuan telah menikah, tanggung jawab ekonomi sepenuhnya berada di pundak suami.

Padahal dalam realitasnya, kondisi tersebut jauh dari gambaran ideal. Beban ganda justru menuntut perempuan untuk terus bekerja di luar rumah, sekaligus memikul hampir seluruh pekerjaan domestik.

“Jadi, perempuan itu sudah capek duluan di dalam urusan domestik mereka, dan pada akhirnya kegiatan sosialisasi, lalu kegiatan politik, dan lain sebagainya itu akan berkurang drastis,” jelasnya.

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 16 Des 2025, 18:55 WIB

Mencicipi Cita Rasa Bakmi Ayam Madu di Sudut Kota Bandung

Bakmi OBC toping ayam madu dan panggang, Jln. Rancabentang I No. 12 Ciumbuleuit, Bandung, Jumat (28/11/2025).
Bakmi OBC toping ayam madu dan panggang, Jl. Rancabentang I No. 12 Ciumbuleuit, Bandung, Jumat (28/11/2025). (Sumber: Dok. pribadi | Foto: Arini Nabila)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 18:30 WIB

Jejak Rempah di Sepiring Ayam Geprek Favorit Anak Kos

Ayam geprek rempah dengan bumbu yang meresap hingga ke dalam daging, disajikan dengan kailan krispi dan sambal pedas yang nagih.
Ayam Geprek Rempah dilengkapi dengan kailan crispy dan sambal pedas yang nagih. (Sumber: Dokumentasi penulis | Foto: Firqotu Naajiyah)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 18:07 WIB

Wali Kota Farhan, Mengapa Respons Call Center Aduan Warga Bandung Lambat Sekali?

Warga Bandung mengeluh, Call Center Pemkot lambat merespons.
Gambaran warga yang menunjukkan rasa frustasi mereka saat menunggu jawaban dari Call Center Pemkot Bandung yang tak kunjung direspons. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 17:46 WIB

Nasib Naas Warga Sekitar Podomoro Park, Banjir Kiriman Jadi Rutinitas Musim Hujan

Pembangunan Podomoro Park yang selalu memberikan dampak negatif dan tidak memprihatinkan kenyamanan lingkungan penduduk sekitar.
Genangan air, imbas dari tidak adanya irigasi yang lancar (14/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Shafwan Harits A.)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 17:30 WIB

Seharusnya Ada Peran Wali Kota Bandung: Warga Harus Nyaman, Konvoi Bobotoh Tetap Berjalan

Kemenangan persib bandung selalu memicu euforia besar di kalamgan masyarakat Jawa Barat terjadi setiap persib meraih juara.
Ribuan bobotoh memenuhi ruas jalan Bandung saat merayakan kemenangan Persib Bandung pada Minggu sore, 25 Mei 2025. (foto: Della Titya)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 16:32 WIB

Pungutan Liar Menjadi Cerminan Buruknya Tata Kelola Ruang Publik Bandung

Pungutan liar yang masih terjadi di berbagai ruang publik Bandung tidak hanya menimbulkan keresahan.
Parkir liar yang tidak dibatasi menimbulkan kemacetan di Jln. Braga, Kec. Sumur Bandung, Kota Bandung, Minggu (5/12/2025) (Foto: Zivaluna Wicaksono)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 16:12 WIB

Nasi Kulit di Cibiru, Harga dan Rasa yang bikin Semringah

Kuliner baru di daerah Cipadung yang cocok untuk mahasiswa, menyajikan makan berat yang enak namun dengan harga yang murah dan ramah di dompet
foto nasi kulit Jatinangor (Sumber: Camera HP | Foto: Alfi Syah)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 15:44 WIB

Sensasi Makan Lesehan di Al Jazeerah Signature Bandung

Al Jazeerah Signature Bandung menawarkan sensasi makan lesehan dengan sajian Kabsah Lamb khas Timur Tengah.
Dua porsi Kabsah Lamb di Al Jazeerah Signature Bandung. (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Seli Siti Amaliah Putri)
Beranda 16 Des 2025, 15:18 WIB

Antara Urusan Rumah dan Lapak, Beban Ganda Perempuan di Pasar Kosambi

Beban ganda justru menuntut perempuan untuk terus bekerja di luar rumah, sekaligus memikul hampir seluruh pekerjaan domestik.
Punya beban ganda, perempuan pekerja menjadi pahlawan ekonomi sekaligus pengelola rumah tangga. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)
Ayo Jelajah 16 Des 2025, 15:11 WIB

Sejarah UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Riwayat Panjang di Balik Ramainya Cibiru

UIN Sunan Gunung Djati Bandung lahir dari keterbatasan lalu berkembang menjadi kampus Islam negeri terbesar di Jawa Barat.
UIN Sunan Gunung Djati Bandung. (Sumber: uinsgd.ac.id)
Ayo Jelajah 16 Des 2025, 15:05 WIB

Wayang Windu Panenjoan, Tamasya Panas Bumi Zaman Hindia Belanda

Jauh sebelum viral Wayang Windu Panenjoan dikenal sebagai destinasi kolonial yang memadukan bahaya keindahan dan rasa penasaran.
Wayang Windu Panenjoan. (Sumber: Tiktok @wayangwindupanenjoan)
Beranda 16 Des 2025, 14:57 WIB

Seni Lukis Jalanan di Braga Hidupkan Sejarah dan Ruang Publik Kota Bandung

Beragam tema dihadirkan, mulai dari potret tokoh terkenal hingga karya abstraksi penuh warna, yang terpampang di dinding-dinding bangunan sepanjang jalan
Ian seorang pelukis lokal dan karya lukisannya yang dipajang di trotoar Jalan Braga. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Toni Hermawan)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 12:57 WIB

Kang Ripaldi, Sosok di Balik Gratisnya Komunitas 'Teman Bicara'

Ripaldi, founder teman bicara yang didirikannya secara gratis untuk mewadahi anak muda yang ingin berlatih public speaking, mc wedding, mc event, mc birthday, hingga voice over secara gratis.
Ripaldi Endikat founder Teman Bicara (Sumber: Instagram Ripaldi Endikat | Foto: Tim Endikat Teman Bicara)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 12:04 WIB

Dari Hobi Menggambar Jadi Brand Fasion Lokal di Bandung

Bringace adalah merek fesyen lokal yang didirikan di Bandung pada tahun 2023.
 T-Shirt "The Unforgotten" dari Bringace. (Istimewa)
Ayo Jelajah 16 Des 2025, 10:07 WIB

Sejarah Universitas Padjadjaran, Lahirnya Kawah Cendikia di Tanah Sunda

Sejarah Universitas Padjadjaran bermula dari tekad Jawa Barat memiliki universitas negeri sendiri di tengah keterbatasan awal kemerdekaan.
Gedung Rektorat Universitas Padjadjaran. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 09:36 WIB

Dari Panggung Gigs ke Aksi Sosial di Flower City Festival 2025

Flower City Festival (FCF) 2025 sukses mengumpulkan dana senilai Rp56.746.500 untuk korban bencana di Sumatera.
Suasana Flower City Festival 2025 di Kopiluvium, Kiara Artha Park, Bandung (11/12/2025) (Sumber: Dokumentasi panitia FCF 2025 | Foto: ujjacomebackbdg)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 09:10 WIB

Berjualan di Trotoar, PKL Caringin Menginginkan Ruang Publik dari Wali Kota Bandung

PKL di Caringin yang berjualan di trotoar berharap ada penataan agar mereka bisa berjualan lebih tertib.
Sejumlah pedagang kaki lima yang tetap berjualan meski hujan di malam hari di kawasan Caringin 30-11-2025 (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Raifan Firdaus Al Farghani)
Beranda 16 Des 2025, 07:38 WIB

Suara Perempuan di Garis Depan Perlawanan yang Disisihkan Narasi Kebijakan

Dari cerita personal hingga analisis struktural, diskusi ini membuka kembali pertanyaan mendasar: pembangunan untuk siapa dan dengan harga apa.
Suasan diskusi buku “Pembangunan Untuk Siapa: Kisah Perempuan di Kampung Kami” Minggu (14/12) di perpustaakan Bunga di Tembok, Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)
Beranda 15 Des 2025, 21:18 WIB

Tanda Kerusakan Alam di Kabupaten Bandung Semakin Kritis, Bencana Alam Meluas

Seperti halnya banjir bandang di Sumatera, kondisi alam di wilayah Kabupaten Bandung menunjukkan tanda-tanda kerusakan serius.
Warga di lokasi bencana sedang membantu mencari korban tertimbun longsor di Arjasari, Kabupaten Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Gilang Fathu Romadhan)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 20:05 WIB

Tahun 2000-an, Palasari Destinasi 'Kencan Intelektual' Mahasiswa Bandung

Tahun 2002, Palasari bukan sekadar pasar buku. Ia adalah universitas paralel bagi mahasiswa UIN Bandung.
 Tahun 2002, Palasari bukan sekadar pasar buku. Ia adalah universitas paralel bagi mahasiswa UIN Bandung (Sumber: ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Farisi)