Ruang Urban di Lorong Kosambi, The Hallway Space

Femi  Fauziah Alamsyah, M.Hum
Ditulis oleh Femi Fauziah Alamsyah, M.Hum diterbitkan Minggu 01 Jun 2025, 12:17 WIB
The Hallway Space, ruang urban di lorong Kosambi, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Magang/Algifari Tohaga)

The Hallway Space, ruang urban di lorong Kosambi, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Magang/Algifari Tohaga)

Bandung selalu punya cara untuk membuat setiap orang terkesan, bukan hanya deretan tempat hits yang sering di unggah oleh selebgram, tapi juga sudut-sudut kota, spot-spot kecil, dan ruang tersembunyi. Seperti lorong panjang di lantai atas pasar kosambi, sebelumnya jauh dari kata “estetik” kini menjadi space yang paling nyentrik. Pencahayaan yang redup, mural yang menghiasi dinding, dan deretan toko kecil dengan gaya urban kontemporer menjadi wajah baru dari tempat yang dulu nyaris tak dilirik. Itulah The Hallway Space.

Namanya menggambarkan sebuah ruang yang menjadi bukti bahwa kreativitas tidak membutuhkan gedung megah atau lokasi elit. Ia cukup hadir di celah, menempati lorong sunyi dan menyajikan ruang imajinasi baru di tengah keramaian pasar tradisional.  

Masuk ke kawasan The Hallway Space terasa seperti menemukan pintu rahasia di rumah tua yang tak sengaja terbuka. Kafe dengan aroma kopi yang menggugah selera, toko vinyl dan kaset lawas dengan deretan karya dari band-band lokal ternama, tempat barang thrift yang tampil apa adanya namun tetap menarik dan stand kerajinan tangan yang menjual karya-karya handmade, sepert aksesori dari kulit, lilin aromaterapi buatan lokal, hingga ilustrasi cetak dengan gaya indie yang khas.

Meja-meja kayu kecil tersebar di beberapa titik, ditemani stopkontak, tanaman pot, dan suasana yang tenang, seolah-olah seluruh tempat ini tahu kita datang bukan hanya untuk duduk, tapi untuk merasa.

Melalui kacamat Kajian Budaya Populer, The Hallway Space dapat dilihat sebagai representasi dari proses konstruksi kultural dimana ruang, konsumsi, dan identitas saling terhubung dalam kehidupan urban kontemporer. Sejak lama, Bandung dikenal sebagai kota kreatif dan penuh dengan semangat eksperimentasi, salah satunya tercermin dalam The Hallway Space, ruang-ruang sederhana yang tumbuh di tengah kehidupan sehari-hari, tempat yang menyatukan seni, kopi, komunitas, dan estetika dalam satu space kecil. Gaya hidup urban dan simbol-simbol budaya populer dipertemukan dalam suasana yang hangat, alternatif, dan penuh karakteristik.

Dalam konteks ini, budaya populer bukan hanya tentang apa yang dikonsumsi, tapi bagaimana konsumsi itu menjadi proses produksi makna. The Hallway Space, dengan estetika desain interior yang kurasional, menu kopi yang selektif, serta komunitas yang menghidupinya, merupakan site of meaning, ruang produksi dan pertukaran makna budaya.

Mengutip Pierre Bourdieu, ruang seperti ini adalah arena di mana selera (taste) beroperasi sebagai cultural capital, yaitu modal simbolik yang digunakan individu untuk menegosiasikan posisi sosial mereka. Dalam ruang ini, kopi bukan sekadar minuman, tetapi objek simbolik yang menyampaikan pengetahuan, gaya, dan preferensi kelas tertentu.

Duduk di salah satu kafe The Hallway Space sambil membuka laptop dengan headphone tersambung, misalnya, tidak hanya menunjukkan bahwa seseorang sedang bekerja, tetapi juga menjadi bentuk performatif dari identitas urban yang “melek budaya” dan terhubung dengan jaringan sosial-kreatif.

Estetika ruang, pemilihan warna, elemen mural, hingga pencahayaan hangat semuanya menciptakan narasi visual yang sangat Instagrammable. Tapi lebih dari itu, visualisasi tersebut adalah bagian dari bahasa budaya populer yang menyiratkan keterlibatan dalam kultur urban kreatif. Bahasa ini dimengerti dan dikodekan oleh pengunjung yang menjadi bagian dari subkultur kota, yaitu mereka yang in the know, yang mampu membaca isyarat simbolik dan berpartisipasi di dalamnya.

Lorong di Kosambi yang dipenuhi orang-orang, The Hallway Space. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Magang Foto/Algifari Tohaga Abdillah)
Lorong di Kosambi yang dipenuhi orang-orang, The Hallway Space. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Magang Foto/Algifari Tohaga Abdillah)

Selain itu, kehadiran The Hallway Space di tengah pasar tradisional Kosambi memberi dimensi lain, ini bukan sekadar ruang gaya hidup, melainkan bentuk apropriasi dan transformasi ruang marjinal menjadi situs budaya populer baru. Hal ini relevan dengan konsep budaya populer, ia tidak memandang budaya dari atas ke bawah, tetapi dari bagaimana masyarakat sehari-hari memproduksi, memodifikasi, dan merekayasa makna dari ruang yang mereka tempati.

The Hallway Space, dengan segala dinamika dan estetikanya, menunjukkan bagaimana ruang-ruang urban hari ini tidak hanya dipenuhi oleh arsitektur atau fungsi ekonomi, tetapi oleh semangat cultural bricolage, di mana potongan-potongan budaya disusun ulang untuk membentuk sesuatu yang baru, kreatif, dan sarat makna simbolik.

Sementara banyak ruang publik kota diseragamkan dan dikomersialisasi, The Hallway Space menghadirkan alternatif, bahwa ruang kreatif bisa tumbuh dari tempat tak terduga. Konsep ini dekat dengan pemikiran Henri Lefebvre tentang the production of space, yang menyatakan bahwa ruang selalu diproduksi melalui relasi sosial dan ekonomi.

Baca Juga: Nostalgia ke Kampung Halaman Bersama Roemah Aki

Di sinilah kita melihat resistensi lembut terhadap dominasi ruang-ruang konsumsi yang steril. The Hallway Space memperlihatkan bahwa kreativitas bisa hadir secara organik, di tengah pasar, di lorong tua, bukan di mal atau kompleks mewah. Ia adalah bentuk re-claiming ruang kota oleh komunitas kreatif.

Sebagai seseorang yang pernah mengunjungi The Hallway Space, saya merasa bahwa ruang ini mengundang lebih dari sekadar aktivitas fisik. Ia membuka ruang batin, untuk merenung, untuk berbagi ide, bahkan untuk merasa terhubung. Saya duduk di salah satu sudutnya sambil memperhatikan lalu-lalang orang, anak muda yang berdiskusi musik, fotografer yang sedang melakukan sesi kecil, atau pasangan yang sekadar berbincang ringan. Semua menyatu dalam satu narasi “Bandung yang kreatif dan penuh warna”

The Hallway Space bukan hanya soal tempat ngopi atau foto-foto. Ia adalah manifestasi dari harapan, bahwa kota bisa lebih ramah, ruang bisa lebih inklusif, dan kreativitas bisa tumbuh di mana saja. Di balik mural dan cangkir kopi itu, tersimpan semangat kota yang tak pernah lelah bereksperimen.

Bandung tak butuh ruang yang sempurna untuk menjadi kreatif. Ia hanya butuh tempat yang jujur, dan komunitas yang berani menghidupkannya. (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Femi  Fauziah Alamsyah, M.Hum
Peminat Kajian Budaya dan Media, Dosen Universitas Muhammadiyah Bandung, Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 23 Okt 2025, 11:31 WIB

Hikayat Kaum Sarungan

Santri adalah peneguh nilai, penjaga moral bangsa, dan penggerak perubahan sosial.
Kampanye pakai sarung dengan fashion show di jalanan yang dilakukan oleh pecinta budaya di Semarang. Diperingati 3 Maret, sarung punya sejarah panjang. (Sumber: Ayo Semarang.com | Foto: Audrian Firhannusa)
Ayo Jelajah 23 Okt 2025, 11:21 WIB

Dari Barak Tentara ke Istana, Sejarah Mobil Maung Pindad Buatan Bandung

Dari bengkel kecil di Bandung hingga jadi mobil dinas pejabat, Maung buatan Pindad berubah dari kendaraan tempur jadi simbol nasionalisme baru.
Deretan kendaraan khusus Maung MV 3 Produksi PT Pindad di Bandara Husein Sastranegara, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 10:10 WIB

Seperti Surabaya, Bandung Harus Belajar Atasi Limbah Popok dan Pembalut

Surabaya telah berhasil menjadi kota berkelanjutan karena upayanya dalam menghijaukan lingkungan.
Ilustrasi popok bayi. (Sumber: Pexels/Emma Bauso)
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 08:57 WIB

Sore: Istri Dari Masa Depan, Cinta yang Terjebak dalam Putaran Waktu

Yandy Laurens selaku sutradara mengemas film "Sore: Istri Dari Masa Depan" dengan konsep time loop atau perjalanan lintas waktu.
Poster film Sore: Istri dari Masa Depan. (Sumber: Instagram/sheiladaisha)
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 07:50 WIB

Kliwon dan Komposisi Instrumen Sorawatu

Komposisi kliwon disepakati sebagai proses mengheningkan cipta pada semesta.
 (Foto: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 21:06 WIB

Setahun Pendidikan Bermakna, Menanam Peradaban Lewat Tindakan Nyata

Menyoroti langkah Kemendikdasmen dalam membangun peradaban melalui kebijakan yang berdampak nyata bagi generasi muda.
Foto mengajar di SD Tewang Kadamba, Kalteng. (Foto: Eka)
Ayo Biz 22 Okt 2025, 20:30 WIB

Membangun Wisata yang Tak Merusak tapi Menghidupkan Alam dan Budaya Lokal

Di tengah tekanan kerja dan digitalisasi, banyak orang mencari pelarian ke alam. Tapi bukan sekadar alam liar, mereka menginginkan pula kenyamanan, estetika, dan pengalaman.
Di tengah gempuran wisata urban dan digital, LGE tetap mengusung semangat pelestarian budaya lokal Sunda, mulai dari nama tempat, makanan tradisional, hingga permainan rakyat. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 20:10 WIB

Enam Akar Asal-usul Agama

Jauh sebelum berdiri gereja, kuil, atau masjid, manusia telah lebih dulu menatap langit, gunung, petir, dan kematian dengan perasaan yang campur aduk.
The Histomap of Religion: The Story of Man’s Search for Spiritual Unity (John B. Sparks, 1952) (Sumber: UsefulCharts, https://www.youtube.com/watch?v=5EBVuToAaFI) | Foto: Arfi Pandu Dinata)
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 19:17 WIB

Gastrokolonialisme: Pelajaran Pangan dari Hawaii untuk Indonesia

Tanpa kita sadari justru kita masih dijajah secara halus lewat orientasi pangan lokal yang semakin tergantikan dengan kampanye makanan olahan
Mengutip dari Sebumi, sebab pada akhirnya  perjuangan melawan kelaparan bukan sekedar mengisi perut, melainkan mengembalikan martabak di meja makan kita sendiri (Sumber: Freepik)
Ayo Biz 22 Okt 2025, 18:44 WIB

Pasar Syariah Belum Kompetitif? Begini Tantangan dan Solusi Investasi Islam di Indonesia

Dengan mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, potensi pengembangan instrumen keuangan yang sesuai prinsip syariah dinilai sangat besar.
Dengan mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, potensi pengembangan instrumen keuangan yang sesuai prinsip syariah dinilai sangat besar. (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 17:04 WIB

Review Anime 'Chainsaw Man The Movie: Reze Arc', Romantisme dan Aksi dalam Visual Memukau

Film animasi produksi studio MAPPA yaitu "Chainsaw Man The Movie: Reze Arc" mengguncang layar lebar dengan cerita dan visual yang bagus.
Poster film Chainsaw Man The Movie: Reze Arc (Sumber: imdb.com)
Ayo Biz 22 Okt 2025, 16:31 WIB

Gowes Bukan Gaya-gayaan: Sepeda Bisa Jadi Solusi Urban Sustainability di Bandung

Tren bersepeda yang semula dianggap gaya-gayaan kini mulai menunjukkan potensi sebagai solusi urban sustainability yang nyata.
Tren bersepeda yang semula dianggap gaya-gayaan kini mulai menunjukkan potensi sebagai solusi urban sustainability yang nyata. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 15:31 WIB

Bandung dan Paradoks Kota Hijau: Potensi Besar yang Belum Tergarap

Bandung, kota kreatif dengan sejuta potensi, kini berhadapan dengan paradoks hijau.
Bandung, kota kreatif dengan sejuta potensi, kini berhadapan dengan paradoks hijau. (Sumber: Unsplash/Ikhsan Assidiqie)
Beranda 22 Okt 2025, 15:10 WIB

Insinerator Digencarkan, Tapi Bukan Solusi Tuntas Atasi Krisis Sampah di Kota Bandung

Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, pun mengakui bahwa penggunaan insinerator tak bisa serampangan.
Salah satu insinerator di tempat pembuangan sampah di Kota Bandung. (Sumber: Pemkot Bandung)
Ayo Jelajah 22 Okt 2025, 13:38 WIB

Saat Hacker Bjorka Bikin Polisi Kelimpungan Tiga Kali

Bjorka bikin polisi kelimpungan tiga kali. Dari Cirebon sampai Minahasa, negara sibuk memburu bayangan di layar komputer.
Ilustrasi hacker Bjorka.
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 12:48 WIB

Film Rangga & Cinta: Mengenang Kembali Kisah Romansa Masa Remaja

Film Rangga & Cinta dikemas dengan nuansa awal 2000-an yang autentik.
 Salah satu adegan film Rangga & Cinta (Sumber: X/@habisnontonfilm)
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 11:51 WIB

Mengokohkan Sistem Manajemen Kinerja: Pilar Penggerak Profesionalitas ASN

Penguatan sistem manajemen kinerja ASN bukan sekadar urusan teknis, tetapi langkah strategis membangun birokrasi berdampak.
Aparatur Negeri Sipil (ASN). (Sumber: Pemkot Magelang)
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 10:10 WIB

Menakar Ulang Feodalisme Pesantren

Esai ini ditulis dalam rangka memperingati hari santri.
Ilustrasi santri yang sedang belajar di pesantren. (Sumber: Pexels/Mufid Majnun)
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 09:12 WIB

Selusin 'Fun Fact' buat Kita yang Sering Salah Kaprah Menyama-nyamakan Setiap Agama

Masalahnya, cara pandang itu sering banget dipakai buat bikin dunia agama terlihat rapi dan gampang dipahami.
Buku Pengantar tentang Agama-Agama (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Arfi Pandu Dinata)
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 05:21 WIB

Khalifah di Era Konsumerisme: Menemukan Keseimbangan dengan Menjaga Lingkungan

Modernitas telah membawa manusia hidup dalam era konsumerisme.
Tugas kita hari ini adalah menanam benih peradaban bumi yang hijau. Sekecil apapun itu karena menjaga bumi adalah bagian dari ibadah seorang Hamba kepada Pencipta-Nya. (Sumber: Freepik)