Sejarah Pecinan di Bandung Bukan Hanya Kawasan, Tapi Simbol Penindasan Zaman Belanda

Aris Abdul Salam
Ditulis oleh Aris Abdul Salam diterbitkan Rabu 23 Jul 2025, 17:25 WIB
Susasana kawasan Pecinan zaman Belanda, kemungkinan di Bandung. (Sumber: Leiden University Libraries Digital Collections)

Susasana kawasan Pecinan zaman Belanda, kemungkinan di Bandung. (Sumber: Leiden University Libraries Digital Collections)

AYOBANDUNG.ID - Di sudut-sudut kota lama, dari Glodok di Jakarta hingga Pasar Baru di Bandung, berdiri bangunan-bangunan tua bergaya arsitektur campuran Eropa dan Tiongkok. Di balik warung bakmi dan toko emas, tersimpan jejak panjang sejarah yang tidak sepenuhnya damai. Pecinan, kawasan khas etnis Tionghoa, adalah produk kolonialisme yang dibalut pengawasan dan pembatasan.

Walaupun orang Tionghoa telah menetap di Asia Tenggara sejak lama, pembentukan masyarakat mereka sebagai sebuah struktur sosial yang terlihat jelas baru menguat saat kedatangan kolonial Belanda.

Sejarawan Universitas Padjadjaran, Tanti Restiasih Skober, menyatakan mayoritas imigran Tionghoa yang datang ke Nusantara sejak abad ke-16 hingga pertengahan abad ke-19 berasal dari suku Hokkian—suku pelaut yang berasal dari Provinsi Fukien bagian selatan. Wilayah itu dikenal sebagai salah satu pusat tumbuhnya jaringan dagang Tionghoa di Asia.

Kelompok Hokkian ini umumnya tinggal di wilayah Indonesia bagian timur dan pantai barat Sumatera. Sedangkan di Jawa Barat, etnis Tionghoa yang paling dominan justru berasal dari suku Hakka. Mereka bukan suku pelaut, dan datang ke Nusantara bukan karena hasrat dagang, tetapi karena terdesak kebutuhan hidup.

“Bukan orang yang kaya, atau orang-orang China yang mapan,” kata Tanti. Karena itulah, mereka tersebar dan menetap di daerah-daerah pedalaman, termasuk di Bandung dan sekitarnya.

Baca Juga: Hikayat Sunda Empire, Kekaisaran Pewaris Tahta Julius Caesar dari Kota Kembang

Tapi, keterpencilan dan kemiskinan tak membuat mereka bebas dari perhatian kolonial. Justru sebaliknya. Tragedi pembantaian massal etnis Tionghoa di Batavia pada 1740—yang dikenal sebagai Geger Pacinan—mengubah wajah perkampungan Tionghoa di Hindia Belanda. Peristiwa ini memicu perubahan besar dalam kebijakan pemerintah kolonial.

Pasca-pembantaian, pemerintah Belanda menetapkan aturan baru: orang Tionghoa hanya boleh tinggal di wilayah tertentu. Kawasan inilah yang kemudian dikenal sebagai Pecinan. Di sana, komunitas Tionghoa hidup dalam pengawasan ketat, lengkap dengan struktur administratif seperti mayor dan letnan Tionghoa yang menjadi perpanjangan tangan kekuasaan kolonial.

Di Bandung sendiri, perkampungan Tionghoa sudah tercatat sejak tahun 1810. Pecinan tidak hanya muncul di kota ini, tetapi juga di sejumlah kota di wilayah Priangan seperti Cianjur, Sumedang, Limbangan, dan Galuh. Awalnya, komunitas Tionghoa di Bandung bermukim di kawasan Banceuy. Namun, karena jumlah mereka bertambah, pemerintah kolonial menyediakan area baru di barat kota, yang kini dikenal sebagai Pasar Baru.

Tapi, kehidupan di Pecinan bukan tanpa batasan. Sebaliknya, Pecinan justru menjadi simbol pembatasan itu sendiri. Orang-orang Tionghoa tidak hanya diwajibkan tinggal di wilayah tertentu, tetapi juga aktivitas ekonomi mereka dibatasi dengan tegas.

Ketetapan Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada 6 Juli 1820, nomor 23, menyebut bahwa orang Tionghoa yang belum mengantongi izin resmi di wilayah Karesidenan Priangan harus menghentikan usahanya. Bahkan jumlah gerobak dagang yang boleh mereka gunakan pun dibatasi.

Pembatasan itu tak hanya berlaku untuk orang Tionghoa. Orang Arab pun turut merasakan tekanan yang sama. Namun, Tanti menegaskan, jika pun ada privilese dari pemerintah kolonial kepada kelompok asing tertentu, itu tidak terjadi di Bandung. Justru, etnis Tionghoa kerap menjadi sasaran pembatasan yang paling ketat.

Pers kolonial kala itu juga mencatat ketegangan antara komunitas Tionghoa dan kelompok Eropa. Sebuah artikel di harian Sin Bin yang terbit pada 15 Juli 1925, menampilkan ketidakharmonisan relasi tersebut secara gamblang. Pemerintah kolonial bahkan menerapkan kebijakan anti-rentenir yang menargetkan saudagar-saudagar Tionghoa yang meraih keuntungan dari usaha peminjaman uang.

Baca Juga: Jejak Samar Sejarah Pecinan Bandung, dari Chineesche Kamp ke Ruko Klasik Pasar Baru

Soal kebersihan pun menjadi alat kontrol. Pecinan di Bandung yang berada dekat pasar digambarkan sebagai kawasan kumuh, dan restoran-restoran Tionghoa dianggap jorok. Maka, pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan aturan kebersihan khusus untuk restoran China. “Pemerintah Hindia Belanda kemudian membuat kebijakan yang kaku,” ujar Tanti, “dengan aturan untuk membersihkan restoran-restoran China.”

Semua pembatasan itu, baik melalui peraturan tempat tinggal, kebijakan ekonomi, hingga kebersihan, menunjukkan satu hal: ruang gerak orang Tionghoa sejak masa kolonial telah dikurung dalam sistem.

“Dengan diciptakannya Pecinan saja menandakan sudah adanya pembatasan ruang gerak,” kata Tanti, menegaskan makna simbolik sekaligus politis dari keberadaan perkampungan itu.

Pecinan bukan perkampungan biasa. Ia bukan hasil pilihan komunitas, melainkan produk kebijakan diskriminatif yang membatasi, mengawasi, dan memisahkan. Di balik warna merah lampion dan hiruk pikuk pasar malam, ada sejarah panjang tentang segregasi yang dibalut kata ‘tertib’ oleh penguasa kolonial.

Dan kini, meski zaman telah berubah, jejak pembatasan itu masih bisa dirasakan, dalam bentuk stereotip, jarak sosial, atau kebijakan kota yang tak sepenuhnya inklusif. Pecinan bukan hanya warisan budaya, melainkan juga pengingat bahwa ruang dan identitas bisa dipaksa, dikotakkan, bahkan dikunci dengan nama peraturan.

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Biz 20 Sep 2025, 20:11 WIB

Kiat Sukses Manfaatkan Platform Digital untuk Dongkrak Pendapatan UMKM

Pemanfaatan platform digital terbukti menjadi kunci kesuksesan bagi banyak pelaku UMKM di Bandung. Tiga brand lokal, yakni NVSR, ASNH, dan Hoops, menjadi contoh nyata bagaimana keberanian berinovasi
Staf NVSR sedang melakukan Live Streaming produk di platform digital. (Foto: Rizma Riyandi)
Ayo Biz 20 Sep 2025, 10:36 WIB

Risol Bandung, Cemilan Paling Hits dan Bikin Ketagihan

Bicara soal jajanan di Kota Kembang memang tak ada habisnya. Salah satu camilan yang selalu punya tempat di hati warganya adalah risol. Camilan berkulit tipis dengan tekstur renyah ini kini hadir deng
Ilustrasi Risol (Foto: Pixabay)
Ayo Biz 20 Sep 2025, 09:22 WIB

Toko Jamu Babah Kuya, Warisan Obat Herbal Sejak Abad 19

Di balik kesibukan kawasan Pasar Baru, berdiri sebuah toko tua yang masih setia menjaga tradisi pengobatan herbal. Cat kuning di bangunannya menjadi penanda keberadaan Toko Jamu Babah Kuya, yang sudah
Toko Jamu Babah Kuya (Foto: Dok. Ayobandung.com)
Ayo Biz 19 Sep 2025, 21:25 WIB

Budaya Overworked di Kalangan Milenial dan Gen Z: Fleksibilitas yang Menyamar Jadi Tekanan

Teknologi yang semestinya memudahkan menjadi sumber tekanan baru. Email, WhatsApp, dan platform kerja digital membuat batas antara jam kerja dan waktu pribadi menjadi kabur.
Fenomena overworked alias bekerja melebihi jam kerja normal kian marak, terutama di kalangan milenial dan Gen Z yang mendominasi industri kreatif dan digital. (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 19 Sep 2025, 20:14 WIB

Duo Bandung Kembali ‘Mengguncang’ China

Fajar Alfian dan Muhammad Shohibul Fikri, diharapkan mampu menunjukkan aksi brilian lagi di China.
Fajar Alfian (depan) Muhammad Shohibul Fikri (belakang). (Sumber: Dok. PBSI)
Ayo Biz 19 Sep 2025, 19:57 WIB

Cashless dan Cita Rasa, Ketika UMKM Kuliner Menyatu dengan Teknologi

FKB menjadi panggung kolosal bagi ratusan UMKM kuliner sekaligus laboratorium hidup bagi transformasi digital yang semakin meresap ke sendi-sendi ekonomi lokal.
Fenomena cashless di FKB bukan hanya soal efisiensi, tetapi juga soal inklusi. Banyak pelaku UMKM yang sebelumnya mengandalkan transaksi tunai kini mulai terbiasa dengan sistem digital.
Ayo Jelajah 19 Sep 2025, 19:17 WIB

Jejak sejarah Perlawanan Rakyat Bandung terhadap Kerja Paksa Koi Era Kolonial

VOC mengubah kopi jadi kewajiban paksa. Bagaimana rakyat Bandung dan Priangan menemukan cara cerdas hingga getir untuk melawan penindasan?
Potret pribumi pekerja kopi di Jawa tahun 1920-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Biz 19 Sep 2025, 19:06 WIB

Ledakan Klinik Estetik di Bandung: Antara Tren, Teknologi, dan Filosofi Cantik Bertanggung Jawab

Geliat klinik estetik di Bandung menunjukkan pertumbuhan signifikan, menjawab kebutuhan masyarakat urban yang semakin sadar akan pentingnya perawatan kulit.
Geliat klinik estetik di Bandung menunjukkan pertumbuhan signifikan, menjawab kebutuhan masyarakat urban yang semakin sadar akan pentingnya perawatan kulit. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 19 Sep 2025, 18:21 WIB

Menelusuri Keresahan Hati Seniman lewat Karya Selasar Sunaryo Art Space

Keresahan bisa dituangkan dalam bentuk apa pun, salah satunya adalah lukisan dan pahatan yang bertemu di Selasar Sunaryo Art Space.
Sejuta Mata Karya Sunaryo (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Biz 19 Sep 2025, 16:25 WIB

3 Kunci Penting Jika Ingin Nyemplung ke Bisnis Fashion

Perjalanan sebuah usaha kecil menengah (UMKM) kerap diwarnai oleh cerita jatuh bangun. Dari keterbatasan modal, tekanan persaingan, hingga tantangan teknologi, semua menjadi bagian dari proses
Produk NVSR (Foto: Instagram NVSR)
Ayo Biz 19 Sep 2025, 15:04 WIB

Tas Jinjing Wanita, Bukan Hanya Sekedar Gaya

Tas wanita berfungsi sebagai wadah praktis untuk membawa barang-barang pribadi, mulai dari dompet, ponsel, kunci, hingga perlengkapan kosmetik dan kebutuhan kerja. Namun, tas ini tidak hanya sebatas
Ilustrasi Tas Wanita. (Foto: Pixabay)
Ayo Biz 19 Sep 2025, 14:30 WIB

Baso Mang Tatang, Detinasi Kuliner Wajib Saat Berkunjung ke Al-jabbar

Setelah beribadah atau berwisata di Masjid Raya Al-Jabbar, banyak pengunjung memilih singgah ke sebuah warung bakso yang sedang naik daun, Baso Mang Tatang. Lokasinya hanya sekitar 900 meter dari masj
Masjid Al-Jabbar (Foto: Dok. Ayobandung.com)
Ayo Jelajah 19 Sep 2025, 13:05 WIB

Sejarah Dongeng Si Kabayan, Orang Kampung Pemalas yang Licin dan Jenaka

Sejarah Si Kabayan lahir dari dongeng lisan di sawah Priangan. Kini ia dikenal di seluruh Indonesia lewat buku, film, dan sinetron.
Sampul dongng SI Kabayan terbitan Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Ayo Netizen 19 Sep 2025, 11:54 WIB

Bandung dan Sebagian Sistem Administrasi Pendidikan yang Masih Semrawut

Banyak sisi gelap Kota Bandung yang belum diketahui masyarakat, salah satunya adalah kejamnya dunia pendidikan.
Sisi Gelap Sistem Administrasi Perguruan Tinggi di Kota Bandung (Sumber: Ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Beranda 19 Sep 2025, 09:36 WIB

Berlari Menantang Batas: Egi dan Gita Buktikan Disabilitas Tak Halangi Prestasi

Meski begitu, ia berharap kesetaraan tersebut terus dijaga, sebab baik atlet disabilitas maupun non-disabilitas sama-sama mengharumkan nama daerah dan negara.
Egi adalah penyandang disabilitas low vision netra, sebuah gangguan penglihatan permanen. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Gilang Fathu Romadhan)
Ayo Netizen 19 Sep 2025, 07:26 WIB

Kegiatan Literasi yang Membangun Nalar Kiritis Siswa

Halaman-halaman dari setiap bacaan atau episode, menjadi jembatan dan penerangan mimpi, membuka imajinasi.
Foto Kegiatan Membaca Komprehensif SMPN 1 Kasokandel (Foto: Muhammad Assegaf)
Ayo Biz 18 Sep 2025, 20:46 WIB

Ketika Kuliner dan Visual Berpadu Resto Estetik Menjadi Destinasi Favorit

Generasi muda, khususnya Gen Z dan milenial, menjadikan kafe dan restoran sebagai latar konten, ruang ekspresi, bahkan simbol gaya hidup.
Bukan sekadar tempat bersantap, resto estetik kini menjadi destinasi wisata tersendiri. (Sumber: Instagram @Teuan.id)
Ayo Netizen 18 Sep 2025, 20:01 WIB

Filsafat Seni Islam

Tak ada salahnya membicarakan filsafat seni dalam agama Islam.
Ilustrasi karya seni yang islami. (Sumber: Pexels/Andreea Ch)
Ayo Biz 18 Sep 2025, 19:15 WIB

Komunitas Semut Foto Membangun Ekosistem Kreatif yang Menggerakkan Peluang Bisnis

Tanpa batas usia, tanpa syarat keanggotaan, dan tanpa biaya, KSF berdiri sebagai ruang inklusif yang merayakan keberagaman dalam seni visual.
Tanpa batas usia, tanpa syarat keanggotaan, dan tanpa biaya, KSF berdiri sebagai ruang inklusif yang merayakan keberagaman dalam seni visual. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 18 Sep 2025, 18:14 WIB

Geliat Industri Printing IKM Jawa Barat di Tengah Ekonomi Lesu: Antara Inovasi dan Ketahanan

Di tengah bayang-bayang pelemahan ekonomi nasional, geliat industri printing skala kecil dan menengah (IKM) di Jawa Barat justru menunjukkan ketahanan.
Permintaan terhadap produk custom printing, print-on-demand, dan desain ramah lingkungan terus meningkat, membuka peluang baru bagi pelaku UMKM yang mampu beradaptasi dengan tren pasar. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)