Hikayat Pembunuhan Subang yang Bikin Geger, Baru Terungkap Setelah 2 Tahun

Hengky Sulaksono
Ditulis oleh Hengky Sulaksono diterbitkan Rabu 23 Jul 2025, 17:10 WIB
Olah TKP kasus pembunuhan Subang. (Sumber: Ayobandung)

Olah TKP kasus pembunuhan Subang. (Sumber: Ayobandung)

AYOBANDUNG.ID - Subuh baru saja lewat ketika kegaduhan kecil membangunkan warga Kampung Ciseuti, Desa Jalan Cagak, Kabupaten Subang, Jawa Barat, pada Rabu pagi, 18 Agustus 2021. Suara aneh terdengar samar dari sebuah rumah besar di sudut jalan. Seorang pria bernama Yosep Hidayah berdiri termangu di depan rumahnya. Istrinya, Tuti Suhartini (55), dan anak perempuannya, Amalia Mustika Ratu (23), tak tampak batang hidungnya. Namun, yang lebih mengganggu adalah keadaan rumah yang berantakan dan jejak darah yang tercecer dari dalam rumah menuju garasi.

Yosep mengikuti jejak itu. Ia membuka pintu bagasi Toyota Alphard putih yang terparkir. Di dalamnya, dua tubuh perempuan tergeletak kaku, bersimbah darah. Suara gemeretak dari engsel bagasi menjadi saksi bisu dari mimpi buruk yang baru saja dimulai. Tubuh mereka sudah dingin. Darah telah mengering di sela-sela karpet bagasi. Aroma besi menyengat menusuk hidung. Pagi itu, Subang berubah menjadi lokasi pembantaian yang tidak biasa.

Polisi datang tak lama kemudian. Garis kuning dipasang, kamera forensik mulai menyala, dan mulut warga bergetar dalam bisikan. Subang, yang biasanya tenang, berubah menjadi panggung dari salah satu kasus pembunuhan paling membingungkan dalam sejarah kriminal Indonesia. Media nasional berdatangan. Polisi bergerak cepat, namun misteri yang satu ini justru semakin kabur seiring waktu.

Rumah Tanpa Teriakan, Kematian Tanpa Saksi

Tak butuh waktu lama bagi penyidik untuk menyimpulkan bahwa pelaku kemungkinan besar dikenal oleh korban. Tak ada bekas congkelan jendela, tak ada pintu rusak. Barang-barang berharga di dalam rumah tak satu pun hilang. Namun dua perempuan tewas secara brutal. Hasil autopsi menunjukkan tengkorak Tuti dan Amalia pecah akibat hantaman benda tumpul. Yang mengejutkan, waktu kematian mereka berbeda: Tuti diduga tewas sekitar tengah malam, sedangkan Amalia menyusul lima jam kemudian, menjelang fajar.

"Yang pasti korban kenal dengan pelaku," ujar Kasat Reskrim Polres Subang AKP M. Zulkarnaen dua hari setelah kejadian, Jumat, 20 Agustus 2021.

Baca Juga: Hikayat Sunda Empire, Kekaisaran Pewaris Tahta Julius Caesar dari Kota Kembang

Tak ada teriakan yang terdengar malam itu. Tetangga hanya mengingat sunyi yang tidak biasa. Penyerang bergerak tanpa jejak kasar, seolah tahu betul seluk-beluk rumah. Dari analisis forensik, polisi menyebutkan adanya dua jenis jejak kaki, mengindikasikan lebih dari satu pelaku. Hasil investigasi memperlihatkan bahwa tak ada satupun rekaman CCTV yang bisa dijadikan petunjuk berarti. Gerak para pelaku terlalu rapi.

"Diduga lebih dari satu orang," kata Kapolres Subang kala itu, AKBP Sumarni. Ia juga menyebut bahwa korban sempat dimandikan sebelum dimasukkan ke bagasi mobil. Sebuah tindakan janggal, menyerupai ritual, bukan tindakan tergesa. Dugaan bahwa pelaku adalah orang dekat semakin menguat. Apalagi, pembunuhan terjadi saat Yosep, sang kepala keluarga, tidak berada di rumah.

Tapi dari semua yang ditemukan, hanya satu benda yang hilang: telepon seluler milik Amalia. Tidak ada barang berharga lain yang raib. Itu mempertebal keyakinan bahwa motif perampokan bisa disingkirkan sejak awal. Kasus ini sejak awal tak biasa. Banyak motif berseliweran: asmara, warisan, kecemburuan, dendam. Tapi tak ada satupun yang benar-benar pasti.

Siapa yang Berbohong?

Yosep Hidayah langsung masuk ke dalam daftar panjang kecurigaan. Ia adalah suami Tuti, ayah Amalia, dan orang pertama yang menemukan mayat. Pada hari kejadian, Yosep mengaku sedang berada di luar kota untuk urusan pekerjaan. Namun belakangan diketahui ia bermalam di rumah istri mudanya, seorang perempuan bernama Mimin.

“Keterangan saudara Y bahwa pada malam hari saudara Y berada di istri mudanya,” kata Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Erdi Chaniago.

Keterangan itu bukan hanya membingungkan, tetapi juga membuka kotak pandora tentang kehidupan rumah tangga Yosep yang ternyata tidak harmonis. Mimin menjadi sorotan. Keluarga besar Tuti menyebut bahwa Mimin beberapa kali menunjukkan sikap tidak bersahabat dan mengucap ancaman. Namun begitu, semua tuduhan itu mental di hadapan fakta hukum yang minim bukti.

Baca Juga: Kapal Laut Garut jadi Korban Torpedo Jerman di Perang Dunia II

Kuasa hukum Mimin, Robert Marpaung, membantah semua tuduhan. “Kami dari pihak Bu Mimin berharap kejadian ini cepat terungkap. Supaya terang benderang, supaya tidak ada tuduh-menuduh,” ujarnya.

Polisi bergerak dengan berbagai upaya: tes kebohongan terhadap Yosep dan Mimin, olah TKP ulang, serta autopsi kedua terhadap jasad korban. Bahkan polisi membongkar kembali makam keduanya dua kali untuk penyelidikan tambahan. Tapi semua jalan seolah mentok. Sketsa wajah pelaku dari belakang sempat dirilis ke publik, tapi tak membuahkan hasil. Total 69 orang saksi diperiksa. Belum juga cukup. Tes DNA dilakukan terhadap 49 orang. Hasilnya nihil.

Waktu terus berjalan. Tahun berganti. Kasus ini perlahan mulai tenggelam dari pemberitaan. Sampai sebuah pengakuan tiba-tiba mengguncang publik.

Amalia Mustika Ratu
Amalia Mustika Ratu

Ketika Kebenaran Datang Terlambat

Dua tahun setelah pembunuhan, tepatnya pada 17 Oktober 2023, seorang pria bernama M. Ramdanu menyerahkan diri ke Polda Jabar. Ia adalah keponakan Tuti. Danu, begitu ia akrab disapa, membawa serta cerita yang mengejutkan. Ia mengaku terlibat dalam pembunuhan tersebut. Polisi langsung bergerak cepat.

Tak lama kemudian, lima orang ditetapkan sebagai tersangka: Danu, Yosep, Mimin, serta dua anak Mimin, Arighi dan Abi. Nama-nama yang selama ini hanya disebut-sebut dalam spekulasi, kini resmi menjadi terdakwa di mata hukum.

"Yang jelas betul Pak Yosep, Bu Mimin, Arighi dan Abi ditetapkan jadi tersangka berdasarkan pengakuan sepihak yang dilakukan oleh Saudara Danu," ujar kuasa hukum Yosep, Rohman Hidayat.

Yosep tak tinggal diam. Ia membantah semua tuduhan. Di hadapan wartawan, ia berteriak, "Saya difitnah jadi pembunuh istri dan anak saya!" Saat digelandang ke Lapas Subang, ia berkata, "Nanti lihat di persidangan, akan saya buktikan bahwa saya tak bersalah."

Kuasa hukum Danu, Achmad Taufan, menjelaskan bahwa kliennya sempat bungkam karena takut dibunuh. "Kalau saya bongkar, saya nanti dimatiin juga," ucapnya menirukan pengakuan Danu. Namun, polisi merasa cukup punya dasar. Mereka menyebut menemukan baju Yosep yang terkena darah korban. Polisi juga menyimpulkan bahwa motif utama dari pembunuhan adalah uang. Yosep diduga meminta uang Rp30 juta kepada Amalia, namun dihalangi oleh Tuti. Dalam versi polisi, konflik keluarga yang berlapis menjadi latar tragedi.

"Jadi Yosep ini meminta uang sekitar Rp 30 juta ke Amel. Namun, Tuti sempat menghalangi sehingga diduga ada niat buruk dari Yosep," kata Dirkrimum Polda Jabar, Kombes Surawan.

Surawan menambahkan bahwa setelah pembunuhan, korban bahkan sempat dimandikan oleh para pelaku sebelum dimasukkan ke mobil. "Ini seperti ada skenario panjang. Tidak spontan," ujarnya.

Kasus ini juga menjadi ujian bagi kepolisian. Di tengah upaya menegakkan hukum, terungkap bahwa ada anggota polisi yang merusak TKP. Salah satunya, Ipda Taryono, menyuruh saksi menguras bak mandi. Akibatnya, tim Inafis kesulitan merekonstruksi kejadian secara utuh.

Luka yang Tak Bisa Disembuhkan

Butuh lebih dari dua tahun untuk merangkai potongan-potongan misteri ini kembali. Akhirnya, pada 25 Juli 2024, Pengadilan Negeri Subang menjatuhkan vonis 20 tahun penjara kepada Yosep Hidayah.

“Terdakwa Yosep Hidayah telah terbukti melakukan pembunuhan berencana bersama tersangka lain terhadap anak dan istrinya,” ujar Ketua Majelis Hakim, Ardi Wijayanto.

Putusan itu menutup satu bab dari tragedi berdarah di Subang, tapi tak menutup seluruh pertanyaan. Benarkah motifnya semata uang? Bagaimana peran masing-masing tersangka? Mengapa pembunuhan ini berlangsung begitu rapi, dalam diam?

Dan satu pertanyaan terbesar: bagaimana seorang ayah tega menghabisi darah dagingnya sendiri?

Baca Juga: Sabotase Kereta Rancaekek, Bumbu Jimat dan Konspirasi Kiri

Kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang adalah lebih dari sekadar pembunuhan. Ia adalah potret luka rumah tangga, dendam yang membusuk, dan keserakahan yang dibungkus senyap. Darah yang tercecer di garasi menjadi awal dari cerita panjang tentang kematian dan keadilan yang tertunda. Sebuah tragedi yang akan terus hidup dalam ingatan Subang, dan menjadi pengingat bahwa kejahatan paling kejam bisa saja bersumber dari tempat yang paling dekat: keluarga sendiri.

Bagi warga Ciseuti, hari itu tak akan pernah dilupakan. Bagasi Alphard bukan lagi tempat menyimpan koper dan tas belanja. Ia kini menjadi simbol nestapa, pertanda bahwa dalam rumah yang terlihat rapi sekalipun, bisa tersembunyi kebohongan, kesumat, dan maut.

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 08 Sep 2025, 17:53 WIB

Encuy ‘Preman Pensiun’: Sosok Aktor Pekerja Keras yang Mau Belajar

Encuy (Nandi Juliawan) Preman Pensiun berpulang pada Sabtu, 7 September 2025.
Encuy (Nandi Juliawan)-- berpulang pada Sabtu, 7 September 2025. (Sumber: Instagram/abenk_marco)
Ayo Netizen 08 Sep 2025, 16:14 WIB

'Agama Rakyat' di Kota Bandung, Cuma Kita yang Enggak Ngeh

Membicarakan 'agama rakyat' memang tidak seperti membicarakan 'agama formal'.
Membicarakan 'agama rakyat' memang tidak seperti membicarakan 'agama formal'. (Sumber: Pexels/Ismail saja)
Ayo Netizen 08 Sep 2025, 15:15 WIB

Dampak Kemarau Basah pada Potensi Produksi Pangan

Fenomena kemarau basah akan berpengaruh pada potensi produksi pangan sebagai upaya mencapai program kemandirian atau swasembada pangan di Indonesia
Ilustrasi kemarau di masa panen. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)
Ayo Biz 08 Sep 2025, 13:02 WIB

Hanya Buka di Malam Hari, Pelanggan Nasi Kuning Pungkur Ngantre Sampai Subuh

Jika biasanya nasi kuning identik dengan sarapan pagi, lain halnya dengan warung kaki lima yang satu ini. Warung Nasi Kuning Pungkur, yang berlokasi di Jalan Pungkur No. 216, Kota Bandung, justru baru
Nasi Kuning Pungkur (Foto: GMAPS)
Ayo Jelajah 08 Sep 2025, 12:22 WIB

Sejarah Stadion GBLA, Panggung Kontroversi yang Hampir Dinamai Gelora Dada Rosada

Stadion Gelora Bandung Lautan Api lahir dengan ambisi besar untuk menjadi kandang Persib, namun sejak awal pembangunannya sudah penuh polemik, dari kasus korupsi, kerusakan, hingga tragedi suporter.
Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) Gedebage yang diproyeksikan jadi kandang Persib.
Ayo Biz 08 Sep 2025, 12:06 WIB

Kisah Panjang Pampam Craft, Kerajinan Rajut yang Muncul dari Kecintaan Terhadap Seni

Di balik setiap helai benang yang terjalin menjadi boneka, tas, atau gantungan kunci, tersimpan kisah panjang tentang kecintaan pada seni rajut. Itulah yang melahirkan Pampam Craft, usaha rajutan yang
Minishop Pampam Craft dan Owner Pampam Craft, Defrina Miftahurrahma. (Foto: Rizma Riyandi)
Ayo Netizen 08 Sep 2025, 12:03 WIB

Mengintip Koleksi Buku Internasional di Festival Big Bad Wolf (BBW) Bandung Barat

Festival Big Bad Wolf merupakan pameran buku internasional yang diselenggarakan di Bandung mulai dari 28 Agustus 2025- 07 September 2025.
Festival BBW Bandung 2025 di Parahyangan Convention (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Beranda 08 Sep 2025, 10:15 WIB

Adaptasi Jadi Kunci Hadapi Krisis Iklim: Mulai Kebijakan Global hingga Gotong Royong Masyarakat Lokal

Adaptasi adalah upaya untuk mempersiapkan dan menyesuaikan diri terhadap dampak perubahan iklim yang sudah terjadi atau yang akan datang.
Siswa SD Darul Hikam Bandung memperingati Hari Bumi 2024 dengan aksi nyata menanam pohon di kawasan Dago Giri. Kegiatan kongkret berperan penting menyerap karbon.
Ayo Netizen 08 Sep 2025, 09:46 WIB

Dialog dengan Cermin: Saat Mesin Mempertanyakan Hakikat Kita

Opini ini menengok kembali derasnya perkembangan kecerdasan buatan yang kini semakin memudarkan sisi kemanusiaan kita.
Ilustrasi teknologi canggih masa kini. (Sumber: Pexels/cottonbro studio)
Ayo Biz 08 Sep 2025, 07:25 WIB

Celana Jeans Ternyata Tidak Dibuat untuk Bergaya

Celana jeans pada dasarnya berfungsi sebagai pakaian bawahan yang nyaman, kuat, dan praktis untuk digunakan sehari-hari.
Foto produk Levi's. (Foto: Levi's)
Ayo Netizen 07 Sep 2025, 19:01 WIB

Bubur Ayam Gang Irit, Roti Cari Rasa Kosambi, dan Kenangan Masa SMA

Berbicara tentang kuliner roti dan bubur ayam legendaris saya selalu teringat saat masa-masa indah SMA dulu, tahun 1986-1988.
Roti Bumbu Cari Rasa di dekat Pasar Kosambi, Kota Bandung. (Sumber: Pemerintah Kota Bandung)
Ayo Biz 07 Sep 2025, 18:20 WIB

Jurig Jadi Cuannya: Cosplay Horor di Ruang Publik, Antara Hiburan dan Peluang Bisnis Kreatif

Di balik kostum dan riasan menyeramkan, ada komunitas kreatif yang menjadikan cosplay sebagai medium ekspresi sekaligus peluang ekonomi.
Di balik kostum dan riasan menyeramkan, ada komunitas kreatif yang menjadikan cosplay sebagai medium ekspresi sekaligus peluang ekonomi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 07 Sep 2025, 16:48 WIB

Treat a Cup Menyulap Minuman Sehat Jadi Gaya Hidup Baru Anak Muda Bandung

Treat a Cup hadir bukan hanya sebagai tempat ngopi, tapi sebagai brand yang merangkul tren hidup sehat dengan cara yang menyenangkan dan tetap kekinian.
Treat a Cup hadir bukan hanya sebagai tempat ngopi, tapi sebagai brand yang merangkul tren hidup sehat dengan cara yang menyenangkan dan tetap kekinian. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 07 Sep 2025, 14:14 WIB

Bandung dari Lensa Kamera: Sarae Hills dan Fenomena Wisata Instagrammable

Wisata swafoto telah menjadi fenomena sosial yang tak bisa diabaikan. Generasi muda menjadikan estetika visual sebagai bagian penting dari pengalaman berwisata.
Sarae Hills destinasi wisata yang tidak hanya indah, tapi juga Instagrammable. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 07 Sep 2025, 11:27 WIB

Ci Sanggiri Sungai yang Menggentarkan

Ci Sanggiri, aliran sungai di lembah rangkaian pegunungan selatan yang berarus deras, di aliran sungai yang lebar dan dalam.
Tempuran Ci Hurip (kiri) dengan Ci Sanggiri (kanan). (Sumber: Citra satelit: Google maps)
Ayo Jelajah 07 Sep 2025, 10:41 WIB

Kisah Hidup Perempuan Penyintas HIV di Bandung, Bangkit dari Stigma dan Trauma

Kisah nyata tujuh perempuan penyintas HIV di Bandung memperlihatkan perjuangan melawan stigma sosial dan tantangan ekonomi.
Ilustrasi penyintas HIV. (Sumber: Shutterstock)
Ayo Netizen 07 Sep 2025, 07:35 WIB

Beban Ganda Perempuan dan Isu Fatherless lewat Film 'Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah'

Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah merupakan film yang sedang tayang di bioskop yang mengangkat isu keluarga dan peran orangtua di dalam rumah.
Poster Film Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah (Sumber: Instagram | Rapi Films)
Ayo Netizen 06 Sep 2025, 18:59 WIB

Muludan, Rindu Rosul

Semua maha karya itu menegaskan satu kerinduan, kecintaan pada Rasulullah SAW tak pernah lekang dimakan zaman.
Suasana malam di Masjid Raya Al Jabbar. (Sumber: Ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Biz 06 Sep 2025, 11:39 WIB

Kenapa Harus Pakai Earphone Bagus?

Earphone adalah perangkat audio kecil yang digunakan dengan cara ditempelkan atau dimasukkan ke dalam telinga untuk mendengarkan suara secara pribadi.
Ilustrasi foto Earphone (Foto: Pixabay)
Ayo Biz 06 Sep 2025, 10:34 WIB

Kopi Toko Tua, Bukan Hanya Sekedar Tempat Ngopi di Braga

Di tengah padatnya aktivitas Kota Bandung, ada satu tempat yang bisa membuatmu merasa seperti kembali ke masa lalu. Kopi Toko Tua, sebuah kafe bergaya kolonial, menghadirkan suasana vintage yang hanga
Kopi Toko Tua (Foto: GMAPS)