Bandung 'Geulis' tapi Takut Hujan

Djoko Subinarto
Ditulis oleh Djoko Subinarto diterbitkan Rabu 23 Jul 2025, 12:27 WIB
Banjir cileuncang di salah satu ruas jalan di Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)

Banjir cileuncang di salah satu ruas jalan di Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)

BANDUNG sering dipuja karena keindahannya.

Jalan-jalan dengan pepohonan rindang, taman-taman yang dirancang estetik, dan suasana kota yang adem menyuguhkan citra Bandung sebagai kota yang geulis. Kata "geulis" bukan sekadar berarti cantik, tapi juga mengandung unsur keanggunan dan daya tarik alami. 

Hingga kiwari, Bandung masih menjadi magnet wisata, tempat orang mencari ketenangan sekaligus inspirasi visual. Namun, citra itu menyimpan sisi lain yang jarang dibicarakan secara jujur.

Ketika hujan deras turun, Bandung bukan lagi kota yang geulis. Ibukota Jawa Barat ini berubah jadi kota yang cemas. Ketakutan sebagian warga muncul bukan tanpa alasan. Tatakala hujan datang, banjir cileuncang menjadi langganan.

Sebagaian jalanan Bandung tergenang. Got-got meluap. Danau dadakan terbentuk. Warga harus menggulung celana, bahkan mengevakuasi barang berharga.

Dalam hitungan menit, mobil mogok, sepeda motor terjebak, dan arus lalu lintas di sejumlah ruas jalan lumpuh total. Ini bukan cerita fiksi. Tapi, realita.

Hujan yang turun deras di Bandung, bagi sebagian warga, bukan lagi sekadar berkah. Ia berubah jadi ancaman dan petaka. Air hujan yang seharusnya meresap atau dialirkan dengan baik justru menggenang. Kondisi Ini bukan kejadian baru. 

Banjir dan genangan sudah jadi bagian dari kehidupan sebagian warga Bandung, terutama di kawasan rendah atau daerah-daerah yang berdekatan dengan aliran sungai.

Bahkan, beberapa wilayah sudah menjadi langganan banjir. Ini seperti ironi tetap yang tak terselesaikan dari tahun ke tahun.

Di sisi lain, Bandung punya banyak taman kota yang tampak hijau dan segar, dan membuat Bandung geulis campernik. Dari Taman Balai Kota sampai Teras Cikapundung, semuanya tampak menggoda kita untuk berswafoto.

Estetika taman turut menjadi simbol kemajuan kota. Tapi, taman yang cantik tak selalu identik dengan kota yang benar-benar sehat.

Artinya, keindahan visual saja masih belum cukup. Estetika saja tak bisa menggantikan fungsi dasar kota, yakni melindungi warganya dari bencana. Infrastruktur kota harus benar-benar mampu mendukung kenyamanan dan keamanan warganya.

Kota yang ideal tidak hanya indah dilihat maupun sedap dipandang, melainkan pula kuat dan tahan terhadap perubahan cuaca ekstrem.

Bukan kurang geulis

Suasana Dayeuhkolot saat ini yang sering dilanda banjir besar saban musim hujan. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)
Suasana Dayeuhkolot saat ini yang sering dilanda banjir besar saban musim hujan. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)

Salah satu masalah utama Bandung saat ini bukan kurang geulis, tapi kurang kuat menahan air. Sistem drainase yang tidak diperbarui, alih fungsi lahan, terutama di bagian hulu, dan buruknya manajemen sampah memperparah situasi.

Kota yang padat seperti Bandung, tanpa perencanaan menyeluruh, bakal sulit beradaptasi. Ketika curah hujan meningkat, semua kelemahan itu terekspos dengan nyata.

Di satu sisi, Bandung merepresentasikan citra sebagai kota kreatif dan kota bunga. Di sisi lain, kota ini kesulitan menangani urusan mendasar berupa air hujan yang tak tertampung dan akhirnya meluap melahirkan banjir lokal. 

Menurut laporan Bappenas 2021, lebih dari 30 persen wilayah kota Bandung berada di zona rawan banjir. Sementara itu, sistem drainase kota hanya mampu menampung air untuk hujan sedang. Artinya, setiap kali terjadi hujan ekstrem, risiko banjir langsung di kota ini meningkat. 

Saat hujan ekstrem datang, air tak tahu harus lari ke mana. Jalanan jadi danau dan sungai dadakan. Rumah-rumah warga kebanjiran. Warga yang tidak punya pilihan selain bertahan, harus menyaksikan perabot rusak, dokumen penting basah, dan akses jalan tertutup air.

Dalam hal ini, lirik-lirik lagu bertajuk Here Comes the Rain Again dari Eurythmics terasa relevan namun juga membawa alarm bahaya. Hujan di Bandung bukan lagi momen romantis, tapi memori yang yang mengingatkan pada petaka. Ia membawa kecemasan, bukan ketenangan. 

Jika kita telisik, salah satu biang kerok yang menyebabkan Bandung geulis menjadi Bandung banjir karena banyak area yang dulunya hijau kini jadi perumahan atau pusat-pusat komersial.

Dalam jangka panjang, hal ini menyebabkan defisit area serapan air. Kota kehilangan kemampuannya untuk menyerap air secara alami.

Permukaan keras seperti aspal dan beton membuat air tak bisa meresap ke tanah. Lihat saja sepanjang Dago. Dulu, halaman-halaman rumah atau gedung di Dago dihiasi hamparan rumput. Kini, lebih banyak beton dan aspal terhampar. 

Air akhirnya mengalir cepat ke tempat lebih rendah, lalu meluap. Semakin luas wilayah terbetonisasi, semakin tinggi risiko banjir. 

Ditambah lagi, masih banyak warga membuang sampah ke selokan. Bahkan, ke sungai. Aliran air terhambat. Lumpur menumpuk. Drainase pun gagal bekerja dengan semestinya. Kebiasaan buruk ini memperparah keadaan.

Konsep tata kota yang berkelanjutan harus mampu menjawab tantangan perubahan iklim dan banjir musiman. Kota harus tanggap terhadap realitas iklim yang makin tak terduga. Jika tidak, kita hanya akan menata permukaan dan melupakan kedalaman.

Bandung perlu mengelola air secara cerdas, dengan cara menampung, menyimpan, dan melepas dengan sistem yang adaptif terhadap iklim. Bandung harus didesain agar mampu menyerap air seperti spons, lewat taman resapan, kolam retensi, dan jalur air alami. 

Teladan bagi kota lain

Kolam retensi Ciporeat memiliki misi penting dari pemerintah, yaitu mengantisipasi banjir di kawasan tersebut. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Gilang Fathu Romadhan)
Kolam retensi Ciporeat memiliki misi penting dari pemerintah, yaitu mengantisipasi banjir di kawasan tersebut. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Gilang Fathu Romadhan)

Bandung seharusnya bisa jadi teladan bagi kota-kota lain di Indonesia. Kota ini punya komunitas kreatif, arsitek andal, dan aktivis lingkungan yang progresif.

Jika semua kekuatan itu dikonsolidasikan, Bandung bisa menjadi model. Tapi, butuh sinergi yang kuat, bukan sekadar inisiatif terpisah-pisah.

Dan itu  semua harus ditopang oleh kemauan politik. Tanpa dukungan anggaran dan visi jangka panjang, Bandung hanya akan berkutat pada proyek-proyek tempelan serta temporer. Pemimpin kota harus berani mengambil keputusan strategis. Tanpa itu, visi hanya tinggal wacana.

Keberadaan taman-taman yang indah di Bandung akan sia-sia jika drainase masih tetap sempit dan tersumbat. Air tak butuh estetika. Ia butuh ruang untuk mengalir.

Jadi, air akan tetap mencari jalan. Dan jika tak diberi, ia akan menerobos. Maka, perencanaan kota harus benar-benar berpihak pada air. Bukan malah melawannya.

Oleh sebab itu, butuh revisi besar terhadap master plan kota. Perlu ada integrasi antara estetika dan fungsionalitas. Bandung harus menyeimbangkan antara rupa dan isi.

Warga juga punya peran penting dalam hal ini. Kesadaran untuk tidak membuang sampah sembarangan adalah langkah kecil tapi signifikan. Bandung tak akan berubah menjadi semakin baik kalau manusianya tetap acuh.

Sekolah-sekolah bisa mengajarkan literasi iklim sejak dini. Anak-anak perlu tahu bahwa Bandung yang indah juga harus tahan cuaca ekstrem. Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang sering dilupakan. Padahal, perubahan dimulai dari pemahaman.

Urbanisasi yang dialami Bandung memang tak bisa dicegah sepenuhnya. Tapi, ini bisa diarahkan. Perencanaan kota harus memikirkan 20 tahun -- bahkan 50-100 tahun -- ke depan.

Bukan cuma foto hari ini dan sebulan kemudian. Bandung harus merancang masa depannya dengan keberanian.

Belajar dari kota lain

Banjir di kawasan pasar Lembang, Jumat 23 Mei 2025 (Sumber: ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)
Banjir di kawasan pasar Lembang, Jumat 23 Mei 2025 (Sumber: ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)

Bandung harus mampu pula belajar dari kota-kota lain yang sukses mengelola air. Singapura, misalnya, mengintegrasikan sistem kanal dan ruang publik dalam satu desain terpadu. Kota ini bukan hanya tahan banjir, tapi juga menjadikan air sebagai elemen estetika.

Bandung juga harus terbuka terhadap inovasi lokal. Banyak komunitas di Bandung yang sudah punya solusi kecil, seperti lubang biopori, taman vertikal, hingga bank sampah. Solusi akar rumput bisa jadi katalis perubahan jika didukung serius.

Tapi, solusi kecil butuh dukungan besar. Pemerintah tak bisa bekerja sendiri. Swasta, akademisi, dan warga perlu duduk bersama. Artinya, perlu ada gotong royong semua elemen.

Bandung bisa terus  geulis tanpa takut hujan. Tapi, itu hanya mungkin kalau kita semua serius menata ulang kota ini. Estetika dan fungsionalitas harus berjalan beriringan. Kalau tidak, Bandung hanya akan jadi kota geulis yang rentan.

Jangan biarkan Bandung jadi kota Instagram yang menipu kenyataan. Keindahan harus berpihak pada kenyamanan hidup semua warga. Kota bukan panggung. Kota adalah rumah bagi semua.

Bandung geulis bukan sekadar tampilan luar. Bandung yang benar-benar geulis adalah kota yang kuat menampung air, sabar menghadapi hujan, dan adil pada semua warganya.

Itulah definisi geulis yang sesungguhnya. Singkatnya, Bandung bukan hanya sedap dipandang, tapi juga layak dihuni. (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Djoko Subinarto
Penulis lepas, blogger
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 18 Des 2025, 07:15 WIB

Akhir Tahun di Bandung: Saat Emas bagi Industri Resort dan Pariwisata Kreatif

Menjelang Natal dan Tahun Baru 2026, lonjakan kunjungan ke Kota Bandung serta tren wisata tematik di resort membuat akhir tahun menjadi momentum emas bagi pertumbuhan industri resort dan pariwisata.
Salah satu faktor yang memperkuat posisi Bandung sebagai destinasi akhir tahun adalah kemunculan resort-resort dengan konsep menarik (Sumber: Instagram @chanaya.bandung)
Beranda 18 Des 2025, 07:09 WIB

Rumah Seni Ropiah: Bukan Hanya Tempat Memamerkan Karya Seni, tapi Ruang Hidup Nilai, Budaya, dan Sejarah Keluarga

Galeri seni lukis yang berlokasi di Jalan Braga, Kota Bandung ini menampilkan karya-karya seni yang seluruhnya merupakan hasil ciptaan keluarga besar Rumah Seni Ropih sendiri.
Puluhan lukisan yang dipamerkan dan untuk dijual di Rumah Seni Ropih di Jalan Braga, Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Toni Hermawan)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 21:48 WIB

Dari Bunderan Cibiru hingga Cileunyi Macet Parah, Solusi Selalu Menguap di Udara

Kemacetan di Bunderan Cibiru harus segera ditangani oleh Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan.
Pengendara Mengalami Kemacetan di Bunderan Cibiru, Kota Bandung, (1/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Sufia Putrani)
Beranda 17 Des 2025, 20:27 WIB

Pemkot Bandung Klarifikasi Isu Lambatnya Respons Call Center, Tegaskan Nomor Darurat Resmi 112 Aktif 24 Jam dan Gratis

Koordinator Bandung Command Center, Yusuf Cahyadi, menegaskan bahwa layanan kegawatdaruratan resmi Pemerintah Kota Bandung adalah Call Center 112.
Layanan kegawatdaruratan resmi Pemerintah Kota Bandung adalah Call Center 112
Ayo Netizen 17 Des 2025, 20:04 WIB

Jembatan Penyebrangan Usang Satu-satunya Harus Melayani Jalan Terpanjang di Kota Bandung

Jembatan penyeberangan tunggal di Jalan Soekarno-Hatta yang seharusnya menjadi penyelamat, kini rapuh dan berkarat.
Jembatan penyebrangan Soekarno-Hatta Bandung. Soekarno-Hatta Kelurahan Sekejati, Kecamatan Buahbatu Kota Bandung (26/11/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Azzahra Nadhira)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 18:55 WIB

Petugas Kesal Banyak Pembuang Sampah Sembarangan di Kawasan Pasar Kiaracondong

Maraknya sampah ilegal di Pasar Kiaracondong, meskipun pengelolaan sampah sudah rutin berjalan.
Tumpukan sampah yang berada di TPS. Pasar Kiaracondong, Bandung, Sabtu 29/11/2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Nasywa Hanifah Alya' Al-Muchlisin)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 17:41 WIB

Dari Keikhlasan Bu Mun, Nasi Pecel 10 Ribu Hasilkan Omzet 5 Juta Sehari

Munjayanah (49) membuka warung usaha nasi pecel setelah 4 cabang warung pecel lelenya tutup, hanya tersisa satu cabang. Kini penghasilannya hingga 5jt per hari.
Bu Mun tengah menyiapkan menu nasi pecel dengan penuh cinta. (Sumber: Dokumen Pribadi | Foto: Annisa Fitri Ramadhani)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 17:08 WIB

Revitalisasi Teras Cihampelas: Selalu Dinanti Entah Kapan Ditepati, Mending Perbaiki yang Lain Saja!

Pemenuhan janji revitalisasi Teras Cihampelas oleh Wali Kota Bandung yang kurang dirasakan warga. Lebih baik, perbaiki yang fasilitas lainnya saja.
Pengunjung Teras Cihampelas di hari kerja pukul 09.30 pada hari Senin (1/12/2025) (Foto: Ammara Ziska)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 16:06 WIB

Mendaki Jadi Tren Anak Muda Bandung

Pendaki Muda Bandung
Para anak muda yang gemar mendaki gunung di Bandung. (Sumber: Dok. pribadi | Foto: Mila Aulia)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 13:58 WIB

Keluhan Mahasiswa di Jalan Soekarno Hatta Soal Pengendara Motor yang Merokok di Jalan

Artikel ini menjelaskan tentang keluhan seorang mahasiswa di Jalan Soekarno Hatta soal pengendara motor yang merokok di jalan.
Seorang pengendara terlihat merokok saat berhenti di tengah kepadatan lalu lintas di kawasan Jalan Soekarno Hatta, Bandung, Selasa (02/12/2025), (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Farid Ahmad Faruqi)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 13:13 WIB

Yth. Wali Kota Bandung: Akses Pejalan Kaki dari Kacamata Perantau

Minimnya trotoar dan rendahnya rasa aman menjadi catatan penting bagi penataan kota yang inklusif.
Akses pejalan kaki di Bandung (Sumber: Dokumentasi penulis)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 12:34 WIB

Ruang Nongkrong 24 Jam yang Menjadi Ikon Baru Bandung Timur

Relatif Kopi sebuah tempat yang pelan-pelan tapi pasti menjadi ikon nongkrong di daerah Bandung Timur.
Di balik cahaya biru yang sederhana, Relatif selalu punya cara buat bikin malam terasa lebih nyaman. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 11:51 WIB

Ketika Kebudayaan Diminta Selalu Kondusif

Kebudayaan yang sepenuhnya rapi, senyap, dan patuh bukanlah tanda kesehatan, melainkan gejala domestikasi.
Gedung Pusat Kebudayaan Jalan Naripan Bandung. (Foto: Abah Omtris)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 09:56 WIB

Rekomendasi Kuliner di Taman Saparua Bandung

Kawasan yang dikenal sebagai ruang publik hijau ini bukan hanya tempat olahraga dan rekreasi, tetapi juga titik pertemuan ragam kuliner khas yang sayang dilewatkan.
SOR Saparua Bandung. (Sumber: Ayobandung.com)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 08:58 WIB

Melepas Penat di Bandung Timur, Spot Terbaik untuk Bersepeda Santai

Salah satu tempat yang kini jadi favorit pesepeda di Bandung Timur adalah Summarecon Bandung.
Warga yang sedang bersepeda santai di kawasan Bandung Timur sebagai cara sederhana melepas penat dan menjaga kebugaran. (Foto: Zahwa Rizkiana)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 20:46 WIB

Bandung Dikepung Awan Gelap: Mengapa Banjir Kilat dan Angin Ekstrem Kini Sering Terjadi?

Mengkaji peningkatan banjir kilat dan angin ekstrem di Bandung akibat dinamika cuaca, perubahan iklim, dan perubahan tata guna lahan.
Warga memanfaatkan delman untuk melintasi jalan permukiman yang terendam banjir, saat akses kendaraan bermotor terganggu akibat genangan air. (Sumber: Dokumentasi Warga | Foto: Dokumentasi Warga)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 20:23 WIB

Siklus Tahunan yang Tak Kunjung Diakhiri di Kota Bandung

Kerusakan infrastruktur dan salah kelola lingkungan picu banjir tahunan di Bandung.
Banjir yang terjadi akibat tersumbatnya saluran air di Gang Nangkasuni, (07/03/2025). (Sumber: Irene Sinta)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 18:55 WIB

Mencicipi Cita Rasa Bakmi Ayam Madu di Sudut Kota Bandung

Bakmi OBC toping ayam madu dan panggang, Jln. Rancabentang I No. 12 Ciumbuleuit, Bandung, Jumat (28/11/2025).
Bakmi OBC toping ayam madu dan panggang, Jl. Rancabentang I No. 12 Ciumbuleuit, Bandung, Jumat (28/11/2025). (Sumber: Dok. pribadi | Foto: Arini Nabila)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 18:30 WIB

Jejak Rempah di Sepiring Ayam Geprek Favorit Anak Kos

Ayam geprek rempah dengan bumbu yang meresap hingga ke dalam daging, disajikan dengan kailan krispi dan sambal pedas yang nagih.
Ayam Geprek Rempah dilengkapi dengan kailan crispy dan sambal pedas yang nagih. (Sumber: Dokumentasi penulis | Foto: Firqotu Naajiyah)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 18:07 WIB

Wali Kota Farhan, Mengapa Respons Call Center Aduan Warga Bandung Lambat Sekali?

Warga Bandung mengeluh, Call Center Pemkot lambat merespons.
Gambaran warga yang menunjukkan rasa frustasi mereka saat menunggu jawaban dari Call Center Pemkot Bandung yang tak kunjung direspons. (Sumber: Dokumentasi Penulis)