Ketika Persib Pertama Kalinya Cicipi Laga 90 Menit

Dimas Wahyu Indrajaya
Ditulis oleh Dimas Wahyu Indrajaya diterbitkan Rabu 23 Jul 2025, 09:08 WIB
Pemain Persib Bandung berfoto bersama wasit Sarim sebelum bertanding melawan Yugoslavia. (Sumber: Olahraga | Foto: ENIM)

Pemain Persib Bandung berfoto bersama wasit Sarim sebelum bertanding melawan Yugoslavia. (Sumber: Olahraga | Foto: ENIM)

Olahraga sepak bola sudah dimainkan di Indonesia sejak zaman Belanda, semenjak kemerdekaan belum digapai dan masih berupa negara koloni bernama Hindia Belanda.

Mungkin banyak yang mengira sepak bola Indonesia pada era kolonial sama seperti era sekarang. Padahal tidak sama sekali karena banyak perbedaannya, terutama soal durasi pertandingan.

Durasi pertandingan 2 X 45 menit memang sudah diperkenalkan sejak akhir abad ke-19. Akan tetapi, saat itu federasi sepak bola di Hindia Belanda—salah satunya Nederlandsch Indische Voetbal Bond (NIVB)—memakai tempo yang lebih sebentar.

Berdasarkan temuan pengamat sejarah sepak bola nasional era kolonial, Fery Widyatama, pertandingan balbalan pada era tersebut dimainkan tidak sampai sejam, hanya 50 menit saja.

“Setahuku hanya 2 X 25 menit aja. Makanya sering diadakan pukul 04.30 WIB,” ujar Fery saat dihubungi penulis via WhatsApp.

Lama tanding yang tidak sampai 90 menit bahkan masih terus dipakai seusai Indonesia meraih kedaulatan.

Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) pada awal 1950-an masih memakai durasi pertandingan 2 X 35 menit untuk pertandingan terutama ketika ada kompetisi antarasosiasi daerah. Namun, suatu ketika pengalaman bermain 90 menit dirasakan juga pada 1953.

Saat itu, jago-jago bola dari Yugoslavia datang untuk menggelar tur di tiga kota Indonesia, Jakarta, Semarang, dan Surabaya. Sebelum benar-benar hadir, mereka memberi syarat terkait pertandingan salah satunya laga harus dimainkan sesuai standar FIFA yakni 90 menit.

PSSI setuju. Rombongan Yugoslavia yang terdiri dari 17 pemain dan 5 ofisial pun tiba di Jakarta pada 21 Agustus 1953. Dua hari kemudian, mereka langsung bertanding melawan kesebelasan lokal yaitu Persib Bandung di Lapangan Ikada.

Yugoslavia yang hadir di Indonesia bukanlah tim senior melainkan skuad B. Meskipun begitu, mereka diprediksi akan mendominasi permainan dan menang.

Namun, jika mengesampingkan hasil, Persib mendapat pelajaran dan pengalaman berharga dari laga itu.

Berdasarkan judul berita yang ditulis pewarta harian Indonesia Raya, Enggak Bahauddin, pada pertandingan itulah Persib untuk pertama kalinya merasakan bertanding 2 X 45 alias 90 menit yang merupakan standar internasional.

Potongan artikel pemberitaan harian Indonesia Raya mengenai laga Persib vs Yugoslavia pada 1953. (Sumber: Indonesia Raya)
Potongan artikel pemberitaan harian Indonesia Raya mengenai laga Persib vs Yugoslavia pada 1953. (Sumber: Indonesia Raya)

“Permainan Yugoslavia lebih tinggi mutunya, kalahkan Persib 8-1, yang untuk pertama kali main 2 X 45 menit,” tulis Enggak dikutip dari artikelnya yang terbit pada 24 Agustus 1953.

Selain pengalaman merasakan match berdurasi standar internasional, Persib setidaknya bisa sedikit berbangga karena pemainnya mampu mencuri gol.

Satu gol disarangkan oleh gelandang kanan mereka, Jahja, sebelum peluit babak pertama ditiup oleh wasit Sarim —yang panen pujian pada laga itu. (*)

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Dimas Wahyu Indrajaya
Pengasuh Instagram @memoriolahraga.
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

Brand Persib Bandung

Ayo Netizen 24 Mei 2025, 10:00 WIB
Brand Persib Bandung

Identitas Persib

Ayo Netizen 10 Mei 2025, 09:59 WIB
Identitas Persib

News Update

Ayo Netizen 09 Sep 2025, 20:15 WIB

Pengalaman Naik Angkot dari Leuwipanjang (Kopo) ke Soreang

Tentang pengalaman naik angkot jalur Soreang-Kopo ini, saya pun pernah menulis tema yang sama meski dalam media berbeda.
Ilustrasi angkot Soreang-Leuwipanjang. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Biz 09 Sep 2025, 18:15 WIB

Berkenalan dengan Veslin, Komunitas Vespa Matic yang Satukan Hobi, Silaturahmi, dan Inovasi Bisnis

Dari percakapan spontan Veslin alias Vespa Ulin lahir, sebuah komunitas vespa matic yang mengusung semangat kebersamaan dan kesenangan tanpa beban.
Veslin alias Vespa Ulin lahir, sebuah komunitas vespa matic yang mengusung semangat kebersamaan dan kesenangan tanpa beban. (Sumber: instagram.com/veslin.id)
Ayo Netizen 09 Sep 2025, 17:14 WIB

Bandung, Kota Pendidikan, dan Tantangan Masa Depan

Menyoroti Kota Bandung sebagai magnet mahasiswa Indonesia, di balik ragam budaya dan hiruk pikuk kehidupan modern.
Daya tarik Bandung sebagai kota pendidikan sekaligus ekosistem pendidikan, terletak pada reputasi perguruan tinggi ternama. (Sumber: Pexels/Muhamad Firdaus)
Ayo Biz 09 Sep 2025, 16:54 WIB

Ketika Bisnis Menjadi Jalan Kebaikan, Perjalanan Bisnis dari Okta Wirawan dan Abuya Grup

Okta membangun Abuya Grup sebagai kendaraan untuk mewujudkan mimpi memberi makan 100 ribu orang setiap hari hingga tentang infaq Rp2 miliar per hari.
CEO dan Founder Abuya Grup, Okta Wirawan. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 09 Sep 2025, 16:01 WIB

Linguistik dan Kesusastraan

Bahasa merupakan alat komunikasi yang tujuannya untuk menjamin aktivitas sosial masyarakat.
Perpustakaan Nasional RI dalam memperingati 100 Tahun Chairil Anwar (Foto: Kawan-kawan dari TB, Ariqal Literasi SSB)
Ayo Biz 09 Sep 2025, 15:50 WIB

Dari Dunia Perbankan ke Brownies Bebas Gluten: Transformasi Wulan Bersama Battenberg3

Battenberg3 lahir dari dapur rumah sebagai gagasan untuk menciptakan produk yang tidak hanya lezat, tapi juga aman bagi yang memiliki alergi atau kebutuhan khusus.
Founder Battenberg Tiga Indonesia atau Battenberg3, Nuraini Wulandari. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Jelajah 09 Sep 2025, 15:19 WIB

Bandung Teknopolis di Gedebage, Proyek Gagal yang Tinggal Sejarah

Proyek Bandung Teknopolis pernah digadang jadi Silicon Valley versi lokal di zaman Ridwan Kamil, tapi kini hanya tinggal cerita banjir dan gimmick politik usang.
Blueprint peta Bandung Teknopolis di Gedebage yang gagal dibangun.
Ayo Netizen 09 Sep 2025, 14:02 WIB

Saya Tak Punya Walikota Bandung

Hidup di kota Bandung, banyak ragam budaya, tapi budaya sastra tak pernah hidup.
Muhammad Farhan, Walikota Bandung. (Sumber: Pemkot Bandung)
Ayo Biz 09 Sep 2025, 12:01 WIB

Percantik, Bukan Hanya Sekedar Produk Cantik dari Limbah Kain

Kisah inspiratif datang dari Nining Idaningsih, pemilik brand Percantik. Berawal dari kegemaran menjahit gamis berbahan katun Jepang pada tahun 2018, Nining kini mengembangkan usaha kreatif berbasis
Produk tas Percantik dari kain jeans bekas. (Foto: Rizma Riyandi)
Ayo Biz 09 Sep 2025, 10:56 WIB

Cara Memperkuat Kemampuan Motorik Halus Anak dengan Mainan yang Tepat

Mainan anak dapat mengasah kemampuan motorik halus dan motorik kasar. Untuk melatih motorik halus, anak bisa menggunakan mainan seperti balok susun atau Lego yang membantu koordinasi mata dan fokus
Ilustrasi foto LEGO sebagai permainan yang memperkuat motorik anak. (Foto: Pixabay)
Ayo Biz 09 Sep 2025, 09:00 WIB

Kuliner Legendaris: Ada Bubur Ayam Murah Meriah di Jantung Kota Bandung

Bandung dikenal dengan ragam kulinernya yang unik. Namun, ada satu sajian sederhana yang tetap jadi favorit warga, yaitu bubur ayam.
Ilustrasi bubur ayam dengan toping melimpah di Bandung. (Sumber: Youtube/Evan Media)
Ayo Netizen 09 Sep 2025, 08:33 WIB

Bandung, ABCD

Membacakan cerita ternyata bukan hanya tentang menghibur, melainkan ikhtiar menanamkan benih pengetahuan.
Gerakan Ayah Bacain Cerita Dong (ABCD) (Sumber: YouTube Topi Amali | Foto: Hasil tangkapan layar)
Ayo Jelajah 08 Sep 2025, 23:14 WIB

Sejarah Pemekaran Cimahi, Kota Tentara yang Lepas dari Bayangan Bandung

Cimahi resmi jadi kotip pada 1975, lalu lepas dari Bandung tahun 2001. Perjalanannya unik, dari kota tentara hingga kota penyangga industri.
Logo Kota Cimahi.
Ayo Netizen 08 Sep 2025, 20:48 WIB

Betapa Menyebalkan Pungutan Liar Wisata di Jawa Barat

Jawa Barat adalah salah satu destinasi yang tak hanya memikat pagi para wisatawan dari luar tapi sumber pemasukan ekonomi bagi masyarakat sekitar.
Situs Bersejarah Stadion Malabar Gunung Puntang (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Netizen 08 Sep 2025, 17:53 WIB

Encuy ‘Preman Pensiun’: Sosok Aktor Pekerja Keras yang Mau Belajar

Encuy (Nandi Juliawan) Preman Pensiun berpulang pada Sabtu, 7 September 2025.
Encuy (Nandi Juliawan)-- berpulang pada Sabtu, 7 September 2025. (Sumber: Instagram/abenk_marco)
Ayo Netizen 08 Sep 2025, 16:14 WIB

'Agama Rakyat' di Kota Bandung, Cuma Kita yang Enggak Ngeh

Membicarakan 'agama rakyat' memang tidak seperti membicarakan 'agama formal'.
Membicarakan 'agama rakyat' memang tidak seperti membicarakan 'agama formal'. (Sumber: Pexels/Ismail saja)
Ayo Netizen 08 Sep 2025, 15:15 WIB

Dampak Kemarau Basah pada Potensi Produksi Pangan

Fenomena kemarau basah akan berpengaruh pada potensi produksi pangan sebagai upaya mencapai program kemandirian atau swasembada pangan di Indonesia
Ilustrasi kemarau di masa panen. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)
Ayo Biz 08 Sep 2025, 13:02 WIB

Hanya Buka di Malam Hari, Pelanggan Nasi Kuning Pungkur Ngantre Sampai Subuh

Jika biasanya nasi kuning identik dengan sarapan pagi, lain halnya dengan warung kaki lima yang satu ini. Warung Nasi Kuning Pungkur, yang berlokasi di Jalan Pungkur No. 216, Kota Bandung, justru baru
Nasi Kuning Pungkur (Foto: GMAPS)
Ayo Jelajah 08 Sep 2025, 12:22 WIB

Sejarah Stadion GBLA, Panggung Kontroversi yang Hampir Dinamai Gelora Dada Rosada

Stadion Gelora Bandung Lautan Api lahir dengan ambisi besar untuk menjadi kandang Persib, namun sejak awal pembangunannya sudah penuh polemik, dari kasus korupsi, kerusakan, hingga tragedi suporter.
Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) Gedebage yang diproyeksikan jadi kandang Persib.
Ayo Biz 08 Sep 2025, 12:06 WIB

Kisah Panjang Pampam Craft, Kerajinan Rajut yang Muncul dari Kecintaan Terhadap Seni

Di balik setiap helai benang yang terjalin menjadi boneka, tas, atau gantungan kunci, tersimpan kisah panjang tentang kecintaan pada seni rajut. Itulah yang melahirkan Pampam Craft, usaha rajutan yang
Minishop Pampam Craft dan Owner Pampam Craft, Defrina Miftahurrahma. (Foto: Rizma Riyandi)