Ditulis oleh Dimas Wahyu Indrajaya
AYOBANDUNG.ID -- Putaran final Kejuaraan Nasional Divisi Utama 1986 digelar di Stadion Utama Senayan (kini disebut Stadion Utama Gelora Bung Karno), Jakarta pada 28 Januari sampai 11 Maret tahun tersebut. Ada 12 kesebelasan bersaing di mana PSSI memberlakukan format grup setengah round robin yang dilanjutkan babak knock out di final.
Ke-12 tim itu dibagi dua grup, satunya grup Wilayah Barat dan lainnya Wilayah Timur. Persib Bandung, Persija, PSMS Medan, Persiraja Banda Aceh, PS Bengkulu, dan PSP Padang masuk ke Wilayah Barat. Sementara, di grup Timur diisi PSIS Semarang, PSM Makassar (dulu PSM Ujungpandang), Perseman Manokwari, Persebaya Surabaya, Persiba Balikpapan, dan Persipura Jayapura.
Rangkaian pertandingan penting dan diprediksi seru itu membuat Jakarta menjadi magnet penggila bola nasional. Pendukung dari berbagai daerah menyerbu ibu kota agar bisa hadir di stadion utama demi menyaksikan langsung jago-jago bola kebanggaan masing-masing.
Tak terkecuali para pendukung Persib. Dari berbagai penjuru Jawa Barat, mereka hadir dengan berbagai macam cara entah itu dengan kendaraan pribadi sampai naik transportasi umum.
Gelombang kedatangan pun membesar ketika Persib memastikan diri ke final yang digelar pada 11 Maret. Mobil berplat D semakin banyak, ditambah stasiun sibuk bukan main menerima pendatang. Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) memang memberi keistimewaan dalam agenda itu di mana mereka menyediakan empat kereta tambahan untuk mengangkut barudak Bandung ke Jakarta.
Baca Juga: Munaip Saleh, Raja Balap Sepeda Raksasa Pertama Tour de Java
Penantian 25 Tahun Berakhir
Persib melawan Perseman di final. Sebelum saling sikut dalam laga penentu, kedua tim sudah bersua pada babak enam besar di mana Persib menang telak 6-0.
Kekalahan besar itu dirasa pihak Perseman wajar karena pemain inti disimpan di bangku cadangan. Keputusan tersebut dilakukan setelah melihat tempat di final sudah dipastikan menjadi milik mereka.
Dalam menatap final, Perseman tak mau tersandung untuk kedua kalinya. Mereka pun berjanji pemain inti akan dimainkan agar memperbesar kans menang dan merebut gelar juara.
“Di sinilah nanti akan kami buktikan siapa yang terbaik. Yang jelas pihak Perseman pasti akan memboyong piala itu ke Puncak Umsini,” ucap Samuel Krey, manajer tim Perseman, dikutip dari artikel Berita Yudha berjudul “Persib dan Perseman Sama-Sama Ngotot Jadi Juara” terbitan 11 Maret 1986.
Sesuai janji, Perseman bermain dengan pemain inti dan tampil tak seperti saat bertemu Persib di babak enam besar. Kiper mereka, Markus Woff tidak lagi memungut bola di paruh awal pertandingan.
Namun, petaka hadir untuk Perseman pada paruh kedua, tepatnya pada menit 77’. Jajang Nurjaman berhasil membuat Stadion Utama Senayan heboh setelah golnya membuat kedudukan berubah menjadi 1-0 untuk keunggulan Persib.
Apa yang dinanti pendukung Persib kejadian 13 menit kemudian. Wasit John Charles meniup peluit tanda akhir pertandingan yang menghasilkan Persib menang 1-0 atas Perseman. Penantian 25 tahun tanpa gelar juara pun berakhir pada hari itu.
Baca Juga: Buruh dalam Bahasa Sunda
Puja-puji Sepanjang Jalan Pulang

Pemain dan ofisial Persib kembali ke Bandung dua hari kemudian. Setelah check out dari hotel pada pagi hari, dua bus yang ditumpangi mereka berangkat pulang via tol Jagorawi.
Tentu belum ada tol Cipularang saat itu yang bisa memakan waktu hitungan jam saja untuk sampai. Kala itu, bus mesti melewati jalur Puncak, Cipanas, dan Cianjur, demi mengakhiri perjalanan di Kota Bandung. Tempo perjalanan kurang lebih setengah hari, yang tentu akan menyiksa batin dan raga. Lelah sudah pasti, tapi perasaan itu bisa terobati karena sepanjang jalan pulang warga Jawa Barat memberi penghiburan lewat sambutan hangat.
Tua, muda, anak-anak hingga orang tua turun ke jalan demi merayakan kesuksesan Persib. Berbagai cara dilakukan mereka untuk menyambut jago-jago bola dari tanah Pasundan itu, salah satunya dengan membentangkan poster yang berisikan kalimat-kalimat penyemangat, seperti “Persib Panutan Sarea”, “Persib Mujur Kulantara”, sampai “Untung Ada Jajang”.
“Poster kreatif muncul lagi selepas Cianjur; ‘Untung Ada Jajang’. Dan gambar Jajang dipajang di tepi Jalan Ciranjang, Cianjur,” lapor majalah Jakarta Jakarta dalam artikel “Halo Halo Persib Tea” terbitan Maret 1986.
Baca Juga: Ayobandung.id Berikan Total Hadiah Rp1,5 Juta Setiap Bulan, Kirim Tulisan Orisinal Tanpa AI
Tiga Pemain Diberi Beasiswa

Nasib baik diterima pemain Persib seusai meraih gelar juara nasional. Di antara banyak nama, ada tiga orang yang mujur diberi beasiswa dari kampusnya.
Ajat Sudrajat, Suryamin, dan Jajang Nurjaman, itulah ketiga pemain Persib yang ketiban untung tersebut. Sama-sama mengenyam pendidikan tinggi di Universitas Islam Nusantara (Uninus) Bandung, ketiganya menerima beasiswa dan piagam penghargaan yang diserahkan langsung oleh rektor Drs. H. Nawawi pada 17 Maret 1986.
“Ajat Sudrajat, Suryamin, dan Jajang Nurjaman, tiga pemain Persib yang menjadi mahasiwa Universitas Islam Nusantara (UNINUS) Bandung menerima beasiswa dari universitas swasta itu,” tulis surat kabar Harian Fajar dalam artikel “Tiga Andalan Persib Terima Beasiswa Uninus” terbitan 20 Maret 1986. (*)
Penulis, Dimas Wahyu Indrajaya, adalah Pengasuh blog Instagram bertemakan sejarah olahraga nasional @memoriolahraga