Jejak Sejarah Freemason di Bandung, Loji Sint Jan yang Dilarang Soekarno

Redaksi
Ditulis oleh Redaksi diterbitkan Kamis 21 Agu 2025, 16:07 WIB
Loji Sint Jan yang menyimpan sejarah jejak Freemason di Bandung (Sumber: Ayobandung)

Loji Sint Jan yang menyimpan sejarah jejak Freemason di Bandung (Sumber: Ayobandung)

AYOBANDUNG.ID - Di sebuah tikungan di Jalan Wastukencana, Bandung, berdiri bangunan megah berkubah hijau bernama Masjid Al Ukhuwah. Tak banyak yang tahu, di atas tanah masjid itu dulunya menjulang bangunan misterius berarsitektur kolonial yang dikenal sebagai Loji Sint Jan. Di sinilah, jejak Freemason—sebuah perkumpulan persaudaraan yang penuh simbol dan rahasia—pernah mengakar kuat di Bumi Priangan.

Freemason, atau dalam lidah Belanda disebut Vrijmetselarij, pertama kali datang ke Hindia Belanda pada 1736. Orang pertama yang membawanya adalah Jacobus Cornelis Mattheus. Ia bukan seorang tentara, bukan pula seorang misionaris. Tapi namanya tercatat sebagai peletak batu pertama organisasi yang kelak dicurigai sebagai otak di balik berbagai revolusi dan perang dunia.

Di tengah segala teori konspirasi yang mengitarinya—mulai dari keterlibatan dalam Revolusi Prancis hingga tuduhan sebagai dalang Perang Dunia Pertama—Freemason memiliki satu doktrin yang menjadi poros gerakannya: kebebasan berpikir. Dalam beberapa literatur, organisasi ini digambarkan sebagai jaringan persaudaraan internasional lintas agama dan ras, yang mengedepankan rasionalitas dan pengetahuan di atas dogma.

"Freemason merupakan gerakan sosial yang mengumpulkan anggota dari berbagai agama. Menyatukan pemikiran untuk mengungkap peristiwa alam maupun sosial melalui ilmu pengetahuan. Maka wajar jika Freemason konsen pada dunia pendidikan," kata Rulfhi Alimudin, Koordinator Komunitas Aleut, kepada Ayobandung pada Senin, 19 Februari 2018.

Baca Juga: Sejarah Lyceum Kristen Bandung, Sekolah Kolonial yang jadi Saksi Bisu Gemerlap Dago

Dari Logeweg ke Loji Sint Jan

Bandung menjadi salah satu kota penting bagi perkembangan Freemason di Hindia Belanda. Di sinilah Loji Sint Jan berdiri, tepatnya pada 1896, dan menjadi salah satu pusat aktivitas Mason terbesar dan paling aktif. Loji ini bahkan memiliki perpustakaan dengan koleksi sekitar 2.500 buku, yang pada masanya menjadi gudang ilmu pengetahuan langka di Hindia Timur.

Saking berpengaruhnya, Jalan Wastukencana pada masa kolonial dikenal dengan nama Logeweg—jalan loji. Sebelum mendirikan Loji Sint Jan, para anggota Freemason sudah lebih dulu berkegiatan di bangunan lain yang kini menjadi Markas Polrestabes Bandung. Namun baru setelah berdirinya Sint Jan, kegiatan mereka mencapai puncaknya.

Rulfhi bertutur, bangunan loji bukan hanya tempat berkumpul. Di dalamnya berlangsung diskusi ilmiah, pertukaran ide, dan penyusunan berbagai program sosial, terutama di bidang pendidikan. Salah satu bukti pengaruh Freemason dalam pendidikan adalah pendirian taman kanak-kanak di Jalan Aceh pada tahun 1898. Tak hanya itu, ide pendirian Technische Hogeschool—cikal bakal Institut Teknologi Bandung (ITB)—juga diyakini berasal dari lingkaran Mason.

Freemason di Hindia Belanda bukan kelompok eksklusif bagi kaum elit kulit putih semata. Beberapa pribumi terpelajar juga mulai masuk ke dalam jaringan ini. Mereka melihat Freemason sebagai jalan untuk mendapatkan akses ke wacana-wacana modern yang dibatasi oleh kolonialisme formal. Dalam suasana loji, batas agama dan kasta sosial dicairkan oleh semangat vrijdenken—berpikir bebas.

Bangunan Museum Kota Bandung tang merupakan bekas Frobelschool (taman kanak-kanak) yang didirikan oleh perkumpulan Freemason Bandung. (Sumber: Wikimedia)
Bangunan Museum Kota Bandung tang merupakan bekas Frobelschool (taman kanak-kanak) yang didirikan oleh perkumpulan Freemason Bandung. (Sumber: Wikimedia)

Tapi masa keemasan itu tidak berlangsung lama.

Baca Juga: Pieterspark, Taman Tertua di Bandung yang Berdiri Sejak 1885

Dihapus Jepang, Dibekukan Soekarno

Kedatangan tentara Jepang ke Hindia Belanda pada 1942 menjadi titik balik. Jepang, yang saat itu berkoalisi dengan Nazi Jerman, secara ideologis memusuhi gerakan Freemason. Organisasi ini dianggap simbol dominasi Barat dan potensi subversif yang berbahaya bagi kekuasaan militer.

Bukan hanya kegiatan loji yang dilarang. Koleksi buku di perpustakaan Sint Jan pun dilenyapkan. Sebagian dijual, sebagian dibakar. Dalam buku Okultisme di Bandoeng Doeloe (2012), Ryski Wiryawan mencatat bahwa sebagian besar buku yang dibakar berisi daftar anggota Freemason. Tidak jelas motif pembakaran itu. Apakah untuk melindungi identitas mereka dari tentara Jepang, atau sebagai bentuk pemusnahan total terhadap jejak organisasi ini.

Pascakemerdekaan, harapan untuk menghidupkan kembali Freemason sempat muncul. Beberapa tokoh pribumi yang pernah terlibat ingin mengaktifkan kembali aktivitas loji, dengan semangat baru: bukan sebagai alat kolonial, melainkan sebagai wadah intelektual merdeka.

Tapi Presiden Soekarno punya pandangan lain.

"Saat menjadi presiden, Soekarno dikenal begitu menentang semua organisasi atau perusahaan yang erat kaitannya dengan kolonial dan luar negeri. Maka Soekarno menghapus semuanya, salah satunya Freemason," ujar Rulfhi.

Pada tahun 1950, Soekarno memanggil beberapa tokoh Freemason Hindia Belanda untuk klarifikasi. Namun hasilnya nihil. Pada Februari 1961, pemerintah resmi membubarkan dan melarang organisasi Freemason lewat Lambang Negara Nomor 18 Tahun 1961. Keputusan itu diperkuat lewat Keppres Nomor 264 Tahun 1962.

Freemason tidak sendiri. Keppres itu juga menyasar organisasi-organisasi lain yang dianggap seide: Rosikrusian, Moral Rearmament, Lions Club, Rotary Club, hingga Bahaisme. Semua aset disita. Loji Sint Jan pun dihancurkan dan kemudian di atasnya dibangun Masjid Al Ukhuwah.

Simbol mata satu, lantai catur hitam putih, dan altar kebijaksanaan yang dulu memenuhi interior loji itu tinggal legenda yang berbisik dalam riwayat kota.

Baca Juga: Salah Hari Ulang Tahun, Kota Bandung jadi Korban Prank Kolonial Terpanjang

Jejak yang Samar tapi Tak Hilang

Hari ini, tak ada lagi yang tersisa dari Loji Sint Jan selain cerita yang tertinggal dalam dokumen, kenangan lisan, dan beberapa literatur. Sebagian warga Bandung bahkan tak tahu bahwa tempat mereka salat jumat dulunya merupakan pusat aktivitas organisasi yang oleh sebagian orang dianggap sebagai "otoritas bayangan" dunia.

Tetapi kisah ini bukan tentang konspirasi. Ini tentang bagaimana Bandung, di masa lalu, menjadi simpul pemikiran global—dengan segala kompleksitas dan kontradiksi zaman. Freemason di Bandung bukan sekadar mitos, tapi bagian dari sejarah panjang kota ini: sejarah tentang bagaimana gagasan besar bisa datang dari bangunan biasa, dan bagaimana nasib suatu organisasi bisa berubah tergantung siapa yang berkuasa.

Presiden Abdurrahman Wahid, atau Gus Dur, sempat membuka pintu bagi organisasi-organisasi yang dibekukan pada era Orde Lama. Lewat Keppres Nomor 69 Tahun 2000, ia mencabut Keppres 264 Tahun 1962. Tapi hingga kini, tidak ada tanda-tanda Freemason akan bangkit lagi di Bandung.

Sebagaimana para mason yang membangun loji demi loji di masa lalu, kisah mereka pun akan tetap hidup sebagai fondasi tak terlihat dari kota ini—seperti batu pertama yang tertanam di bawah tanah sebelum gedung menjulang. Tidak terlihat, tapi tetap ada.

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 07 Okt 2025, 19:32 WIB

Saatnya Pembaca Buku Bertransformasi Menjadi Bookfluencer

Bookfluencer merupakan salah satu program untuk memperkenalkan dan mengasah minat pembaca buku.
Grand Opening Bookfluencer 2025 (Sumber: Salman ITB)
Ayo Jelajah 07 Okt 2025, 17:02 WIB

Hikayat Odading Mang Oleh, Legenda Internet Indonesia di Masa Pandemi

Odading Mang Oleh dan Ade Londok pernah bikin gempar setelah viral pada 2020 lalu. Tapi ketenaran mereka cepat tersapu digulumg waktu, menyisakan hanya ruang nostalgia.
Video viral Odading Mang Oleh dari Ade Londok yang bikin heboh pada September 2020.
Ayo Netizen 07 Okt 2025, 16:07 WIB

Yang Bisa Kita Pelajari dari Ajaran (Penghayat) Kepercayaan

Refleksi tentang eksistensi, tiga ajaran pokoknya, dan pentingnya perbuatan nyata.
Sesajen pada Peringatan Hari lahir Pancasila (1 Juni 2021) di Lembang, Kabupaten Bandung Barat (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Arfi Pandu Dinata)
Ayo Netizen 07 Okt 2025, 15:22 WIB

Kue Balok Legendaris ‘Unen’ Soreang ‘Keukeuh Peuteukeuh’ dengan Originalitas Rasa

Kata penjualnya, warung kue balok “Unen” sudah ditangani 3 generasi.
Kata penjualnya, warung kue balok “Unen” sudah ditangani 3 generasi. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dudung Ridwan)
Ayo Netizen 07 Okt 2025, 14:14 WIB

Kesalahpahaman di Balik Taat dan Kata 'Khidmat'

Khidmat pada guru sering berujung pada perilaku kesewenang-wenangan yang mereka lakukan kepada muridnya atas nama ketaatan dan pengabdian.
Ilustrasi Santri Mencium Tangan Kiyai (Sumber: Gemini AI)
Ayo Netizen 07 Okt 2025, 12:21 WIB

Program MBG, antara Harapan dan Kenyataan

Makanan Bergizi Gratis pada pelaksanaanya masih mengandung banyak kendala yang dihadapi.
Program makan bergizi gratis (MBG). (Sumber: kebumenkab.go.id)
Ayo Jelajah 07 Okt 2025, 11:48 WIB

Drama Pelarian Macan Tutul Lembang, dari Desa di Kuningan ke Hotel Sukasari

Macan tutul kabur dari Lembang Park and Zoo bikin geger Bandung. Dari pelarian misterius hingga penangkapan dramatis di hotel Sukasari.
Macan tutul di Hotel Sukasari Bandung yang diduga merupakan satwa kabur dari Lembang Park & Zoo.
Ayo Netizen 07 Okt 2025, 10:28 WIB

'Lintas Agama' ala Sunda

Kata-kata ini membangun jembatan antara gagasan global dan kearifan lokal.
Lukisan Tembok di Joglo Keadilan, YSK, Bogor (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Arfi Pandu Dinata)
Ayo Netizen 07 Okt 2025, 08:20 WIB

Simbol Perlawanan, Kebebasan, serta Kritik Sosial dari Buku Perempuan di Titik NOL

Perempuan di Titik Nol adalah karya Nawal El-Sadawi seorang dokter dari negara Mesir.
Perempuan di Titik Nol Karya Nawal El-Sadawi | 176 Halaman (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Biz 06 Okt 2025, 20:33 WIB

Bandros Bandung, Wisata Kota yang Menghidupkan Cerita dan Ekonomi Lokal

Bandros bukan hanya kendaraan, tapi juga simbol kreativitas dan keramahan Bandung sebagai kota wisata.
Bandros, bus wisata keliling kota yang sejak pertama kali hadir, selalu membawa cerita dan keceriaan. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 06 Okt 2025, 19:18 WIB

Bandung, Futsal, dan Masa Depan Sport Tourism Nasional

Di tengah geliat komunitas dan kampus, futsal bukan sekadar olahraga, tapi sudah menjelma jadi gerakan sosial dan peluang ekonomi baru.
Di tengah geliat komunitas dan kampus, futsal bukan sekadar olahraga, tapi sudah menjelma jadi gerakan sosial dan peluang ekonomi baru. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 06 Okt 2025, 18:36 WIB

Pasar Properti Bandung 2025: Celah Investasi di Tengah Lonjakan Permintaan

Kombinasi antara pertumbuhan ekonomi lokal, pembangunan infrastruktur, dan migrasi urban menjadikan Bandung sebagai magnet baru bagi bisnis hunian.
Kombinasi antara pertumbuhan ekonomi lokal, pembangunan infrastruktur, dan migrasi urban dari kota-kota sekitar menjadikan Bandung sebagai magnet baru bagi bisnis hunian. (Sumber: dok. Summarecon)
Ayo Netizen 06 Okt 2025, 18:18 WIB

Partisipasi Publik yang Hilang dalam Proses Kebijakan

Partisipasi publik adalah ruh demokrasi.
Pekerja Pariwisata Unjukrasa di Gedung Sate Tuntut Cabut Larangan Study Tour. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 06 Okt 2025, 17:02 WIB

10 Netizen Terpilih September 2025: Karya Berkualitas tentang Bandung

Hari ini Ayobandung.id merilis daftar 10 penulis terpilih yang memberikan kontribusi luar biasa di kanal AYO NETIZEN selama September 2025.
AYO NETIZEN merupakan kanal yang menampung tulisan para pembaca Ayobandung.id. (Sumber: Lisa from Pexels)
Ayo Netizen 06 Okt 2025, 15:42 WIB

12 Agama yang Membentuk Hidup Kita

Agama membantu kita untuk berpikir ulang tentang eksistensi.
Menerima Kitab Yang Empat Konghucu (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Salah Seorang Kawan Penulis)
Ayo Jelajah 06 Okt 2025, 14:18 WIB

Sejarah Julukan Bandung Parijs van Java, dari Sindiran Jadi Kebanggaan

Iklan seorang pedagang Belanda tahun 1920 melahirkan julukan “Parijs van Java”. Kini, Bandung dikenal sebagai kota fesyen dan kreatif.
Persimpangan Jalan Braga dan Jalan Naripan tahun 1910-an. (Sumber: kitlv)
Ayo Jelajah 06 Okt 2025, 13:15 WIB

Hikayat Urban Legend Rumah Gurita Bandung, Geger Disebut Tempat Pemujaan Setan?

Urban legend Rumah Gurita bukan hanya cerita horor, tapi cermin budaya urban Bandung yang kaya imajinasi dan sejarah arsitektur kreatif.
Potret Rumah Gurita di kawasan Sukajadi, Kota Bandung.
Beranda 06 Okt 2025, 10:50 WIB

Jejak Panjang Harry Suliztiarto Merintis Panjat Tebing Indonesia

Sebagai seorang perupa, ia terbiasa menciptakan sesuatu dari keterbatasan. Maka ketika belum ada peralatan panjat di Indonesia, Harry membuat semuanya sendiri.
Harry Suliztiarto orang yang pertama kali memperkenalkan olah raga panjat
tebing ke Indonesia. (Sumber: IG sultan_tanah_tinggi)
Ayo Netizen 06 Okt 2025, 10:12 WIB

Pangsi, Iket, dan Ki Sunda

Inilah salah satu cara kita untuk ngamumule budaya Sunda. Jika bukan kita yang melakukannya, lalu siapa lagi?
Pesilat dari Paguron Gajah Putih Baleendah menampilkan gerakan pencak silat pada gelaran Bandung Lautan Pangsi, Selasa 11 Juli 2023. (Sumber: Ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 06 Okt 2025, 07:51 WIB

Pelukan Metodologi Pembelajaran yang tidak Bersentuhan dengan Realitas

Fakta pendidikan di Indonesia, salah satunya metodologi pembelajaran yang tidak dekat dengan realitas.
Buku Orang Miskin Dilarang Sekolah karya Eko Prasetyo Milik Perpustakaan Salman ITB (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)