Chip dalam Tengkorak, Jiwa dalam Kode: Pada Batasan Neuralink

Taufik Hidayat
Ditulis oleh Taufik Hidayat diterbitkan Jumat 22 Agu 2025, 16:18 WIB
Inilah janji Neuralink, sebuah terobosan yang mengaburkan batas antara biologi dan teknologi, antara manusia dan mesin. (Sumber: Pexels/cottonbro studio)

Inilah janji Neuralink, sebuah terobosan yang mengaburkan batas antara biologi dan teknologi, antara manusia dan mesin. (Sumber: Pexels/cottonbro studio)

Bayangkan suatu dunia di mana pikiran bukan lagi sekadar gelombang listrik yang terkurung dalam tengkorak, melainkan entitas yang bisa disimpan, dikirim, bahkan diwariskan seperti harta benda. Di mana kenangan masa kecil yang mulai kabur bisa diputar ulang dengan presisi tinggi, atau di mana seorang penyandang disabilitas bisa menggerakkan lengan robot hanya dengan berpikir.

Inilah janji Neuralink, sebuah terobosan yang mengaburkan batas antara biologi dan teknologi, antara manusia dan mesin.

Tapi di balik potensinya yang revolusioner, ada pertanyaan filosofis yang menggantung: Apakah kita sedang menciptakan alat untuk memperluas kesadaran, atau justru mengubah esensi manusia menjadi sesuatu yang lain?

Neuralink mengandaikan otak seperti komputer: jaringan saraf adalah hardware, sementara pikiran dan ingatan adalah software yang bisa diunduh atau diunggah. Analogi ini menarik, tapi sekaligus problematis.

Otak manusia bukanlah sirkuit statis, ia organ yang dinamis, terus berubah berdasarkan pengalaman, emosi, bahkan kerusakan fisik. Jika suatu chip bisa "membaca" atau "menulis" sinyal otak, apakah ia benar-benar memahami makna di baliknya? Atau ia hanya memindahkan data tanpa konteks, seperti mesin penerjemah yang lancar berbahasa, tapi tak pernah paham keindahan puisi?

Di sini, pemikiran Ibnu Rusyd tentang akal praktis dan teoritis relevan. Akal praktis—yang terkait dengan pengalaman sehari-hari—mungkin bisa direplikasi oleh algoritma. Tapi akal teoritis, yang abstrak dan melampaui materi, barangkali tetap menjadi ranah eksklusif kesadaran manusia. Neuralink bisa jadi alat bantu, tapi tidak menggantikan jiwa yang berpikir.

Kenangan sebagai Komoditas

Banyak pakar percaya bahwa AI super-cerdas akan menjadi spesies terakhir yang perlu kita ciptakan. (Sumber: Pexels/Tara Winstead)
Banyak pakar percaya bahwa AI super-cerdas akan menjadi spesies terakhir yang perlu kita ciptakan. (Sumber: Pexels/Tara Winstead)

Bayangkan pasar di mana kenangan indah, seperti wisuda, pernikahan, bahkan momen spiritual, bisa dibeli dan dijual. Atau sebaliknya: trauma bisa dihapus seperti menghapus file korup. Ini bukan lagi fiksi; startup seperti Kernel sudah mengeksplorasi brain-data monetization. Tapi di baliknya ada bahaya distopia: jika ingatan bisa dimanipulasi, apa yang tersisa dari "diri" yang otentik?

Dalam Black Mirror, karakter yang kecanduan memutar ulang kenangan justru terperangkap dalam masa lalu. Ini peringatan: teknologi yang dirancang untuk membebaskan bisa menjadi penjara baru. Seperti kata Nietzsche, "Kita perlu melupakan untuk bisa bertindak."

Era digital telah mengubah cara kita beragama. Kini ada doa via live streaming, zikir dengan aplikasi, bahkan algoritma yang menyarankan ayat Al-Qur'an berdasarkan mood. Neuralink bisa membawa ini lebih jauh: bagaimana jika pengalaman religius (seperti rasa khusyuk atau "kesatuan dengan Tuhan") bisa distimulasi oleh chip? Apakah ini bentuk baru teknologi transendensi, atau reduksi sakralitas menjadi sekadar stimulasi saraf?

Di sinilah kita butuh kerangka etika yang tangguh. Bukan hanya soal apakah teknologi ini aman?, tapi juga apa yang kita pertaruhkan sebagai manusia? Jika otak bisa di-upgrade seperti smartphone, apakah kita risiko kehilangan kerapuhan dan hal yang justru membuat kita manusiawi?

Antara Singularitas dan Spiritualitas

Elon Musk sering bicara tentang singularitas. Saat kecerdasan buatan telah melampaui manusia. Tapi mungkin pertanyaannya bukan akankah mesin menjadi seperti kita?, melainkan akankah kita menjadi seperti mesin? Neuralink bisa menjadi jembatan menuju itu.

Namun, sejarah menunjukkan: setiap lompatan teknologi (dari mesin cetak hingga internet) tak pernah benar-benar menggantikan manusia. Ia hanya mengubah cara kita menjadi manusia. Mungkin Neuralink akan mengikuti pola serupa: alat yang luar biasa, tapi takkan pernah menggantikan keajaiban kesadaran yang tetap misterius.

Jadi, bayangkan suatu hari, anak cucu kita mungkin akan bertanya: Dulu, bagaimana rasanya berpikir tanpa chip? Seperti kita sekarang bertanya bagaimana orang dulu hidup tanpa internet. Jawabannya mungkin sederhana: "Kami tetap manusia. Hanya saja, kami merasakan pikiran kami sepenuhnya, tanpa perlu mengunduhnya."

Neuralink bukan akhir dari manusia. Ia cermin baru untuk pertanyaan lama: Apa artinya menjadi diri kita sendiri? Dan jawabannya, barangkali, tetap harus dicari bukan dalam kode biner, tapi dalam keheningan akal yang merenung. (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Taufik Hidayat
Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

Cara Kerja Rezim Algoritma

Ayo Netizen 21 Agu 2025, 20:18 WIB
Cara Kerja Rezim Algoritma

News Update

Ayo Netizen 17 Des 2025, 17:41 WIB

Dari Keikhlasan Bu Mun, Nasi Pecel 10 Ribu Hasilkan Omzet 5 Juta Sehari

Munjayanah (49) membuka warung usaha nasi pecel setelah 4 cabang warung pecel lelenya tutup, hanya tersisa satu cabang. Kini penghasilannya hingga 5jt per hari.
Bu Mun tengah menyiapkan menu nasi pecel dengan penuh cinta. (Sumber: Dokumen Pribadi | Foto: Annisa Fitri Ramadhani)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 17:08 WIB

Revitalisasi Teras Cihampelas: Selalu Dinanti Entah Kapan Ditepati, Mending Perbaiki yang Lain Saja!

Pemenuhan janji revitalisasi Teras Cihampelas oleh Wali Kota Bandung yang kurang dirasakan warga. Lebih baik, perbaiki yang fasilitas lainnya saja.
Pengunjung Teras Cihampelas di hari kerja pukul 09.30 pada hari Senin (1/12/2025) (Foto: Ammara Ziska)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 16:06 WIB

Mendaki Jadi Tren Anak Muda Bandung

Pendaki Muda Bandung
Para anak muda yang gemar mendaki gunung di Bandung. (Sumber: Dok. pribadi | Foto: Mila Aulia)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 13:58 WIB

Keluhan Mahasiswa di Jalan Soekarno Hatta Soal Pengendara Motor yang Merokok di Jalan

Artikel ini menjelaskan tentang keluhan seorang mahasiswa di Jalan Soekarno Hatta soal pengendara motor yang merokok di jalan.
Seorang pengendara terlihat merokok saat berhenti di tengah kepadatan lalu lintas di kawasan Jalan Soekarno Hatta, Bandung, Selasa (02/12/2025), (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Farid Ahmad Faruqi)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 13:13 WIB

Yth. Wali Kota Bandung: Akses Pejalan Kaki dari Kacamata Perantau

Minimnya trotoar dan rendahnya rasa aman menjadi catatan penting bagi penataan kota yang inklusif.
Akses pejalan kaki di Bandung (Sumber: Dokumentasi penulis)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 12:34 WIB

Ruang Nongkrong 24 Jam yang Menjadi Ikon Baru Bandung Timur

Relatif Kopi sebuah tempat yang pelan-pelan tapi pasti menjadi ikon nongkrong di daerah Bandung Timur.
Di balik cahaya biru yang sederhana, Relatif selalu punya cara buat bikin malam terasa lebih nyaman. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 11:51 WIB

Ketika Kebudayaan Diminta Selalu Kondusif

Kebudayaan yang sepenuhnya rapi, senyap, dan patuh bukanlah tanda kesehatan, melainkan gejala domestikasi.
Gedung Pusat Kebudayaan Jalan Naripan Bandung. (Foto: Abah Omtris)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 09:56 WIB

Rekomendasi Kuliner di Taman Saparua Bandung

Kawasan yang dikenal sebagai ruang publik hijau ini bukan hanya tempat olahraga dan rekreasi, tetapi juga titik pertemuan ragam kuliner khas yang sayang dilewatkan.
SOR Saparua Bandung. (Sumber: Ayobandung.com)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 08:58 WIB

Melepas Penat di Bandung Timur, Spot Terbaik untuk Bersepeda Santai

Salah satu tempat yang kini jadi favorit pesepeda di Bandung Timur adalah Summarecon Bandung.
Warga yang sedang bersepeda santai di kawasan Bandung Timur sebagai cara sederhana melepas penat dan menjaga kebugaran. (Foto: Zahwa Rizkiana)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 20:46 WIB

Bandung Dikepung Awan Gelap: Mengapa Banjir Kilat dan Angin Ekstrem Kini Sering Terjadi?

Mengkaji peningkatan banjir kilat dan angin ekstrem di Bandung akibat dinamika cuaca, perubahan iklim, dan perubahan tata guna lahan.
Warga memanfaatkan delman untuk melintasi jalan permukiman yang terendam banjir, saat akses kendaraan bermotor terganggu akibat genangan air. (Sumber: Dokumentasi Warga | Foto: Dokumentasi Warga)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 20:23 WIB

Siklus Tahunan yang Tak Kunjung Diakhiri di Kota Bandung

Kerusakan infrastruktur dan salah kelola lingkungan picu banjir tahunan di Bandung.
Banjir yang terjadi akibat tersumbatnya saluran air di Gang Nangkasuni, (07/03/2025). (Sumber: Irene Sinta)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 18:55 WIB

Mencicipi Cita Rasa Bakmi Ayam Madu di Sudut Kota Bandung

Bakmi OBC toping ayam madu dan panggang, Jln. Rancabentang I No. 12 Ciumbuleuit, Bandung, Jumat (28/11/2025).
Bakmi OBC toping ayam madu dan panggang, Jl. Rancabentang I No. 12 Ciumbuleuit, Bandung, Jumat (28/11/2025). (Sumber: Dok. pribadi | Foto: Arini Nabila)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 18:30 WIB

Jejak Rempah di Sepiring Ayam Geprek Favorit Anak Kos

Ayam geprek rempah dengan bumbu yang meresap hingga ke dalam daging, disajikan dengan kailan krispi dan sambal pedas yang nagih.
Ayam Geprek Rempah dilengkapi dengan kailan crispy dan sambal pedas yang nagih. (Sumber: Dokumentasi penulis | Foto: Firqotu Naajiyah)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 18:07 WIB

Wali Kota Farhan, Mengapa Respons Call Center Aduan Warga Bandung Lambat Sekali?

Warga Bandung mengeluh, Call Center Pemkot lambat merespons.
Gambaran warga yang menunjukkan rasa frustasi mereka saat menunggu jawaban dari Call Center Pemkot Bandung yang tak kunjung direspons. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 17:46 WIB

Nasib Naas Warga Sekitar Podomoro Park, Banjir Kiriman Jadi Rutinitas Musim Hujan

Pembangunan Podomoro Park yang selalu memberikan dampak negatif dan tidak memprihatinkan kenyamanan lingkungan penduduk sekitar.
Genangan air, imbas dari tidak adanya irigasi yang lancar (14/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Shafwan Harits A.)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 17:30 WIB

Seharusnya Ada Peran Wali Kota Bandung: Warga Harus Nyaman, Konvoi Bobotoh Tetap Berjalan

Kemenangan persib bandung selalu memicu euforia besar di kalamgan masyarakat Jawa Barat terjadi setiap persib meraih juara.
Ribuan bobotoh memenuhi ruas jalan Bandung saat merayakan kemenangan Persib Bandung pada Minggu sore, 25 Mei 2025. (foto: Della Titya)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 16:32 WIB

Pungutan Liar Menjadi Cerminan Buruknya Tata Kelola Ruang Publik Bandung

Pungutan liar yang masih terjadi di berbagai ruang publik Bandung tidak hanya menimbulkan keresahan.
Parkir liar yang tidak dibatasi menimbulkan kemacetan di Jln. Braga, Kec. Sumur Bandung, Kota Bandung, Minggu (5/12/2025) (Foto: Zivaluna Wicaksono)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 16:12 WIB

Nasi Kulit di Cibiru, Harga dan Rasa yang bikin Semringah

Kuliner baru di daerah Cipadung yang cocok untuk mahasiswa, menyajikan makan berat yang enak namun dengan harga yang murah dan ramah di dompet
foto nasi kulit Jatinangor (Sumber: Camera HP | Foto: Alfi Syah)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 15:44 WIB

Sensasi Makan Lesehan di Al Jazeerah Signature Bandung

Al Jazeerah Signature Bandung menawarkan sensasi makan lesehan dengan sajian Kabsah Lamb khas Timur Tengah.
Dua porsi Kabsah Lamb di Al Jazeerah Signature Bandung. (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Seli Siti Amaliah Putri)
Beranda 16 Des 2025, 15:18 WIB

Antara Urusan Rumah dan Lapak, Beban Ganda Perempuan di Pasar Kosambi

Beban ganda justru menuntut perempuan untuk terus bekerja di luar rumah, sekaligus memikul hampir seluruh pekerjaan domestik.
Punya beban ganda, perempuan pekerja menjadi pahlawan ekonomi sekaligus pengelola rumah tangga. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)