Apa Artinya Menjadi Manusia di Era Pasca-Kemanusiaan?

Taufik Hidayat
Ditulis oleh Taufik Hidayat diterbitkan Kamis 07 Agu 2025, 13:14 WIB
Banyak pakar percaya bahwa AI super-cerdas akan menjadi spesies terakhir yang perlu kita ciptakan. (Sumber: Pexels/Tara Winstead)

Banyak pakar percaya bahwa AI super-cerdas akan menjadi spesies terakhir yang perlu kita ciptakan. (Sumber: Pexels/Tara Winstead)

Bayangkan suatu pagi di masa depan, di mana seseeorang berusia 120 tahun --dengan fisik seperti manusia 25 tahun--bangun dari tempat tidurnya yang dilapisi jaringan nano-pembersih otomatis.

Matanya yang bionik langsung memindai kondisi tubuhnya sambil mengirim data ke sistem informasi kesehatan pribadinya, sementara modul kognitif di otaknya yang telah ditingkatkan mulai menyusun jadwal harian dengan mempertimbangkan ribuan variabel secara real-time.

Ia tersenyum saat menerima pesan langsung dari pikiran neneknya yang sudah mentransfer kesadarannya ke jaringan quantum 30 tahun lalu, dan kini "tinggal" di stasiun ruang angkasa Mars sambil tetap bisa "hadir" dalam bentuk hologram di meja makan keluarga setiap minggu.

Ini bukanlah adegan dari novel fiksi ilmiah, melainkan potensi nyata dari lintasan teknologi yang sedang kita jalani saat ini--sebuah perjalanan yang secara fundamental akan mengubah apa artinya menjadi manusia.

Fondasi perubahan mendasar ini sesungguhnya dapat ditemukan dalam berbagai pusat penelitian dan perusahaan teknologi inovatif saat ini.

Di salah satu kompleks penelitian terdepan di California, para ahli genetika tengah mengembangkan metode manipulasi DNA revolusioner. Teknologi ini tidak hanya mampu mencegah kelainan genetik turunan, tetapi juga dapat mengoptimalkan fungsi gen tertentu untuk meningkatkan kapasitas memori dan efisiensi metabolisme tubuh manusia.

Sementara di Swiss, tim peneliti berhasil merancang sistem interface otak-komputer yang memungkinkan transfer langsung kemampuan motorik ke dalam sistem saraf. Dalam eksperimen terbaru mereka, seseorang tanpa latar belakang musik berhasil memainkan karya klasik tingkat mahir hanya dalam waktu kurang dari setengah jam setelah menerima impuls data neurologis.

Lebih mencengangkan lagi, sebuah laboratorium di Jepang baru-baru ini mencatat kemajuan signifikan dalam pengembangan kecerdasan artifisial yang mandiri. Prototype terbaru mereka berhasil mempertahankan kondisi "sadar" dalam lingkungan simulasi kuantum selama lebih dari 480 jam berturut-turut, melampaui pencapaian sebelumnya dengan margin yang cukup substansial.

Revolusi ini tidak terjadi dalam ruang hampa. Kita sebagai masyarakat yang sudah menggantungkan kehidupan sehari pada teknologi melihat perkembangan ini sebagai kelanjutan logis dari smartphone dan media sosial.

Ketika pertama kali Apple memperkenalkan iPhone pada 2007, sedikit yang menyadari bahwa perangkat kecil itu adalah batu pertama menuju integrasi manusia dan mesin yang tak terelakkan.

Kini, dengan miliaran orang secara sukarela menyerahkan data pribadi, preferensi, dan bahkan pola pikir mereka kepada algoritma, kita telah menormalisasi konsep bahwa teknologi boleh membedah isi pikiran kita-persis seperti yang diperlukan untuk antarmuka otak-komputer masa depan.

Tapi dampak paling dalam mungkin terjadi pada konsep dasar kemanusiaan kita. Selama 300.000 tahun, Homo sapiens telah mendefinisikan diri melalui batasan biologis yang sama: kita lahir, kita tumbuh, kita menua, kita mati. Seluruh peradaban, agama, dan sistem filosofi dibangun di atas realitas ini.

Namun dalam beberapa dekade mendatang, setiap pilar ini mungkin akan runtuh. Ketika kematian menjadi opsional, apa artinya kita hidup? Ketika emosi bisa diunduh seperti aplikasi, apa makna dari cinta sejati? Ketika ingatan bisa diedit seperti dokumen teks, di manakah letak kebenaran dalam kehidupan kita?

Industri anti-penuaan saja sudah menjadi bisnis bernilai triliunan dolar, dengan pendekatan yang semakin radikal. Jika di awal abad 21 kita puas dengan krim wajah dan botox, kini terapi gen telomerase dan transfusi plasma muda sudah menjadi pilihan bagi para miliarder.

Perusahaan seperti Altos Labs, dengan pendanaan hampir tak terbatas, berambisi untuk "mereset" sel-sel manusia ke keadaan muda - bukan sekadar memperlambat penuaan, tetapi benar-benar membalikkan prosesnya. Dalam satu dekade, mungkin akan ada orang pertama yang merayakan ulang tahun ke-150 dengan fisik seperti usia 30 tahun.

Sementara itu, di bidang augmentasi kognitif, obat-obatan nootropik generasi baru telah melampaui sekadar meningkatkan fokus seperti kafein. Senyawa eksperimental seperti NZT-48 (diinspirasi dari film Limitless) benar-benar ada dalam pengujian klinis, dengan hasil awal menunjukkan peningkatan kapasitas memori hingga 500% pada primata.

Bayangkan implikasinya: seorang siswa bisa menguasai seluruh kurikulum perguruan tinggi dalam seminggu, atau seorang diplomat bisa fasih dalam berbagai bahasa asing hanya dalam beberapa hari.

Salah satu alat bantu untuk meningkatkan daya nalar manusia dengan menggunakan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence). (Sumber: Pexels/Matheus Bertelli)
Salah satu alat bantu untuk meningkatkan daya nalar manusia dengan menggunakan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence). (Sumber: Pexels/Matheus Bertelli)

Tapi mungkin perkembangan paling paradoks datang dari upaya menciptakan kecerdasan buatan yang melebihi manusia. Banyak pakar percaya bahwa AI super-cerdas akan menjadi "spesies" terakhir yang perlu kita ciptakan --karena setelah itu, AI-lah yang akan menciptakan segala inovasi berikutnya.

Dalam skenario ini, manusia menghadapi pilihan sulit: tetap menjadi manusia biasa dengan keterbatasan biologis, atau bergabung dengan mesin dalam bentuk simbiosis yang tak terbayangkan. Beberapa futuris menyebut titik ini sebagai "Singularitas"--momen ketika kemajuan teknologi menjadi begitu cepat sehingga mustahil diprediksi oleh pikiran manusia yang tidak ditingkatkan.

Yang sangat mengherankan, semua perkembangan ini terjadi tanpa rencana induk atau koordinasi global. Setiap terobosan datang dari lab yang berbeda, didanai oleh kepentingan yang berbeda, dengan motivasi yang berbeda pula. Perusahaan farmasi ingin menyembuhkan penyakit untuk mendapat untung.

Militer ingin menciptakan prajurit super. Kaum transhumanis ingin melampaui batasan manusia. Dan miliarder tech ingin hidup selamanya. Hasil akhirnya adalah sebuah gerakan menuju pasca-manusia yang tak terhindarkan, didorong oleh triliunan dolar dan hasrat manusia yang paling dasar: untuk menjadi lebih kuat, lebih pintar, dan lebih abadi.

Di tengah semua ini, pertanyaan etika yang paling mendasar tetap menggantung: haruskah kita melakukan semua yang bisa kita lakukan? Ketika seorang ilmuwan di lab bisa menciptakan bayi desainer dengan IQ 200 dan kekebalan terhadap semua penyakit, apa yang dapat menghentikan kita?

Ketika orang-orang miliarder bisa mengunggah kesadarannya ke awan komputasi quantum, apakah itu masih dapat dikatakan dia? Dan ketika sebagian kecil umat manusia bisa mencapai keabadian biologis sementara yang lain masih mati karena kanker, bagaimana struktur sosial akan terus bertahan?

Mungkin ironi terbesar adalah bahwa dalam usaha kita menjadi manusia yang lebih sempurna, kita justru menghadapi kembali pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan oleh mitos dan agama-agama terdahulu: Apa artinya menjadi manusia? Apa yang dapat memberi hidup bermakna? Dan sampai sejauh mana kita boleh mengubah kodrat kita?

Bedanya, kali ini kita tidak bisa menyerahkan jawabannya pada para dewa-dewa seperti halnya yang digambarkan agama-agama terdahulu--karena nanti, mungkinkah kita yang akan duduk menggantikan tahta mereka? (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Taufik Hidayat
Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 21 Nov 2025, 19:34 WIB

Pengetahuan dan Imajinasi

Ilmu pengetahuan bukan saja sangat siap menghadapi segala imajinasi manusia segila apa pun.
Setiap imajinasi muncul dari sebuah inspirasi yang dapat menembus khayalan “imajinasi jauh lebih penting dari Agama” menurut Albert Einstein. (Sumber: Pexels/Pixabay)
Ayo Biz 21 Nov 2025, 18:58 WIB

Langkah UMKM Jawa Barat Menggenggam Dunia Melalui Export Coaching Program 2025

UMKM telah lama disebut sebagai tulang punggung ekonomi. Kini denyutnya tak lagi hanya berjualan di pasar domestik, tetapi berani melangkah ke panggung global.
UMKM telah lama disebut sebagai tulang punggung ekonomi. Kini denyutnya tak lagi hanya berjualan di pasar domestik, tetapi berani melangkah ke panggung global. (Sumber: Bank Indonesia Jawa Barat)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 18:27 WIB

Museum Geologi Hidupkan Edukasi lewat 'Day and Night at The Museum'

Museum Geologi Bandung menghadirkan program "Day and Night at The Museum" sebagai cara menarik minat masyarakat dengan edukasi kebumian.
Museum Geologi Bandung menghadirkan program "Day and Night at The Museum" sebagai cara menarik minat masyarakat dengan edukasi kebumian. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Biz 21 Nov 2025, 17:55 WIB

Blogger BDG Menjaga Semangat Kota Bandung Lewat Cerita dan Komunitas

Komunitas Blogger BDG hadir sebagai wadah yang menampung semangat untuk merawat merawat memori kota dengan cara yang intim, personal, dan penuh cinta.
Komunitas Blogger BDG hadir sebagai wadah yang menampung semangat untuk merawat merawat memori kota dengan cara yang intim, personal, dan penuh cinta. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 17:27 WIB

Melihat Tuturan 'Arogan' dari Kacamata Linguistik

Esai ini membedah percakapan anggota DPR, Cucun Ahmad Syamsurijal, dengan peserta pada suatu forum SPPG di Bandung.
Jikapun ada masyarakat yang bersikap arogan pada pemerintah atau pejabat lantas memangnya kenapa? (Sumber: Ilustrasi oleh ChatGPT)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 17:02 WIB

Mewujudkan Kota Bandung yang Ramah bagi Wisata Pedestrian

Trotoar-trotoar yang seharusnya diperuntukkan bagi pedestrian beralih fungsi menjadi tempat parkir kendaraan, khususnya roda dua.
Pengerjaan revitalisasi trotoar di sepanjang Jalan Lombok Kota Bandung pada Jumat, 26 September 2025. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 16:43 WIB

Sanghyang Kenit: Surga Wisata Alam Bandung Barat, Tawarkan Banyak Wahana dalam Satu Destinasi

Salah satu destinasi yang semakin populer adalah Sanghyang Kenit, sebuah kawasan wisata alam yang terletak di Cisameng, Kecamatan Cipatat.
tebing batu unik di Sanghyang Kenit yang dialiri arus sungai deras, menciptakan pemandangan alam yang khas dan menarik perhatian pengunjung (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Nada Ratu Nazzala)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 16:13 WIB

Bukan Sekadar Gaya Hidup, Work From Cafe jadi Penunjang Produktivitas Kalangan Muda

Work from Café (WFC) menawarkan suasana baru untuk mengatasi kejenuhan dalam bekerja.
Salah satu mahasiswa sedang mengerjakan tugas di salah satu Café di Kota Bandung (30/10/2025) (Foto: Syifa Givani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 16:04 WIB

Kisah Jajanan Sore 'Anget Sari' yang Dekat dengan Mahasiswa

Kisah Anget Sari, lapak gorengan di Sukapura yang dikenal karena mendoan hangat, bahan segar, dan pelayanan ramah.
Suasana hangat di lapak Anget Sari saat pemilik menyajikan gorengan untuk pelanggan, di Kampung Sukapura, Kecamatan Dayeuhkolot, Bandung, Selasa (28/10/2025) (Sumber: Nailah Qurratul Aini | Foto: Nailah Qurratul Aini)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:41 WIB

UMKM Tahura Bandung Tumbuh Bersama di Tengah Perubahan Kawasan Wisata

Mengkisahkan tentang seorang pedagang pentol kuah yang ikut tumbuh bersama dengan berkembangnya kawasan wisata alam Tahura
Seorang pedagang sedang menjaga warungnya di Kawasan wisata tahura, (25/10/25) (Foto: M. Hafidz Al Hakim)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:21 WIB

Fenomena Turisme Bandung: Pesona Edukatif dan Konservatif di Lembang Park & Zoo

Lembang Park & Zoo menghadirkan wisata edukatif dan konservatif di Bandung.
Siap berpetualang di Lembang Park & Zoo! Dari kampung satwa sampai istana reptil, semua seru buat dikunjungi bareng keluarga (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Adil Rafsanjani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:10 WIB

Pengalaman Rasa yang Tidak Sesuai dengan Ekspektasi

Hunting kuliner memang tidak selalu berbuah dengan rasa yang lezat, beberapa di antaranya rasa yang tidak sesuai dengan review dan harga yang sangat fantastis.
Hunting kuliner memang tidak selalu berbuah dengan rasa yang lezat, beberapa di antaranya rasa yang tidak sesuai dengan review dan harga yang sangat fantastis (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 14:49 WIB

Scroll Boleh, Meniru Jangan, Waspada Memetic Violence!

Saatnya cerdas dan bijak bermedsos, karena satu unggahan kita hari ini bisa membawa pengaruh besar bagi seseorang di luar sana.
Ilustrasi asyiknya bermedia sosial. (Sumber: pixabay.com | Foto: Istimewa)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 13:02 WIB

Hangatnya Perpaduan Kopi dan Roti dari Kedai Tri Tangtu

Roti Macan dimulai dari ruang yang jauh lebih kecil dan jauh lebih sunyi, yaitu kedai kopi.
Kedai kecil itu menciptakan suasana hangat dari aroma Roti Macan pada hari Selasa (04/11/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Wafda Rindhiany)
Ayo Jelajah 21 Nov 2025, 11:17 WIB

Sejarah Soreang dari Tapak Pengelana hingga jadi Pusat Pemerintahan Kabupaten Bandung

Sejarah Soreang dari tempat persinggahan para pengelana hingga menjelma pusat pemerintahan modern Kabupaten Bandung.
Menara Sabilulunga, salah satu ikon baru Soreang. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Jelajah 21 Nov 2025, 11:16 WIB

Sejarah Black Death, Wabah Kematian Perusak Tatanan Eropa Lama

Sejarah wabah Black Death yang menghancurkan Eropa pada awal abad ke-14, menewaskan sepertiga penduduk, dan memicu lahirnya tatanan baru.
Lukisan The Triumph of Death dari Pieter Bruegel (1562) yang terinspirasi dari Black Death. (Sumber: Wikipedia)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 10:17 WIB

History Cake Bermula dari Kos Kecil hingga Jadi Bagian 'Sejarah Manis' di Bandung

History Cake dimulai dari kos kecil pada 2016 dan berkembang lewat Instagram.
Tampilan area display dan kasir History Cake yang menampilkan beragam Korean cake dan dessert estetik di Jalan Cibadak, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung. (30/10/2025) (Sumber: Naila Husna Ramadhani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 09:29 WIB

Dari Tiktok ke Trotoar, ‘Iseng’ Ngumpulin Orang Sekota untuk Lari Bareng

Artikel ini menjelaskan sebuah komunitas lari yang tumbuh hanya iseng dari Tiktok.
Pelari berkumpul untuk melakukan persiapan di Jl. Cilaki No.61, Cihapit, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, pada Sabtu pagi 15 November 2025 sebelum memulai sesi lari bersama. (Sumber: Rafid Afrizal Pamungkas | Foto: Rafid Afrizal Pamungkas)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 08:06 WIB

Giri Purwa Seni Hadirkan Kecapi Suling sebagai Pelestarian Kesenian Tradisional Sunda

Giri Purwa Seni di Cigereleng menjaga warisan kecapi suling melalui produksi, pelatihan, dan pertunjukan.
Pengrajin Giri Purwa Seni menampilkan seperangkat alat musik tradisional berwarna keemasan di ruang pamer Giri Purwa Seni, Jl. Soekarno Hatta No. 425, Desa Cigereleng, Astana Anyar, Karasak, pada Senin, 10 November 2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Biz 20 Nov 2025, 21:19 WIB

Desa Wisata Jawa Barat Menumbuhkan Ekonomi Kreatif dengan Komitmen dan Kolaborasi

Desa wisata di Jawa Barat bukan sekadar destinasi yang indah, namun juga ruang ekonomi kreatif yang menuntut ketekunan, komitmen, dan keberanian untuk terus berinovasi.
Upacara Tutup Tahun Kampung Cireundeu, Merawat Tradisi dan Syukur Kepada Ibu Bumi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)