Kerja ASN Gak Santai-Santai Amat: Stres, Sunyi, dan Takut Ngomong

Guruh Muamar Khadafi
Ditulis oleh Guruh Muamar Khadafi diterbitkan Rabu 09 Jul 2025, 09:41 WIB
Ilustrasi Aparatur Sipil Negara (ASN). (Sumber: Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia)

Ilustrasi Aparatur Sipil Negara (ASN). (Sumber: Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia)

ASN itu enak, kerja santai, gaji aman.”

Kalimat itu barangkali sudah terlalu sering didengar para aparatur sipil negara (ASN). Tapi bagi mereka yang benar-benar menjalani hidup sebagai ASN, pernyataan tersebut terasa seperti ironi yang menyakitkan.

Di balik gaji tetap dan seragam yang rapi, terdapat tumpukan dokumen yang harus diselesaikan sebelum akhir bulan, koordinasi lintas instansi yang memusingkan, dan tekanan sosial yang datang bertubi-tubi dari dalam maupun luar birokrasi.

Di tengah tekanan kinerja, tuntutan digitalisasi, serta ekspektasi publik yang terus meningkat, muncul satu pertanyaan yang jarang dibicarakan secara serius di ruang-ruang birokrasi yaitu apakah ASN juga berhak mengalami kelelahan, dan jika iya, apakah mereka diberi ruang untuk sembuh?

Di Antara Target dan Tekanan

Perubahan birokrasi pasca-pandemi membuat ritme kerja ASN berubah drastis. Dulu pekerjaan terbagi antara jam kerja dan jam pulang. Kini, istilah work-life balance seringkali hanya menjadi jargon.

WFH (Work From Home) berubah menjadi WFH+ (Work From Hotel, Work From Holiday). Perangkat daerah dituntut produktif di tengah keterbatasan, dan ASN harus siap kapan saja untuk rapat daring yang bahkan bisa terjadi di akhir pekan.

Tekanan itu datang dari berbagai arah. Atasan meminta laporan disiapkan cepat, auditor minta data akurat, warga menuntut pelayanan cepat, sementara media sosial siap menjadikan kesalahan kecil sebagai bahan viral.

Birokrasi tak lagi bekerja dalam ruang tertutup, tapi diawasi secara terbuka, transparan, dan tak jarang dengan nada sinis.

Di titik ini, banyak ASN, terutama generasi muda, mulai mengalami stres. Lelah yang bukan sekadar karena pekerjaan, tapi juga karena sistem yang tak memberi ruang rehat.

Cara ASN Bertahan, Ngopi, Ngonten, atau Ngelamun

Di tengah tekanan kerja dan ekspektasi tinggi, tak sedikit ASN yang mencari cara untuk bertahan secara mental. Ada yang rutin menyeduh kopi sambil menyusun laporan, bukan untuk gaya hidup, tapi sebagai bentuk self-soothing. Ada pula yang mulai rutin menulis jurnal harian sebagai bentuk refleksi.

Menariknya, banyak ASN muda mulai menjadikan media sosial sebagai katarsis. Mereka berbagi keseharian birokrasi dalam bentuk konten ringan, mulai dari video lucu tentang ‘meeting tak berujung’, hingga meme tentang ‘tugas dadakan jam 5 sore’.

Bukan sekadar hiburan, konten-konten ini menjadi semacam bentuk kolektif healing yang diam-diam menyatukan pengalaman berjuta ASN di seluruh Indonesia.

Namun tetap saja, ada yang hanya diam. Lelah, tapi takut dianggap lemah. Burnout, tapi tetap tersenyum saat apel pagi.

Kesehatan Mental ASN

Selama ini, diskursus kesehatan mental di lingkungan ASN kerap dianggap tabu. Seorang ASN yang merasa tertekan jarang punya ruang untuk mengungkapkan perasaannya.

Budaya kerja birokrasi yang kaku dan hierarkis tidak memberi cukup ruang untuk berbicara tentang kelelahan psikis, kecemasan, atau stres berkepanjangan. Di banyak kasus, mengakui kelelahan dianggap sebagai bentuk kelemahan.

Padahal, stres dan kelelahan dalam jangka panjang bisa menurunkan produktivitas, merusak relasi kerja, dan bahkan memperbesar potensi kesalahan administratif.

Ilustrasi Aparatur Sipil Negara (ASN). (Sumber: magelangkota.go.id)
Ilustrasi Aparatur Sipil Negara (ASN). (Sumber: magelangkota.go.id)

Dunia korporat di sektor swasta mulai menyadari pentingnya aspek ini sejak lama, dengan menyediakan konselor internal, program keseimbangan work-life, hingga cuti untuk kesehatan mental.

Sementara itu, birokrasi kita baru mulai bicara soal ini dalam seminar-seminar formal. Tapi implementasinya di lapangan masih minim.

Padahal, jika negara ingin melahirkan birokrasi profesional, maka ia harus mulai menerima kenyataan bahwa birokrasi juga manusia.

Healing dalam Arti Sebenarnya, Bukan Melarikan Diri

Healing bukan tentang pergi ke Bali atau staycation ke Lembang. Healing, dalam konteks ASN, adalah tentang menciptakan sistem kerja yang manusiawi. Ini berarti beban kerja yang rasional, ritme kerja yang tidak melelahkan secara psikologis, dan pemimpin yang mampu mendengarkan bukan hanya menuntut.

Dalam banyak kasus, ASN tidak perlu cuti panjang untuk sembuh. Mereka hanya butuh waktu istirahat yang wajar, ruang dialog yang terbuka, dan pengakuan bahwa kelelahan mereka valid.

Sayangnya, yang sering terjadi adalah sebaliknya ASN dianggap malas ketika meminta waktu pulang tepat waktu.

ASN dianggap tidak loyal ketika tidak aktif di grup WA pukul 10 malam. Dan ASN dianggap tidak punya semangat kerja jika tidak menyelesaikan pekerjaan meski sedang sakit.

Jika ini dibiarkan, bukan hanya ASN yang akan rusak secara psikis. Sistem birokrasi secara keseluruhan akan kehilangan semangat dan daya tahan.

ASN yang Utuh Secara Mental

Di tengah gegap gempita reformasi birokrasi, transformasi digital, dan jargon manajemen talenta, ada satu aspek yang sering terlewat dalam perbincangan manajemen ASN, manusia itu sendiri.

Kita terlalu sering sibuk bicara soal kinerja, indikator output, dan kompetensi teknis, hingga lupa bahwa di balik semua itu, ada individu dengan pikiran, perasaan, dan batas.

Sudah saatnya kita menyadari bahwa manajemen ASN tidak cukup hanya dengan menyusun sistem rekrutmen yang ketat, program pelatihan kompetensi yang rapi, atau sistem penilaian kinerja yang canggih.

Semua itu penting, tapi belum cukup. Karena yang dibutuhkan bukan hanya aparatur yang cakap, tetapi juga aparatur yang utuh secara mental.

Bayangkan jika setiap instansi pemerintahan memiliki layanan konseling internal atau support group tempat pegawai bisa berbicara tanpa takut dihakimi. Tempat di mana mereka bisa berkata, “Saya sedang lelah,” tanpa harus takut kariernya surut.

Bayangkan pula jika cuti kesehatan mental bukan dianggap mewah atau manja, melainkan diakui secara formal sebagai bagian dari perlindungan pegawai.

Lebih jauh lagi, kita perlu mendobrak budaya kerja yang menormalisasi “selalu standby”, seolah ASN harus siap kapan saja, di mana saja, bahkan di luar jam kerja. Manajemen ASN yang manusiawi justru menghargai batas. Mengerti bahwa istirahat bukan kelemahan, melainkan bagian dari siklus produktivitas yang sehat.

Kunci dari semuanya terletak pada para pemimpin unit kerja. Pimpinan bukan hanya manajer kinerja, tetapi juga penjaga keseimbangan psikologis tim. Pelatihan untuk meningkatkan empati dan adaptivitas di kalangan pimpinan mutlak diperlukan, agar mereka bisa menjadi pendengar, bukan sekadar pemberi tugas.

Dan yang paling penting dari semua itu adalah budaya. Budaya birokrasi yang emosional inklusif. Sebuah iklim kerja di mana seseorang tak perlu berpura-pura kuat setiap hari. Di mana ASN merasa aman untuk berkata “Saya lelah.” Dan seluruh sistem menjawab “Tidak apa-apa. Kami mendengarmu.”

 ASN Muda, Harapan Baru

Generasi ASN muda punya cara berpikir yang berbeda. Mereka tumbuh di era digital, terbiasa berbicara soal kesehatan mental, dan punya kesadaran lebih terhadap keseimbangan hidup. Ini bisa menjadi kekuatan baru dalam reformasi birokrasi.

Namun, tanpa dukungan sistemik, idealisme mereka bisa cepat padam. Banyak ASN muda akhirnya merasa terjebak: ingin berinovasi, tapi tak diberi ruang. Ingin berkembang, tapi dibebani tugas administratif tanpa henti.

Jika negara ingin menjaga semangat mereka, maka negara harus mulai memanusiakan mereka.

Tak ada birokrasi yang kuat tanpa aparatur yang sehat. Tak ada reformasi yang sungguh-sungguh tanpa birokrat yang bahagia. Dan tak ada pelayanan publik yang optimal jika orang-orang di baliknya sendiri kelelahan.

Birokrasi butuh healing. Tapi healing yang bukan basa-basi. Healing yang sistemik. Yang dimulai dari empati, diterjemahkan ke dalam kebijakan, dan dihidupkan dalam budaya kerja.

Mungkin hari ini kita masih menertawakan konten ASN yang viral karena stres kerja. Tapi jika kita tak mulai serius menangani akar masalahnya, maka birokrasi akan terus menjadi tempat yang melelahkan secara diam-diam dan negara akan membayar mahal untuk itu. (*)

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Guruh Muamar Khadafi
Analis Kebijakan Ahli Muda, Pusat Pembelajaran dan Strategi Kebijakan Talenta ASN Nasional Lembaga Administrasi Negara
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 09 Jul 2025, 18:18 WIB

Merindu Masakan Mama yang Dibuat Warung Ngonah di Braga

Warung Ngonah adalah salah satu kuliner rumahan yang berada dibelakang gang tidak jauh dari hingar-bingar jalanan Braga.
Nasi Rames Warung Ngonah Braga (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Biz 09 Jul 2025, 17:18 WIB

Dari Gerobak ke Legenda: Warisan Rasa di Balik Waroeng Sate Kardjan sejak 1925

Waroeng Sate Kardjan bukan sekadar tempat makan, kuliner legendaris ini saksi bisu perjalanan rasa, warisan keluarga, dan cinta tak berkesudahan pada budaya kuliner tanah Jawa.
Waroeng Sate Kardjan bukan sekadar tempat makan, kuliner legendaris ini saksi bisu perjalanan rasa, warisan keluarga, dan cinta tak berkesudahan pada budaya kuliner tanah Jawa. (Sumber: Ist)
Ayo Jelajah 09 Jul 2025, 16:58 WIB

Hikayat TPU Cikadut, Kuburan China Terluas di Bandung yang Penuh Cerita

Tak cuma makam etnis Tionghoa, TPU Cikadut juga punya kisah guru muslim, cinta beda budaya, dan kremasi simbolis.
TPU Cikadut (Sumber: bandung.go.id)
Ayo Netizen 09 Jul 2025, 15:50 WIB

Transportasi Umum dan Permasalahan Kota Bandung yang Tak Ada Habisnya

Kini, hiruk pikuk Kota Bandung sudah hampir menyaingi Ibu Kota Jakarta. Namun, di tengah penduduk yang terus meningkat, transportasi umum malah sebaliknya.
Bus Damri di Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Netizen 09 Jul 2025, 14:11 WIB

Menanti PJ yang Komunikatif, Evaluasi Menjelang 2031

Keputusan MK soal Pilgub dan Pilkada tak hanya menarik dari sisi politik tapi juga komunikasi publik. Seperti apakah?
Mantan PJ Gubernur Jabar Bey Machmudin (Sumber: Unpar.ac.id | Foto: Unpar)
Ayo Biz 09 Jul 2025, 13:36 WIB

Kupat Tahu 99 Padalarang: Tempat Sarapan Bersejarah yang Menggugah Selera

Setiap pagi, deretan warung sederhana di Desa Kertamulya, Kecamatan Padalarang, selalu ramai dikunjungi warga. Para pemburu sarapan memenuhi kursi-kursi di jongko-jongko penjaja kupat tahu yang sudah
Kupat Tahu 99 Padalarang (Foto: GMAPS)
Ayo Biz 09 Jul 2025, 13:10 WIB

Membangun Brand dari Ikatan, Qistina dan Cerita di Balik FNF by Niion

Lewat Friends and Family (FNF) by Niion, Qistina Ghaisani merintis brand lokal bukan hanya sebagai produk gaya hidup, melainkan sebagai medium kedekatan emosional.
Lewat Friends and Family (FNF) by Niion, Qistina Ghaisani merintis brand lokal bukan hanya sebagai produk gaya hidup, melainkan sebagai medium kedekatan emosional. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 09 Jul 2025, 11:56 WIB

Dimsum HVH Buatan Teh Iim, Sehatnya Bikin Nagih

Siapa sangka, keresahan seorang ibu yang ingin anak dan orang tuanya makan sayur bisa melahirkan brand kuliner sehat yang digemari banyak orang.
Teh Iim, Owner Dimsum HVH. (Foto: Rizma Riyandi)
Ayo Jelajah 09 Jul 2025, 10:39 WIB

Salah Hari Ulang Tahun, Kota Bandung jadi Korban Prank Kolonial Terpanjang

Kota Bandung rayakan HUT tiap 1 April selama nyaris seaba. Baru sadar itu bukan tanggal lahir aslinya di 1997. Kok bisa?
Suasana di sekitar Sociëteit Concordia (Gedung Merdeka) tahun 1935. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 09 Jul 2025, 09:41 WIB

Kerja ASN Gak Santai-Santai Amat: Stres, Sunyi, dan Takut Ngomong

Di balik semangat reformasi birokrasi, ada tantangan tersembunyi: kesehatan mental ASN.
Ilustrasi Aparatur Sipil Negara (ASN). (Sumber: Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia)
Beranda 09 Jul 2025, 09:36 WIB

Kesejahteraan Satwa Jadi Sorotan di Tengah Transisi Kepengurusan Bandung Zoo

Transisi kepengurusan yang berlarut-larut, konflik internal, hingga dugaan penyalahgunaan wewenang menjadi rangkaian masalah struktural yang justru membuat satwa menjadi korban paling sunyi.
Pengunjung berwisata saat libur lebaran di Bandung Zoo, Jalan Tamansari, Kota Bandung, Kamis 11 April 2024. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Biz 08 Jul 2025, 17:51 WIB

Dari Gerobak ke Ikon Kuliner Kota Bandung, Perjalanan Inspiratif Abah Cireng Cipaganti

Sejak 1990, Cireng Cipaganti, si kudapan sederhana berbahan tepung tapioka ini telah menjelma menjadi sajian legendaris Kota Bandung.
Sejak 1990, Cireng Cipaganti, si kudapan sederhana berbahan tepung tapioka ini telah menjelma menjadi sajian legendaris Kota Bandung. (Sumber: Cireng Cipaganti)
Ayo Jelajah 08 Jul 2025, 17:22 WIB

Sejarah Masjid Cipaganti Bandung, Dibelit Kisah Ganjil Kemal Wolff Schoemaker

Masjid Cipaganti Bandung dibangun oleh Kemal Wolff Schoemaker, arsitek kolonial yang nyentrik, masuk Islam, lalu dimakamkan di kuburan Kristen.
Masjid Cipaganti Bandung. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)
Mayantara 08 Jul 2025, 15:58 WIB

Juliana, Media Sosial, dan ‘Netizenship’

Belakangan ini, tragedi Juliana Marins di Rinjani memenuhi linimasa media sosial dan segera menjadi trending topic, terutama di kalangan netizen Indonesia dan Brazil.
Juliana Marins (26) merupakan turis asal Brazil yang tewas di Rinjani. (Sumber: Instagram/juliana marins)
Ayo Biz 08 Jul 2025, 15:29 WIB

Errin Ugaru, Dari Pencarian Gaya ke Manifesto Fesyen yang Merayakan Kekuatan Perempuan

Bagi Errin Ugaru, nama yang kini dikenal sebagai pelopor gaya edgy dalam busana muslim, proses membangun bisnis adalah perjalanan penuh eksplorasi.
Bagi Errin Ugaru, nama yang kini dikenal sebagai pelopor gaya edgy dalam busana muslim, proses membangun bisnis adalah perjalanan penuh eksplorasi. (Sumber: Errin Ugaru)
Ayo Biz 08 Jul 2025, 13:26 WIB

Lotek Alkateri: Kuliner Legendaris di Bandung, Dijual Sejak 1980-an

Di tengah ramainya kawasan Alkateri, Bandung, aroma khas bumbu kacang selalu hadir menyapa para pejalan kaki. Di sanalah Oom meracik lotek legendaris yang telah menjadi bagian dari sejarah kuliner Kot
Lotek Alkateri (Foto: ist)
Ayo Netizen 08 Jul 2025, 13:02 WIB

Demokrasi Narsistik dan Kita yang Menyediakan Panggungnya

Seperti Jokowi, Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, atau yang lebih dikenal dengan KDM, adalah contoh mutakhir dari pola ini.
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, atau yang lebih dikenal dengan KDM. (Sumber: setda.bogorkab.go.id)
Ayo Biz 08 Jul 2025, 12:20 WIB

Berkunjung ke Cikopi Mang Eko, Bisa Belajar Soal Kopi Sambil Ngopi Gratis

Di balik secangkir kopi yang harum, ada kisah perjuangan yang menggugah. Muchtar Koswara, yang akrab disapa Mang Eko, berhasil mendirikan workshop Cikopi Mang Eko.
Workshop Cikopi Mang Eko (Foto: Ist)
Ayo Jelajah 08 Jul 2025, 12:06 WIB

Kisah Sedih Teras Cihampelas, Warisan Ridwan Kamil yang Gagal Hidup Berulang Kali

Kisah sewindu lara Teras Cihampelas, proyek warisan Ridwan Kamil yang sempat digadang-gadang sebagai skywalk modern pertama di Indonesia.
Kondisi Teras Cihampelas terkini, lebih mirip lokasi syuting film horror zombie apokalip. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)
Ayo Netizen 08 Jul 2025, 10:18 WIB

Rawat Literasi, Hidupkan Imajinasi

Sejatinya Hari Pustakawan Nasional menjadi momen penting untuk merefleksikan kembali peran pustakawan dalam meningkatkan ekosistem pengetahuan dan budaya baca.
Mahasiswa sedang asyik membaca di Perpustakaan UIN Bandung (Sumber: www.uinsgd.ac.id | Foto: Humas)