Sejarah Kuda Renggong Sumedang, Tradisi Pesta Khitanan Simbol Gembira Rakyat Priangan

Hengky Sulaksono
Ditulis oleh Hengky Sulaksono diterbitkan Jumat 22 Agu 2025, 18:17 WIB
Tradisi Kuda Renggong Sumedang. (Sumber: Skripsi Nurmala Mariam)

Tradisi Kuda Renggong Sumedang. (Sumber: Skripsi Nurmala Mariam)

AYOBANDUNG.ID - Kalau orang Sumedang punya hajatan, jangan kaget kalau ada kuda yang joget di tengah jalan. Itulah Kuda Renggong, hewan tunggangan yang naik pangkat jadi artis kampung. Dalam pesta khitanan, kuda ini lebih laku ketimbang organ tunggal.

Dinas Kebudayaan Kabupaten Sumedang seperti yang diurai dalam studi Nurmala Mariam berjudul Perancangan Informasi Seni Kuda Renggong meneybutkan awalnya kesenian ini dikenal sebagai Kuda Igel. Artinya kuda yang menari. Nama Igel kemudian berubah menjadi Renggong. Dari situlah lahir nama yang dikenal sekarang.

Sejarahnya panjang. Di masa pemerintahan Kanjeng Pangeran Aria Suria Atmaja (1882–1919), yang populer dengan sebutan Pangeran Mekah, Sumedang memang sedang berbenah. Sang pangeran tak hanya membangun monumen Lingga di alun-alun, tapi juga sibuk mengurusi pertanian, perikanan, peternakan, hingga lingkungan. Berkat penghijauan pinus, jati, dan karet, Sumedang yang tadinya gersang kemudian hijau, sehingga di tahun 1960-an muncul julukan “Kota Buludru.

Dalam urusan peternakan, Pangeran Suria Atmaja mendatangkan kuda unggul dari Sumba dan Sumbawa. Jumlahnya pernah mencapai ratusan ekor. Dari situlah muncul ide: kenapa kuda tidak dijadikan hiburan rakyat saja?

Baca Juga: Jejak Dukun Cabul dan Jimat Palsu di Bandung, Bikin Resah Sejak Zaman Kolonial

Sekitar 1910, di Desa Cikurubuk, Kecamatan Buahdua, lahirlah legenda bernama Aki Sipan. Ia lahir tahun 1870 dan terkenal tekun melatih kuda. Dengan sabar, ia berhasil membuat kuda bisa mengangguk-angguk, mengangkat kaki, bahkan berbaris seperti penari.

Kuda pertama yang jadi muridnya adalah Si Cengek dan Si Dengkek. Mereka tampil bukan hanya gagah, tapi juga centil. Begitu iringan dog-dog dan angklung dimainkan, kuda ini langsung bergoyang. Tak heran, sejak itu Kuda Renggong jadi ritual wajib di acara khitanan.

Bayangkan, anak yang baru disunat dinaikkan ke atas Kuda Renggong, lengkap dengan pakaian tokoh wayang Gatotkaca, lalu diarak keliling kampung. Anak yang disunat beserta keluarganya merasa senang dan terhibur. Rasa ngilu habis disayat sedikit terobati karena bisa tampil bak pahlawan di atas kuda joget.

Catatan Kemendikbud menyebut pertunjukan biasanya semakin meriah ketika musik pengiring menabuh lagu-lagu seperti Kaleked, Mojang Geulis, Rayak-rayak, Bandung, Kembang Beureum, Kembang Gadung, hingga Jisamsu. Panas matahari tak jadi soal, orang-orang tua, remaja, sampai anak-anak desa tetap ikut bergerak menari dan bersorak sorai. Sesekali kuda unjuk gigi dengan gerakan menari lebih atraktif, penonton pun berteriak kegirangan.

Kegiatan biasanya ditutup dengan lagu Pileuleuyan, lagu perpisahan yang bisa dibawakan secara instrumental atau dinyanyikan. Setelah itu, barulah digelar acara saweran: menaburkan uang logam dan beras putih. Bagian ini, tentu saja, yang paling ditunggu anak-anak desa.

Ilmu melatih kuda Ki Sipan ia wariskan ke anaknya, Ki Sukria, lalu diteruskan ke muridnya, Mamat. Dari tangan mereka, seni Kuda Renggong makin berkembang dan menyebar. Awalnya hanya di Buahdua, tapi lama-lama meluas ke berbagai kecamatan di Sumedang, bahkan keluar daerah.

Patung Kuda Renggong Samoja, Sumedang. (Sumber: Wikimedia)
Patung Kuda Renggong Samoja, Sumedang. (Sumber: Wikimedia)

Dari Khitanan Kampung Kampung ke Panggung Festival

Dulu, Kuda Renggong hanya tampil dalam arak-arakan khitanan. Kini, kesenian ini naik kelas: ada Festival Kuda Renggong. Setiap tahun, rombongan peserta dari berbagai desa dan kecamatan se-Sumedang dikumpulkan di titik awal, biasanya di jalan raya depan kantor bupati. Dari sana, mereka dilepas satu per satu mengelilingi rute yang sudah ditentukan panitia.

Baca Juga: Jejak Warisan Ong Bung Keng dalam Sejarah Kuliner Legendaris Tahu Sumedang

Di sepanjang jalan, juri yang sudah ditempatkan di titik-titik tertentu akan menilai. Jadi jangan kira ini cuma hiburan, tapi sudah ada unsur lomba resmi. Kreativitas tiap rombongan jadi taruhan. Ada yang menambah jumlah kuda, bahkan sampai empat ekor sekaligus. Pakaian anak sunat pun tak melulu Gatotkaca. Sekarang kadang diganti jadi putri ala Cinderella, lengkap dengan gaun ala dongeng Eropa.

Hiasan ataa asesoris kuda juga makin wah. Payet-payet keemasan, warna-warni mencolok, sampai payung kebesaran dipasang untuk memikat mata. Musik pun tidak lagi melulu kendang penca. Ada Bajidoran, Tanjidor, Dangdutan, bahkan lagu-lagu populer seperti Goyang Dombret atau Pemuda Idaman. Kuda joget pun menari mengikuti irama dangdut koplo.

Pertunjukan di festival jelas berbeda dengan arak-arakan desa. Kalau di kampung suasananya akrab dan sederhana, festival menghadirkan suasana kompetisi, penuh atraksi, dan lebih variatif. Tapi baik di desa maupun festival, satu hal tetap sama: Kuda Renggong selalu jadi pusat perhatian.

Kini, meski dunia sudah kenal TikTok, Sumedang tetap bangga punya influencer lokal dari kalangan kuda. Dari jalanan desa hingga panggung festival, Kuda Renggong masih menari, menjaga tradisi, dan menghibur rakyat. Boleh jadi, di tengah gempuran hiburan digital, seni rakyat inilah yang membuktikan bahwa joget bukan monopoli manusia—tapi juga kuda.

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 22 Agu 2025, 20:21 WIB

Nama, Doa, dan Tanda

"Sesungguhnya kalian nanti pada hari kiamat akan dipanggil dengan nama-nama kalian dan nama bapak kalian, maka baguskanlah nama-nama kalian" (HR. Abu Daud).
Viral nama anak hanya satu huruf C, Netizen: terus manggilnya gimana? (Sumber: TikTok | Foto: @_thisisgonec)
Ayo Jelajah 22 Agu 2025, 18:17 WIB

Sejarah Kuda Renggong Sumedang, Tradisi Pesta Khitanan Simbol Gembira Rakyat Priangan

Dari khitanan desa hingga festival, Kuda Renggong Sumedang tetap jadi ikon budaya yang memikat penonton dengan kuda penari.
Tradisi Kuda Renggong Sumedang. (Sumber: Skripsi Nurmala Mariam)
Ayo Biz 22 Agu 2025, 18:05 WIB

Jamu Naik Kelas: Minuman Herbal Nusantara yang Menjawab Tantangan Cuaca dan Budaya

Jamu, simbol kearifan lokal yang menyatu dengan budaya dan gaya hidup masyarakat Jawa, kini hadir dengan wajah baru yang lebih segar dan modern.
Jamu, simbol kearifan lokal yang menyatu dengan budaya dan gaya hidup masyarakat Jawa, kini merambah ke berbagai daerah dengan wajah baru yang lebih segar dan modern. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 22 Agu 2025, 17:04 WIB

Etika Profesi dan Perlindungan Rahasia Klien

Pentingnya etika profesi advokat dalam menjaga kerahasiaan klien sebagai fondasi kepercayaan, integritas, dan keadilan dalam proses peradilan.
Pentingnya etika profesi advokat dalam menjaga kerahasiaan klien sebagai fondasi kepercayaan, integritas, dan keadilan dalam proses peradilan. (Sumber: Pexels/KATRIN BOLOVTSOVA)
Ayo Biz 22 Agu 2025, 16:40 WIB

Warung Nasi SPG dan Jejak Para SPG di Sepiring Ayam Serundeng

Yang paling menarik dari Warung Nasi SPG bukan cuma makanannya, nama “SPG” yang melekat pada warung ini pun punya cerita yang unik.
Warung Nasi SPG, sebuah warung kaki lima yang sudah jadi legenda di kalangan pekerja dan mahasiswa sejak awal 2000-an. (Sumber: dok. Warung Nasi SPG)
Ayo Netizen 22 Agu 2025, 16:18 WIB

Chip dalam Tengkorak, Jiwa dalam Kode: Pada Batasan Neuralink

Inilah janji Neuralink, sebuah terobosan yang mengaburkan batas antara biologi dan teknologi, antara manusia dan mesin.
Inilah janji Neuralink, sebuah terobosan yang mengaburkan batas antara biologi dan teknologi, antara manusia dan mesin. (Sumber: Pexels/cottonbro studio)
Ayo Netizen 22 Agu 2025, 15:02 WIB

Payment ID Bisakah Jadi Pintu ke Masa Depan Ekonomi Digital Indonesia?

Payment ID tidak hanya menyangkut inovasi teknologi, tetapi juga menyentuh aspek strategis dalam mewujudkan ekonomi digital.
Payment ID Sebagai Kunci Masa Depan Ekonomi Digital Foto: (Ilustrasi oleh AI)
Ayo Biz 22 Agu 2025, 14:41 WIB

Bisnis Bukan Sekadar Jualan: Visi Christine Membangun Makna dan Dampak Lewat Sherpa Indo Project

Christine Wink Surya, pendiri Sherpa Indo Project, menegaskan bahwa memahami target pasar adalah fondasi utama sebelum produk diluncurkan.
Christine Wink Surya, pendiri Sherpa Indo Project. (Sumber: instagram.com/christine_sherpa)
Ayo Netizen 22 Agu 2025, 13:30 WIB

Kritik Sosial dalam Doa Orang Sunda

Doa orang Sunda hadir sederhana di keseharian, jadi pengikat relasi dan tanda solidaritas rakyat.
Doa orang Sunda hadir sederhana di keseharian, jadi pengikat relasi dan tanda solidaritas rakyat. (Sumber: Pexels/Andreas Suwardy)
Ayo Jelajah 22 Agu 2025, 11:27 WIB

Senjakala Sepeda Boseh Bandung: Ramai Saat Weekend, Sepi Saat Weekday

Program sewa sepeda Boseh Bandung hadir sejak 2017, tapi kini lebih ramai dipakai saat akhir pekan ketimbang hari biasa.
Bike on the Street Everybody Happy alias Sepeda Boseh Bandung di salah satu shelter. (Sumber: Ayobandung)
Ayo Biz 22 Agu 2025, 11:01 WIB

Dari Sisa Spon Jadi Produk Estetik, Rumah Sandal Geulis Tembus Pasar Global

Bermula dari eksperimen membuat sandal untuk kebutuhan anak di sekolah, Rumah Sandal Geulis (RSG) kini menjelma menjadi merek lokal yang dikenal hingga ke mancanegara. Usaha yang digagas oleh Enneu
Produk Rumah Sandal Geulis. (Foto: Rizma Riyandi)
Ayo Biz 22 Agu 2025, 09:54 WIB

Pastel Mini Abon Dapoer_Ummy Jadi Favorit Hingga ke Luar Negeri

Usaha kecil menengah (UKM) kuliner asal Cimahi, Dapoer_ummy, berhasil menunjukkan eksistensinya dari waktu ke waku. Rumah produksi kuliner milik Noviawati ini memiliki produk andalan pastel abon
Produk Dapoer_ummy. (Foto: Dok. Ayobandung.com)
Ayo Biz 22 Agu 2025, 08:48 WIB

Jauh-jauh ke Bandung Buat Beli Cilok?

Cilok sudah lama menjadi ikon jajanan kaki lima di Bandung. Bentuknya bulat, teksturnya kenyal, dan selalu hadir dengan bumbu kacang gurih yang membuat siapa pun sulit menolak.
Ilustrasi Foto Cilok. (Foto: Freepik)
Ayo Netizen 22 Agu 2025, 07:50 WIB

Menikmati Bubur DPR, Rasanya seperti Menghirup Aroma Kebebasan Wakil Rakyat

Toko Bubur DPR menjadi salah satu spot kuliner di Tengah Kota yang bisa dikunjungi pagi-siang dan sore-malam.
Toko Bubur DPR (Di Bawah Pohon Rindang) (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Netizen 21 Agu 2025, 20:18 WIB

Cara Kerja Rezim Algoritma

Opini ini meninjau kembali kebijakan yang putuskan atas pemblokiran rekening bank oleh pemerintah.
Opini ini meninjau kembali kebijakan yang putuskan atas pemblokiran rekening bank oleh pemerintah. (Sumber: Pexels/Defrino Maasy)
Ayo Biz 21 Agu 2025, 18:26 WIB

Demam K-Beauty di Bandung, Klinik Kecantikan Berlomba Hadirkan Perawatan ala Korea

Tren K-beauty berkembang pesat, mendorong lahirnya berbagai klinik kecantikan yang mengusung filosofi dan teknologi Korea sebagai daya tarik utama.
Standar kecantikan Korea Selatan telah menjadi acuan global dalam beberapa tahun terakhir. Kulit wajah sehat, lembap, dan glowing bukan lagi sekadar impian para penggemar K-beauty. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 21 Agu 2025, 17:16 WIB

Investor Rugi, Negara Untung? Menakar Keadilan Pajak Kripto

Menelaah efek kenaikan PPh final pada pasar kripto dan dampaknya untuk investor.
Investor yang merugi tetap dikenakan pajak (Sumber: Ilustrasi oleh AI)
Ayo Biz 21 Agu 2025, 16:38 WIB

Di Kota yang Tak Pernah Kehabisan Gaya, Adi Wardana Menyulap Sneaker Jadi Identitas

Kota Bandung bukan hanya rumah bagi musisi, seniman, dan desainer, tapi juga menjadi ekosistem subur bagi budaya sneaker yang terus tumbuh.
Adi Wardana, seorang disk jockey asal Kota Bandung yang menjadikan sneaker sebagai bagian dari identitas dan narasi hidupnya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Jelajah 21 Agu 2025, 16:07 WIB

Jejak Sejarah Freemason di Bandung, Loji Sint Jan yang Dilarang Soekarno

Jalan Wastukencana dulu bernama Logeweg karena Loji Sint Jan. Kini, jejak sejarah Freemason di Bandung tertutup Masjid Al Ukhuwah.
Loji Sint Jan yang menyimpan sejarah jejak Freemason di Bandung (Sumber: Ayobandung)
Ayo Netizen 21 Agu 2025, 16:00 WIB

Membaca Makna Kemerdekaan Indonesia Timur dari Buku Karya Dian Purnomo

Sejatinya kemerdekaan juga seharusnya menjadi hak bagi mereka yang tinggal di timur Indonesia.
Buku Perempuan yang Menunggu di Lorong Menuju Laut (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)