Salah satu kunci keberhasilan Persib Bandung yang meraih gelar, dan melakukan back to back champions liga 1 Indonesia untuk gelar keempatnya, yaitu ngalirnya komunikasi ke semua lini, di dalam lapangan di antara para pemain yang sedang bertarung, maupun luar lapangan antara pemain dengan para official, pemain dengan manajemen, pemain dengan media, pemain dengan bobotoh dan fans lainnya, dan pemain dengan masyarakat luas.
Di tengah lapangan ada jenderal lapangan sekaligus kapten tim, Mark Klock, yang mampu berkomunikasi secara verbal dan nonverbal, menjembatani pesan pelatih untuk mengimplementasikan strategi pelatih di lapangan. Dengan pesan nonverbalnya pun sang kapten berpesan kepada pemain untuk terus semangat pantang menyerah sampai peluit akhir ditiup.
Pada Liga 1 2025 inilah Persib dikesani oleh lawan atau pun para pengamat sebagai salah satu tim dengan mental juara yang kuat, seringkali melakukan come back pada beberapa pertandingan.
Komunikasi pelatih dengan pemain pun bagus dan memperkuat ikatan di antara mereka. Bojan Hodak yang datang ke Persib dalam kondisi Persib kehilangan karakter dan kepercayaan diri. Langkah pertama yang dilakukan Bojan Hodak ialah memperbaiki komunikasi antar pemain, dan dengan pendekatan ke setiap pemain untuk meningkatkan kepercayaan diri, dan mental bertanding.
Bojan Hodak, meskipun tidak menguasai bahasa Indonesia, namun dia cerdas memilih Achmad Jufriyanto, salah satu pemain senior di Persib, yang bisa menjadi jembatan atau penerjemah kepada para pemain lokal, sehingga instruksi strategi dan tugas-tugas masing-masing pemain begitu mudah diimplementasikan di lapangan.
Komunikasi Bojan Hodak juga diakui berhasil membangun suasana locker room yang kembali hangat dan terbuka di antara para pemain. Pertama kali yang dibenahi Hodak ialah locker room Persib, sehingga suasananya semakin bergairah, dan momen-momen membakar spirit bertanding, sehingga bisa membangkitkan semangat bertanding sampai meraih kemenangan.
Baca Juga: Identitas Persib
Komunikasi pelatih di pinggir lapangan tidak diragukan lagi, ketika ada hal-hal yang merugikan tim langsung memprotes, menunjukkan komitmennya dalam membela sebuah tim. Ini memberikan pesan sebagai pelatih asing yang begitu bersemangat mengangkat harga diri tim. Tidak kecuali dengan pemain yang salah melakukan tugasnya, seketika diteriaki dan diperbaiki.
Komunikasi pelatih dengan pemain di ruang ganti pun lebih panas lagi, ketika banyak pemain melakukan kesalahan yang dilakukan pemain, walhasil pada babak kedua ada peningkatna performa tim. Dan ketika latihan, bagaimana komunikasi yang bisa mencairkan suasana, sehingga terbangun chemistry yang bagus.

Para pemain cadangan dan pemain muda pun diraihnya, mereka tidak canggung untuk berbaur dengan pemain senior, dan pelatih memberikan kepercayaan penuh. Wajar kalau Persib meskipun dilanda dengan banyaknya pemain inti yang cedera, pemain yang terakumulasi kartu sehingga mendapat larangan tampil, namun Persib tetap bisa memenangi setiap pertandingan dan menambah point yang meninggalkan para pesaingnya sampai meraih juara.
Komunikasi dengan para awak media yang dibangun tim pelatih dan manajemen dapat dikatakan mendapatkan nilai bagus juga. Beberapa isu internal di pemain bisa dengan mulus diatasi. Meskipun setiap sesi latihan, locker room, dan obrolan-obrolan yang sifatnya rahasia internal, namun bisa diredam di internal dan Bojan Hodak bisa menenangkan isu-isu miring yang datang silih berganti.
Komunikasi manajemen dengan para penggemar Persib yang sempat bermasalah di awal-awal liga, sehingga GBLA sempat sepi dan mengalami boikot dari penonton beberapa pertandingan, namun karena komunikasi yang dibangun bagus manajemen, sehingga bisa diterima semua pihak, Persib semakin meningkat performanya sehingga semakin rindu untuk untuk nyetadion, maka pada putaran kedua mulailah GBLA semarak lagi.
Baca Juga: Persib Juara Divisi Utama 1986, Tiga Pemain Diberi Beasiswa
Perjalanan Persib dua tahun terakhir menunjukkan bahwa sepakbola tidak hanya urusan fisik, strategi, namun juga komunikasi di dalam dan luar lapangan. Sebagaimana pelatih sukses yang semasa karirnya seringkali mengantarkan Manchester United meraih juara Premier League dan champions, Sir Alex Ferguson menekankan betapa pentingnya komunikasi antar pemain, kalau sebuah tim yang diam tanpa komunikasi, maka tim itu akan mati.
Pep Guardiola juga menekankan bahwa kesuksesannya bersama Barcelona dan Manchester City sekarang, salah satunya ialah membangun fondasi taktik dengan melibatkan komunikasi. Dia pernah berkata, bahwa sebagus apapun taktiknya, kalau tidak dikomunikasikan dengan baik, maka tidak akan pernah bisa meraih hasil maksimal. Fisik yang prima, mental yang kuat, kemudian dipadukan dengan komunikasi maka akan menjadi kekuatan sebuah tim. (*)