Slot di Kolom Komentar: Komunikasi 'Pemasaran' Judol

Muhammad Sufyan Abdurrahman
Ditulis oleh Muhammad Sufyan Abdurrahman diterbitkan Kamis 31 Jul 2025, 10:30 WIB
Ilustrasi judi online. (Sumber: Unsplash/Niek Doup)

Ilustrasi judi online. (Sumber: Unsplash/Niek Doup)

Sebuah video berdurasi pendek beredar masif di grup-grup WhatsApp. Isinya bukan meme lucu atau berita kampung, melainkan potongan detik-detik menegangkan dari baku tembak di perbatasan Thailand dan Kamboja.

Latar hutan, suara peluru, dan tubuh terkapar. Nyawa manusia seolah lenyap tanpa harga.

Lalu apa sebab dari semua ini? Judi. Bukan sekadar adu untung, melainkan jaringan raksasa yang setelah pandemi berubah menjadi industri bayangan dengan wajah sah dan tidak sah.

Thailand meresmikan ganja medis dan membuka diskusi legalisasi kasino. Kota-kota seperti Bangkok dan Pattaya bahkan bersiap menjadi destinasi perjudian legal yang menyuntikkan devisa.

Di sisi lain, Kamboja mempertahankan industri kasino gelap dan skema kerja paksa digital yang menyeret pekerja migran sebagai korban utama.

Indonesia belum sampai ke titik itu, namun tidak berarti aman. Menurut laporan Kominfo, lebih dari dua juta akun Indonesia pernah terhubung ke situs judi daring.

Sebagian besar berasal dari kelompok masyarakat berpenghasilan rendah, termasuk penerima bantuan sosial. Bahkan seperti dilansir kompas.com, beberapa akun bansos sempat dibekukan karena terbukti digunakan untuk transaksi judol.

Tidak ada yang lebih menyedihkan selain melihat uang negara untuk membantu warga miskin malah habis dalam putaran keberuntungan palsu.

Yang membuat miris, promosi mereka bukan lagi lewat iklan terang-terangan. Setelah beberapa influencer diproses hukum, promosi judol menjelma senyap. Mereka menyelinap di kolom komentar akun-akun viral.

Satu unggahan lucu, kolomnya dipenuhi komentar seperti “modal 20 ribu semalam cair setengah juta.” Akun itu pakai nama biasa saja, foto perempuan cantik, gaya bicara santai, dan tak tampak sebagai promotor apa-apa.

Tapi di balik semua itu ada link, referral, dan jebakan halus yang menunggu diklik.

Ilustrasi judi online. (Sumber: Unsplash/Niek Doup)
Ilustrasi judi online. (Sumber: Unsplash/Niek Doup)

Strategi ini disebut infiltrasi mikro. Mereka memanfaatkan algoritma medsos, membangun interaksi semu, dan menyisipkan narasi di tengah percakapan santai.

Tidak butuh biaya besar seperti zaman endorse selebgram. Justru karena murah dan natural, metode ini lebih sulit dilacak dan lebih mudah menyusup ke ruang publik digital.

Yang lebih gawat, masyarakat mulai terbiasa. Di warung kopi dan grup WhatsApp bapak-bapak, istilah "slot" atau "spin" mulai sering terdengar. Bukan lagi tabu, malah jadi bahan candaan.

“Iseng-iseng berhadiah,” katanya. Di kalangan remaja, judi digital bukan lagi dipandang sebagai dosa besar. Ia hanya dianggap bagian dari dunia game dan konten seru yang sesekali bisa dicoba.

Inilah wajah normalisasi. Judi bukan lagi sekadar tindakan ilegal, tapi kebiasaan yang mulai diterima diam-diam. Kita lihat dampaknya di rumah tangga, di anak-anak yang tidak bisa sekolah karena uang belanja habis untuk top-up.

Tapi di permukaan, semuanya tampak seperti hiburan ringan. Sebuah paradoks yang menyimpan luka dalam.

Sindikat judol tidak menjual produk, mereka menjual mimpi. Dan mimpi ini tidak hanya hidup di iklan, tapi menyusup ke percakapan, komentar, obrolan santai, bahkan gurauan sehari-hari.

Kalau negara hanya sibuk memblokir situs tanpa menyentuh ekosistem narasi di sekitarnya, maka racun ini akan tetap tumbuh.

Maka perlu ada yang lebih besar dari sekadar tindakan hukum. Kita butuh komunikasi tandingan. Guru yang menyelipkan bahaya judol di kelas. Orang tua yang membuka percakapan jujur saat makan malam. Bahkan tukang ojek pun akan lebih keren jika bisa saling mengingatkan sesama ojek-ers.

Sebab kalau tidak dilakukan sekarang, maka generasi muda akan dibesarkan dalam dunia digital yang menganggap taruhan sebagai hal biasa. Dan semua itu bermula dari satu komentar kecil, dari satu klik, dari satu rasa penasaran.

Percayalah, judol bukan sekadar aplikasi, tapi sistem yang membentuk pola pikir. Dan kalau kita tidak segera membenahi cara bicara dan cara sadar, maka kita sedang berjalan menuju masyarakat yang diam-diam percaya bahwa untung bisa dibeli.

Dan sedang tergesa menuju komunitas yang percaya bisa dipertaruhkan hanya dengan saldo lima belas ribu rupiah! (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Muhammad Sufyan Abdurrahman
Peminat komunikasi publik & digital religion (Comm&Researcher di CDICS). Berkhidmat di Digital PR Telkom University serta MUI/IPHI/Pemuda ICMI Jawa Barat
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 22 Des 2025, 20:00 WIB

Batu Kuda Manglayang, Ruang Tenang di Tengah Hutan Pinus

Wisata Alam Batu Kuda di kaki Gunung Manglayang menawarkan pengalaman sederhana, berdiam santai di hutan pinus, menikmati sunyi, dan menenangkan pikiran di depan monumen ikoniknya.
Situs Batu Kuda, saksi sunyi di hutan pinus Manglayang. (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Ayo Netizen 22 Des 2025, 19:04 WIB

Alam sebagai Ruang Pemulihan

Stres di zaman sekarang memerlukan tempat untuk istirahat.
Alam sering menjadi tempat relaksasi. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Ayo Biz 22 Des 2025, 17:37 WIB

Ketika Banjir dan Longsor Menguji, Kepedulian Sosial dan Ekologis Menjadi Fondasi Pemulihan Sumatra

Banjir dan longsor yang melanda Aceh serta sejumlah wilayah di Sumatra pada Desember lalu menjadi salah satu tragedi kemanusiaan terbesar dalam beberapa tahun terakhir.
Ilustrasi. Pemulihan Aceh dan Sumatra membutuhkan energi besar dan napas panjang. Bantuan logistik hanyalah langkah awal. (Sumber: EIGER Adventure)
Ayo Netizen 22 Des 2025, 17:19 WIB

Bebek Om Aris Dipati Ukur: Sajian Legendaris yang Terjangkau dan Nyaman di Kota Bandung

Bebek Om Aris Dipati Ukur Bandung menawarkan daging empuk, sambal variatif, harga terjangkau.
Menu Favorit yang ada di Bebek Om Aris. (Sumber: Dokumen Pribadi)
Ayo Netizen 22 Des 2025, 17:09 WIB

Warga Puas dengan Transportasi Umum, tapi Terkendala Minimnya Halte dan Sistem Transit

Kepuasan warga terkait transportasi umum yang ada di Kota Bandung.
Warga sedang mengantri untuk masuk ke TransMetro Bandung di Halte Pelajar Pejuang 45 (3/12/2025). (Sumber: Fauzi Ananta)
Ayo Biz 22 Des 2025, 16:55 WIB

Solidaritas Kemanusiaan Menjadi Pilar Pemulihan Sumatera Pascabencana

Solidaritas publik menjadi denyut nadi dari gerakan ini. Donasi mengalir dari berbagai penjuru negeri, membuktikan bahwa rasa kepedulian masih kuat.
Solidaritas publik menjadi denyut nadi dari gerakan ini. Donasi mengalir dari berbagai penjuru negeri, membuktikan bahwa rasa kepedulian masih kuat. (Sumber: Dok Rumah Zakat)
Ayo Jelajah 22 Des 2025, 15:45 WIB

Sejarah Gereja Santo Petrus, Katedral Tertua di Bandung

Sejarah Gereja St Franciscus Regis hingga berdirinya Katedral Santo Petrus di jantung Bandung pada awal abad ke-20.
Gereja Katedral Santo Petrus Bandung (Sumber: KITLV)
Beranda 22 Des 2025, 15:33 WIB

ISMN Yogyakarta Tegaskan Literasi Digital sebagai Fondasi Informasi Publik di Era AI

ISMN Yogyakarta bahas kolaborasi, literasi digital, dan tantangan media sosial di era AI untuk wujudkan distribusi informasi berkualitas.
Indonesia Social Media Network (ISMN) Meetup Yogyakarta 2026 akan diselenggarakan pada Kamis, 15 Januari 2026.
Ayo Biz 22 Des 2025, 15:09 WIB

Transformasi Digital Jawa Barat Menjadi Peluang Strategis Operator Seluler di Periode Nataru

Menjelang periode Natal dan Tahun Baru (Nataru), pasar telekomunikasi Indonesia kembali menunjukkan potensi besar, terutama di Jawa Barat yang menjadi salah satu pusat mobilitas masyarakat.
Ilustrasi. Menjelang periode Natal dan Tahun Baru (Nataru), pasar telekomunikasi Indonesia kembali menunjukkan potensi besar, terutama di Jawa Barat yang menjadi salah satu pusat mobilitas masyarakat. (Sumber: Indosat)
Ayo Netizen 22 Des 2025, 12:35 WIB

Cerita Kota Singgah yang Dirindukan

Predikat "kota singgah" bisa diraih Bandung dengan menghubungkan potensi wilayah dan kota di sekitar Bandung.
Flagship outlet Bebek Kaleyo di Jalan Sumatera No. 5, Kota Bandung yang mempertemukan kuliner tradisional dengan estetika kekinian. (Sumber: dok. Bebek Kaleyo)
Beranda 22 Des 2025, 12:19 WIB

Peran Ibu di Era Screen Time: Tak Harus Jadi Ahli Teknologi, Cukup Mendampingi dengan Hati

Seorang ibu tidak harus menjadi ahli teknologi untuk bisa menjadi sosok yang menginspirasi bagi anak-anaknya. Justru kehadiran, pendampingan, dan kemauan belajar jauh lebih penting.
Dini Andriani, kedua dari kanan. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Toni Hermawan)
Beranda 22 Des 2025, 11:51 WIB

Redefinisi Peran Ibu Pekerja: Saat Karir dan Domestik Tak Lagi Menjadi Beban Ganda

Ia menegaskan bahwa kehidupan rumah tangga seharusnya dibangun di atas prinsip kebersamaan, bukan relasi timpang.
Pemimpin Redaksi Digital Mama.Id, Catur Ratna Wulandari. (Sumber: Dokumen pribadi)
Ayo Netizen 22 Des 2025, 11:05 WIB

Kisah ‘Lampu Merah Terlama di Indonesia’ di Kota Nomor 1 Termacet se-Nusantara

Lampu Merah Kiaracondong-Soekarno Hatta (Kircon) di Kota Bandung sudah lama ditetapkan sebagai stopan “Lampu Merah Terlama di Indonesia”.
Kemacetan di Lampu Merah Perempatan Kiaracondong, Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Muslim Yanuar Putra)
Beranda 22 Des 2025, 10:57 WIB

Ibu Tunggal, Aktivis, dan Jalan Panjang Melawan Stigma

Salah satunya, fakta bahwa di tahun 2010-2013-an jurnalis perempuan masih minim jumlahnya dan statusnya sebagai “Janda” kemudian sering dipermasalahkan
Rinda Aunillah Sirait. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Nisrina Nuraini)
Ayo Netizen 22 Des 2025, 10:18 WIB

Mengeja Imajinasi Kota Hijau

Paris van Java (PVJ) dengan jargon Bandung Utama masih memiliki ruang strategis untuk memperkuat kebijakan dan inovasi menuju kota yang lebih hijau, inklusif, dan berkelanjutan.
Warga berada di Taman Foto, Kota Bandung, Senin 15 September 2025. (Sumber: Ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Beranda 22 Des 2025, 09:47 WIB

Menjadi Ibu dan Ayah Sekaligus, Perjalanan Seorang Single Parent Menjaga Masa Depan Anak

Menjalani dua peran sekaligus tentu bukan hal yang mudah. Namun, ia memilih bertahan dan berdamai dengan keadaan yang ada.
Tri Nur Aini Noviar. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ilham Maulana)
Ayo Netizen 22 Des 2025, 08:26 WIB

Curhat di Media Sosial, Masyarakat Bandung Keluhkan Kondisi Trotoar

Bandung terkenal sebagai kota estetik yang punya masalah dengan trotoar dan jembatan penyeberangan orang (JPO).
Kondisi trotoar Jln. Moch. Toha membutuhkan perbaikan oleh Pemerintah Kota Bandung, Sabtu (29//11/2025). (Foto: Risa)
Ayo Netizen 22 Des 2025, 07:20 WIB

Pelestari Adat Sunda: Berdedikasi pada Indahnya Pernikahan lewat Pakaian Adat Sunda

Tentang pakaian pernikahan adat Sunda dilihat dari perspektif make up artist dan distributor pakaiannya.
Pengantin wanita tampil anggun dalam balutan Paes Sunda Siger saat hari pernikahannya di Kebon Jeruk, Kec. Andir, Kota Bandung. (Sumber: Dok. Pribadi | Foto: Endang Rachmawati)
Beranda 21 Des 2025, 23:31 WIB

Bukan Sekadar Tren: Alasan Perempuan Gen Z Lebih Aktif di Second Account Instagram

Acara tersebut digelar untuk memperkenalkan ruang aman bagi para perempuan untuk saling berbagi cerita dan pengalaman yang disebut Kutub Sisters.
Meet Up Komunitas Kutub Sisters pada Minggu, (21/12), di Palary Coffee & Eatery. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Nisrina Nuraini)
Ayo Netizen 21 Des 2025, 20:14 WIB

Seven October Coffee: Ruang Ngopi yang Menghidupkan Ingatan Palestina di Bandung

Seven October Coffee di Bandung menghadirkan konsep unik yang memadukan pengalaman ngopi dengan edukasi sejarah Palestina.
Tembok Sejarah Palestina dari Awal-Sekarang. (Sumber: Dokumen Pribadi | Foto: Amir Huwaidi)