Sejarah Gereja Santo Petrus, Katedral Tertua di Bandung

Hengky Sulaksono
Ditulis oleh Hengky Sulaksono diterbitkan Senin 22 Des 2025, 15:45 WIB
Gereja Katedral Santo Petrus Bandung (Sumber: KITLV)

Gereja Katedral Santo Petrus Bandung (Sumber: KITLV)

AYOBANDUNG.ID - Pada akhir abad ke-19, Jalan Merdeka belum seramai sekarang. Tak ada deretan toko modern atau lalu lintas yang saling berebut ruang. Di kawasan yang masih berdekatan dengan gudang kopi milik pemerintah kolonial itulah, sebuah bangunan kecil berdiri nyaris tanpa pretensi. Ukurannya sederhana, fungsinya jelas: menjadi tempat singgah iman bagi komunitas Katolik yang jumlahnya masih bisa dihitung jari-jari tangan.

Bangunan itu kelak dikenal sebagai Gereja St. Franciscus Regis, gereja Katolik pertama di Bandung. Dari ruang sempit berukuran 8 x 21 meter inilah, sejarah panjang Gereja Katolik di Bandung berawal. Gereja ikonik ini hadir dari kebutuhan paling dasar sebuah komunitas yang ingin memiliki tempat berdoa tetap di kota yang sedang belajar menjadi pusat kekuasaan kolonial.

Kisah ini bermula pada 1878, ketika keberadaan umat Katolik di Bandung masih seperti benih yang baru ditanam. Ada, tapi belum cukup kuat untuk berdiri sendiri. Pelayanan rohani bagi umat Katolik kala itu belum bersifat menetap. Bandung masih bergantung pada pastor dari Cirebon yang secara administratif berada di bawah Vikariat Apostolik Batavia.

Baca Juga: Hikayat Patung Bugil Citarum, Jejak Pantat Kolonial yang Hubungkan Bandung dengan Den Haag

Perjalanan pastoral pada masa itu bukan perkara ringan. Jarak jauh, kondisi jalan terbatas, dan sarana transportasi yang belum ramah waktu membuat pelayanan keagamaan berjalan ala kadarnya.

Situasi mulai berubah ketika jalur kereta api Batavia–Bandung resmi dibuka pada 1884. Rel besi ini bukan sekadar memindahkan manusia dan barang, tetapi juga membawa ritme baru kehidupan kota. Bandung tidak lagi terasa sejauh Cirebon, dan pelayanan gereja pun bisa lebih teratur. Dari sinilah gagasan mendirikan gereja permanen mulai masuk akal, bukan sekadar wacana.

Gereja Katolik pertama di Bandung akhirnya berdiri di Schoolweg, yang kini dikenal sebagai Jalan Merdeka. Ukurannya jauh dari kata megah, hanya sekitar 8 x 21 meter. Luasnya kurang lebih setara aula kecil serbaguna zaman sekarang. Di sampingnya terdapat pastoran sederhana, cukup untuk tempat tinggal imam yang bertugas. Lokasinya pun unik, berdekatan dengan gudang kopi milik pemerintah kolonial, seolah menegaskan bahwa iman dan ekonomi memang kerap berjalan beriringan dalam sejarah kota.

Bangunan sederhana itu diberi nama Gereja St. Franciscus Regis, merujuk pada santo Yesuit asal Prancis yang dikenal dekat dengan kaum kecil. Gereja ini diberkati pada 16 Juni 1895, menjadi tonggak penting bagi umat Katolik di Bandung. Meski kecil dan bersahaja, gereja ini berfungsi sebagai pusat kehidupan rohani yang sebelumnya tercerai-berai. Dari sinilah denyut komunitas Katolik Bandung mulai terasa nyata.

Seiring waktu, Bandung bergerak cepat. Pada 1 April 1906, kota ini resmi menyandang status gemeente, setara kotamadya. Status baru itu membawa ambisi besar: menjadikan Bandung kota modern dengan tata ruang ala Eropa. Pemerintah kolonial mulai membangun civic centre, lengkap dengan balaikota dan taman Pieterspark. Kawasan di sekitar gereja pun ikut terseret dalam arus perencanaan kota yang lebih sistematis.

Baca Juga: Sejarah Panjang ITB, Kampus Insinyur Impian Kolonial di Tanah Tropis

Dalam konsep civic centre tersebut, rumah ibadah tidak ditempatkan di pinggiran, melainkan sebagai bagian dari ekosistem kota. Sekolah, bank, kantor polisi, dan gereja dirancang saling berdekatan. Bagi pemerintah kolonial, tata kota yang baik bukan hanya soal administrasi, tetapi juga soal keseimbangan sosial dan spiritual.

Pada 1907, Bandung resmi dipisahkan dari Distrik Cirebon dalam urusan gerejawi. Kota ini ditetapkan sebagai stasi tersendiri, dengan pastor yang secara khusus melayani umat setempat. Dampaknya terasa cepat. Dalam waktu empat tahun, jumlah umat Katolik melonjak hingga sekitar 1.800 orang. Setiap misa bisa dihadiri ratusan jemaat. Gereja St. Franciscus Regis yang mungil pun mulai kewalahan.

Bangunan Gereja St. Franciscus Regis. (Sumber: KITLV)
Bangunan Gereja St. Franciscus Regis. (Sumber: KITLV)

Bangunan yang semula terasa cukup mendadak berubah menjadi sempit. Jemaat berdesakan, sirkulasi udara terbatas, dan kenyamanan menjadi kemewahan yang langka. Kondisi ini memaksa pimpinan gereja berpikir realistis. Jika Bandung terus berkembang, gereja pun harus ikut bertumbuh.

Baca Juga: Julukan Parijs van Java Bandung Diprotes Sejak Zaman Baheula

Gereja Sederhana yang jadi Katedral Ikonik di Jantung Kota

Keputusan membangun gereja baru akhirnya diambil. Lokasinya masih di kawasan yang sama, tak jauh dari gereja lama, tepatnya di bekas area peternakan di Merpikaweg atau Jalan Merdeka. Lahan ini dipilih bukan tanpa pertimbangan. Selain strategis, kawasan tersebut sudah menjadi pusat aktivitas kota yang terus hidup.

Untuk merancang bangunan baru, dipilihlah Charles Prosper Wolff Schoemaker, arsitek Belanda yang namanya lekat dengan wajah Bandung. Schoemaker dikenal piawai meramu gaya Eropa dengan penyesuaian tropis. Tangannya kelak melahirkan banyak bangunan ikonik, dan gereja ini menjadi salah satu karya pentingnya.

Pembangunan gereja berlangsung sepanjang 1921. Prosesnya relatif cepat untuk ukuran proyek besar pada masa itu. Perencanaan matang dan dukungan teknis yang solid membuat konstruksi berjalan tanpa banyak hambatan berarti. Setahun kemudian, pada 19 Februari 1922, gereja baru tersebut resmi diberkati dan dipersembahkan kepada Santo Petrus.

Pemilihan nama Santo Petrus bukan sembarangan. Ia melambangkan fondasi dan kepemimpinan dalam tradisi Gereja Katolik. Penamaan ini seolah menjadi pernyataan bahwa gereja baru tersebut bukan hanya bangunan pengganti, melainkan simbol kematangan komunitas Katolik Bandung yang telah melewati fase rintisan.

Sementara itu, bangunan lama Gereja St. Franciscus Regis tidak dihapus dari peta sejarah. Bangunan tersebut dialihfungsikan menjadi gedung Perkumpulan Sosial Katolik, tetap hidup dalam peran yang berbeda. Dalam perjalanan waktu, kawasan itu kembali berubah mengikuti dinamika kota, hingga akhirnya menjadi bagian dari kompleks Bank Indonesia. Fungsi boleh berganti, tetapi jejak sejarahnya tetap melekat.

Katedral Santo Petrus kemudian tumbuh menjadi pusat kehidupan umat Katolik Bandung. Gaya neo-Gotiknya menjulang di tengah hiruk pikuk kota, menjadi pengingat bahwa Bandung pernah dibangun dengan visi yang memadukan iman, administrasi, dan estetika. Pada 2009, bangunan ini ditetapkan sebagai cagar budaya yang menegaskan nilainya bukan hanya bagi umat Katolik, tetapi juga bagi sejarah kota.

Baca Juga: Dari Gurun Pasir ke Kamp Konsentrasi, Kisah Tragis Keluarga Berretty Pemilik Vila Isola Bandung

Jika ditarik garis lurus, sejarah Gereja Katolik di Bandung adalah cermin perjalanan kota itu sendiri. Dari pelayanan seadanya, bangunan sederhana, hingga institusi mapan yang menyatu dengan wajah urban. Gereja St. Franciscus Regis mungkin sudah lama tak berdiri sebagai rumah ibadah, tetapi perannya sebagai fondasi tak tergantikan. Tanpa gereja kecil berukuran 8 x 21 meter itu, mungkin tak akan ada Katedral Santo Petrus yang hari ini berdiri anggun di Jalan Merdeka.

Sejarah ini mengingatkan bahwa kota tidak hanya dibangun dari beton dan aspal, tetapi juga dari kesabaran, kebutuhan, dan keputusan-keputusan kecil yang diambil pada waktu yang tepat. Bandung, dalam hal ini, menyimpan kisah tentang bagaimana iman ikut tumbuh bersama rel kereta, gudang kopi, dan rencana tata kota kolonial. Sebuah kisah yang diam-diam membentuk identitas kota hingga hari ini.

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 22 Des 2025, 20:00 WIB

Batu Kuda Manglayang, Ruang Tenang di Tengah Hutan Pinus

Wisata Alam Batu Kuda di kaki Gunung Manglayang menawarkan pengalaman sederhana, berdiam santai di hutan pinus, menikmati sunyi, dan menenangkan pikiran di depan monumen ikoniknya.
Situs Batu Kuda, saksi sunyi di hutan pinus Manglayang. (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Ayo Netizen 22 Des 2025, 19:04 WIB

Alam sebagai Ruang Pemulihan

Stres di zaman sekarang memerlukan tempat untuk istirahat.
Alam sering menjadi tempat relaksasi. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Ayo Biz 22 Des 2025, 17:37 WIB

Ketika Banjir dan Longsor Menguji, Kepedulian Sosial dan Ekologis Menjadi Fondasi Pemulihan Sumatra

Banjir dan longsor yang melanda Aceh serta sejumlah wilayah di Sumatra pada Desember lalu menjadi salah satu tragedi kemanusiaan terbesar dalam beberapa tahun terakhir.
Ilustrasi. Pemulihan Aceh dan Sumatra membutuhkan energi besar dan napas panjang. Bantuan logistik hanyalah langkah awal. (Sumber: EIGER Adventure)
Ayo Netizen 22 Des 2025, 17:19 WIB

Bebek Om Aris Dipati Ukur: Sajian Legendaris yang Terjangkau dan Nyaman di Kota Bandung

Bebek Om Aris Dipati Ukur Bandung menawarkan daging empuk, sambal variatif, harga terjangkau.
Menu Favorit yang ada di Bebek Om Aris. (Sumber: Dokumen Pribadi)
Ayo Netizen 22 Des 2025, 17:09 WIB

Warga Puas dengan Transportasi Umum, tapi Terkendala Minimnya Halte dan Sistem Transit

Kepuasan warga terkait transportasi umum yang ada di Kota Bandung.
Warga sedang mengantri untuk masuk ke TransMetro Bandung di Halte Pelajar Pejuang 45 (3/12/2025). (Sumber: Fauzi Ananta)
Ayo Biz 22 Des 2025, 16:55 WIB

Solidaritas Kemanusiaan Menjadi Pilar Pemulihan Sumatera Pascabencana

Solidaritas publik menjadi denyut nadi dari gerakan ini. Donasi mengalir dari berbagai penjuru negeri, membuktikan bahwa rasa kepedulian masih kuat.
Solidaritas publik menjadi denyut nadi dari gerakan ini. Donasi mengalir dari berbagai penjuru negeri, membuktikan bahwa rasa kepedulian masih kuat. (Sumber: Dok Rumah Zakat)
Ayo Jelajah 22 Des 2025, 15:45 WIB

Sejarah Gereja Santo Petrus, Katedral Tertua di Bandung

Sejarah Gereja St Franciscus Regis hingga berdirinya Katedral Santo Petrus di jantung Bandung pada awal abad ke-20.
Gereja Katedral Santo Petrus Bandung (Sumber: KITLV)
Beranda 22 Des 2025, 15:33 WIB

ISMN Yogyakarta Tegaskan Literasi Digital sebagai Fondasi Informasi Publik di Era AI

ISMN Yogyakarta bahas kolaborasi, literasi digital, dan tantangan media sosial di era AI untuk wujudkan distribusi informasi berkualitas.
Indonesia Social Media Network (ISMN) Meetup Yogyakarta 2026 akan diselenggarakan pada Kamis, 15 Januari 2026.
Ayo Biz 22 Des 2025, 15:09 WIB

Transformasi Digital Jawa Barat Menjadi Peluang Strategis Operator Seluler di Periode Nataru

Menjelang periode Natal dan Tahun Baru (Nataru), pasar telekomunikasi Indonesia kembali menunjukkan potensi besar, terutama di Jawa Barat yang menjadi salah satu pusat mobilitas masyarakat.
Ilustrasi. Menjelang periode Natal dan Tahun Baru (Nataru), pasar telekomunikasi Indonesia kembali menunjukkan potensi besar, terutama di Jawa Barat yang menjadi salah satu pusat mobilitas masyarakat. (Sumber: Indosat)
Ayo Netizen 22 Des 2025, 12:35 WIB

Cerita Kota Singgah yang Dirindukan

Predikat "kota singgah" bisa diraih Bandung dengan menghubungkan potensi wilayah dan kota di sekitar Bandung.
Flagship outlet Bebek Kaleyo di Jalan Sumatera No. 5, Kota Bandung yang mempertemukan kuliner tradisional dengan estetika kekinian. (Sumber: dok. Bebek Kaleyo)
Beranda 22 Des 2025, 12:19 WIB

Peran Ibu di Era Screen Time: Tak Harus Jadi Ahli Teknologi, Cukup Mendampingi dengan Hati

Seorang ibu tidak harus menjadi ahli teknologi untuk bisa menjadi sosok yang menginspirasi bagi anak-anaknya. Justru kehadiran, pendampingan, dan kemauan belajar jauh lebih penting.
Dini Andriani, kedua dari kanan. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Toni Hermawan)
Beranda 22 Des 2025, 11:51 WIB

Redefinisi Peran Ibu Pekerja: Saat Karir dan Domestik Tak Lagi Menjadi Beban Ganda

Ia menegaskan bahwa kehidupan rumah tangga seharusnya dibangun di atas prinsip kebersamaan, bukan relasi timpang.
Pemimpin Redaksi Digital Mama.Id, Catur Ratna Wulandari. (Sumber: Dokumen pribadi)
Ayo Netizen 22 Des 2025, 11:05 WIB

Kisah ‘Lampu Merah Terlama di Indonesia’ di Kota Nomor 1 Termacet se-Nusantara

Lampu Merah Kiaracondong-Soekarno Hatta (Kircon) di Kota Bandung sudah lama ditetapkan sebagai stopan “Lampu Merah Terlama di Indonesia”.
Kemacetan di Lampu Merah Perempatan Kiaracondong, Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Muslim Yanuar Putra)
Beranda 22 Des 2025, 10:57 WIB

Ibu Tunggal, Aktivis, dan Jalan Panjang Melawan Stigma

Salah satunya, fakta bahwa di tahun 2010-2013-an jurnalis perempuan masih minim jumlahnya dan statusnya sebagai “Janda” kemudian sering dipermasalahkan
Rinda Aunillah Sirait. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Nisrina Nuraini)
Ayo Netizen 22 Des 2025, 10:18 WIB

Mengeja Imajinasi Kota Hijau

Paris van Java (PVJ) dengan jargon Bandung Utama masih memiliki ruang strategis untuk memperkuat kebijakan dan inovasi menuju kota yang lebih hijau, inklusif, dan berkelanjutan.
Warga berada di Taman Foto, Kota Bandung, Senin 15 September 2025. (Sumber: Ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Beranda 22 Des 2025, 09:47 WIB

Menjadi Ibu dan Ayah Sekaligus, Perjalanan Seorang Single Parent Menjaga Masa Depan Anak

Menjalani dua peran sekaligus tentu bukan hal yang mudah. Namun, ia memilih bertahan dan berdamai dengan keadaan yang ada.
Tri Nur Aini Noviar. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ilham Maulana)
Ayo Netizen 22 Des 2025, 08:26 WIB

Curhat di Media Sosial, Masyarakat Bandung Keluhkan Kondisi Trotoar

Bandung terkenal sebagai kota estetik yang punya masalah dengan trotoar dan jembatan penyeberangan orang (JPO).
Kondisi trotoar Jln. Moch. Toha membutuhkan perbaikan oleh Pemerintah Kota Bandung, Sabtu (29//11/2025). (Foto: Risa)
Ayo Netizen 22 Des 2025, 07:20 WIB

Pelestari Adat Sunda: Berdedikasi pada Indahnya Pernikahan lewat Pakaian Adat Sunda

Tentang pakaian pernikahan adat Sunda dilihat dari perspektif make up artist dan distributor pakaiannya.
Pengantin wanita tampil anggun dalam balutan Paes Sunda Siger saat hari pernikahannya di Kebon Jeruk, Kec. Andir, Kota Bandung. (Sumber: Dok. Pribadi | Foto: Endang Rachmawati)
Beranda 21 Des 2025, 23:31 WIB

Bukan Sekadar Tren: Alasan Perempuan Gen Z Lebih Aktif di Second Account Instagram

Acara tersebut digelar untuk memperkenalkan ruang aman bagi para perempuan untuk saling berbagi cerita dan pengalaman yang disebut Kutub Sisters.
Meet Up Komunitas Kutub Sisters pada Minggu, (21/12), di Palary Coffee & Eatery. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Nisrina Nuraini)
Ayo Netizen 21 Des 2025, 20:14 WIB

Seven October Coffee: Ruang Ngopi yang Menghidupkan Ingatan Palestina di Bandung

Seven October Coffee di Bandung menghadirkan konsep unik yang memadukan pengalaman ngopi dengan edukasi sejarah Palestina.
Tembok Sejarah Palestina dari Awal-Sekarang. (Sumber: Dokumen Pribadi | Foto: Amir Huwaidi)