STOPAN Lampu Merah Kiaracondong-Soekarno Hatta (Kircon) di Kota Bandung sudah lama ditetapkan sebagai stopan “Lampu Merah Terlama di Indonesia”. Rupanya gelar itu berbanding lurus dengan gelar yang diterima Kota Bandung yang akhir-akhir ini ditetapkan sebagai “Kota Nomor 1 Termacet di Indonesia 2024” versi TomTom Traffic Index.
Mengapa berbanding lurus? Sebab, Wali Kota Bandung Kang Farhan pernah mengatakan bahwa Jalan Soekarno Hatta adalah salah satu dari tiga titik kemacetan di Kota Bandung karena jalan ini merupakan jalan akses utama warga--baik dari barat, selatan, dan timur—menuju Kota Bandung.
Stopan Lampu Merah Kiaracondong-Soekarno Hatta (Kircon) lampu merahnya bisa mencapai durasi hingga 12 menit alias pengendara harus menanti lampu selama 720 detik. Sementara lampu hijaunya—ini yang membuat rudet--hanya 97 detik atau sekitar 1,37 menit. Akibatnya, pengendara pun bisa terkena 2 sampai 3 kali lampu merah jika macet.
Oleh karena itu--saking lamanya menunggu--tak heran kalau stopan itu dijuluki sebagai "Stopan Perenggut Masa Muda", "Stopan Penguji Iman" atau “Stopan Paling Rudet” di Bandung. Atau muncul ledekan yang lebih sarkastis, “Menunggu lampu merah di Stopan Kircon kita bisa jajan seblak dulu atau bisa masak mi instan dulu”.
Tidak hanya itu, para pengamen jalanan, para pengemis, dan para pedagang tisu, tahu, kacang, gemblong, dan lain-lain bisa memanfaatkan waktu yang lama ini untuk “menghibur” atau “menambah ujian kesabaran” para pengendara di tengah kebisingan suara kenalpot dan polusi udara.
Sementara, Kota Bandung sebagai Kota Termacet Nomor 1 di Indonesia, dalam penelitian TomTom, disebutkan karena rata-rata waktu tempuh di kota yang mendapat julukan “Kota Kembang” itu mencapai 32 menit 37 detik per 10 kilometer.
Dalam waktu tempuh perjalanan 10 kilometer, Bandung mengungguli Medan (32 menit 3 detik), Palembang (27 menit 55 detik), Surabaya (26 menit 59 detik), dan Jakarta (25 menit 31 detik). Tak hanya berperingkat nomor 1 di Indonesia, tetapi Kota Bandung berperingkat ke-12 di dunia dalam kategori waktu terlama yang hilang di jam sibuk.
Dishub Kota Bandung kepada media menjelaskan, pihaknya bisa menerapkan prioritas waktu lebih lama untuk kaki simpang tertentu untuk mengurai kepadatan kendaraan jika dibutuhkan.
"Waktu yang sudah kita set berdasarkan hasil survei kita berdasarkan volume dan aktivitas kendaraan, normalnya segitu (5 menit). Tetapi apabila terjadi antrean di kaki simpang tertentu, kami bisa berikan prioritas lebih waktu hijaunya agar terurai panjang antreannya."
Sebenarnya, bukan hanya Stopan Lampu Merah Kiaracondong (Samsat Soekarno Hatta) yang terlama dan disebut menjadi salah satu “biang kerok” kemacetan di Kota Bandung.

Berikut adalah beberapa stopan lampu merah yang menyumbang kemacetan di Kota Bandung, di antaranya:
- Lampu Merah Dipatiukur. Penyebab lamanya lampu merah di Dipatiukur ini karena merupakan wilayah wisata dan kampus seperti Universitas Padjadjaran (UNPAD) dan Universitas Komputer Indonesia (Unikom). Durasi lampu merah 200 detik atau 3,33 menit dan untuk lampu hijaunya hanya 30 detik.
- Lampu Merah Soekarno Hatta-Tol Pasir Koja. Lamanya lampu merah di Soekarno Hatta-Tol Pasir Koja ialah karena jalur nasional. Untuk durasi lampu merahnya 120 detik atau 2 menit, durasi lampu hijaunya hanya 30 detik.
- Lampu Merah Ujung Berung. Lampu merah Ujung Berung sering dikeluhkan pengendara karena durasi lampu merahnya yang lama, karena wilayah pasar yang sangat padat. Durasi lampu merahnya mencapai 160 detik atau sekitar 3 menit, lalu untuk durasi lampu hijaunya sekitar 25 detik.
- Lampu Merah Simpang Cibiru. Kedudukan terakhir lampu merah terlama ada di lampu merah simpang Cibiru, simpang yang menghubungkan jalur dari arah Cileunyi dan UIN Sunan Gunung Djati. Durasi lampu merahnya mencapai 150 detik atau 2,5 menit, sedangkan lampu hijaunya hanya 35 detik.
- Lampu Merah Jalan Soekarno-Hatta-Buah Batu. Stopan in menghubungkan pengendara dari timur, selatan, barat, dan utara pengendara.
Lalu, apa upaya atau tata kelola Kang Farhan dalam menanggulangi tingkat kemacetan di Kota Bandung? Rupanya Kang Farhan sedang mencari solusi kemacetan berbasis teknologi. Selama ini Farhan menyoroti pentingnya pengaturan waktu dan pemanfaatan sistem kendali lalu lintas seperti ATCS untuk mengatur durasi lampu merah secara real-time.
Kita tunggu upaya Wali Kota Kang Farhan. (*)
