Mati Ketawa ala 'Barudak Bapak Aing'

Muhamad Nizar
Ditulis oleh Muhamad Nizar diterbitkan Rabu 30 Jul 2025, 19:29 WIB
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. (Sumber: Humas Pemrov Jabar)

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. (Sumber: Humas Pemrov Jabar)

"Yeuh, Pak Dedi, yeuh! (Nih, Pak Dedi, nih!) Bawa ke barak!" Ancaman ini sering saya dengar dari video-video pendek usai muncul kebijakan 'anak nakal' dibawa ke barak.

Video seperti itu kerap berseliweran di media sosial. Kebanyakan video yang saya lihat, perkara anak kecil yang ogah makan. Seolah sosok Gubernur Jawa Barat (Jabar), Dedi Mulyadi, itu dipakai sebagai jurus pamungkas.

Kalau kamu nggak mau makan, kamu bakal dibawa ke barak. Begitu kira-kira. Lucu? Iya. Komikal? Jelas. Tapi lama-lama terasa aneh juga.

Dalam video lain, seorang anak diminta menyerahkan HP karena dianggap kebanyakan main game. "Yeuh Pak Dedi, yeuh." Lagi-lagi, Dedi jadi alat untuk menakut-nakuti.

Seolah ia bukan figur publik. Fiksi. Bahkan setengah menghantui macam wewe gombel versi zaman kiwari.

Namun semuanya makin terasa lebih janggal. Saya sempat menonton cuplikan dari seorang anak yang benar-benar saat berhadapan Dedi dalam kehidupan nyata.

Ia ketakutan saat melihat sosok itu secara langsung, yang tengah menari-nari di atas mobil, pakai singlet ala Freddy Mercury, merayakan Persib juara.

Kerumunan bersorak gembira, tapi si anak menangis. Panik tiada duanya. Sosok yang selama ini hanya muncul sebagai ancaman dalam video, ternyata benar-benar hidup dan bisa muncul di depan mata.

Rasa takut terhadap Dedi, sayangnya, tak berhenti di anak kecil. Kini, orang dewasa pun mulai merasakannya. Bukan takut dibawa ke barak, tapi takut dibawa ke kolom komentar.

Karena siapa pun yang mengkritik Dedi Mulyadi bisa langsung dirujak oleh Barudak (anak-anak) Bapak Aing, sebutan saya untuk para pendukung militannya.

Suara-suara kritis terancam jarang terdengar. Takut diserang, atau sekadar malas meladeni para pendengung (buzzer) atau Barudak Bapak Aing.

Saya pun pernah merasakannya. Sampai-sampai tiap ingin menulis atau beropini soal Dedi, yang muncul duluan bukan argumen, tapi rasa malas. Lah, paling juga disuruh keluar Jabar.

Lantas tulisan ini ibarat uji nyali. Saya sudah kelewat geram dan tidak bisa menahan diri lagi.

Bila kalian penasaran seberapa militan para loyalis itu. Lalu ingin ikut menguji nyali secara kecil-kecilan, maka cukup tinggalkan satu komentar kritis di unggahan menyoal Dedi.

Usahakan cari berkaitan dengan isu miring kebijakan dirinya. Tak perlu kasar, cukup bilang, "Menurut saya kebijakan ini agak ngawur bla bla bla." Jika beruntung, kau dapat menerima caci maki dari penggemar setianya.

Kadang, yang membuat sedih bukan serangan mereka, melainkan kenyataan bahwa pola-pola ini justru membungkam ruang kritik.

Sosok publik yang harusnya terbuka terhadap perbedaan pandangan, kini lebih sering tampil sebagai pemilik kebenaran. Diperkuat pula oleh algoritma, penggemar setia dan konten-konten sentimental yang siap menyeret siapa saja yang beda pendapat.

Nih, Contohnya

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)

Kau mungkin tidak akan percaya apabila belum melihat contohnya. Paling sederhana bisa kau baca kolom komentar akun Instagram @befarhanjamil.

Ia seorang komika cum konten kreator. Beberapa bulan yang lalu, mantan kolega kerja saya itu pernah membuat esai berbentuk video. Isinya berkenaan 'Pengkultusan Individu'.

Dari kalimat yang diucapkan pertama saja, Jamil sudah tahu diri. Ia takut bakal diserang Barudak Bapak Aing.

Benar saja. Kau bisa melihat betapa beringasnya ketika seseorang sudah memuja figur publik secara berlebihan. Paling atas, sengaja Jamil sematkan komentar paling barbar itu: "Ribet isi otak lo ...."

Di bagian terakhir kalimat itu, yang disamarkan dengan titik-titik, masih tersisa bahasa kasar. Ia dicaci dengan sebutan untuk kelamin pria.

Padahal menurutnya, pengkultusan individu, fokus berlebihan pada seseorang atau figur bisa mengalihkan perhatian dari subtansi kebijakan dan program kerja yang seharusnya jadi inti demokrasi.

Apresiasi adalah hal wajar, tapi dalam demokrasi cinta pada pemimpin harus disertai nalar yang waspada, pengumpulan daya kritis akan terjadi apabila mengalami idol worship.

"Kagum boleh, kritik harus. Dan kritik bukan berarti membenci, kan?" tutupnya pada akhir video.

Kau tahu apa jawaban paling menohok selain dikatai alat kelamin? Ya, ancaman fisik. "Bawa ka tongkrong aing. Di gebot ku aing iyeu manusa (Bawa ke tongkrongan gue. Gue tonjok ini manusia)," jawabnya.

Humor memang. Mungkin dengan lunglai dan tak tau apa yang telah diperbuatnya, Jamil hanya membalas dengan balik bertanya, "Abi lepat naon? (Saya salah apa?)"

Namun dirinya hanya sampai di sana. Dirujak simpatisan. Paling brutal adalah diseret ke kolom komentar Bapak Aing. Seperti yang dialami aktivis aktivis demokrasi, Neni Nur Hayati.

Ia bahkan melayangkan somasi ke jajaran Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Senin (21/07), buntut unggahan akun Instagram @diskominfojabar yang diduga menyebarkan identitas pribadi tanpa persetujuan atau doxing sepekan sebelumnya. Unggahan itu kini telah dihapus.

Sekalipun bukan kali pertama bagi Direktur Democracy and Election Empowerment Partnership (DEEP) itu menerima ujaran kebencian dari warganet karena kritikan yang disampaikan. Akan tetapi hujatan atau serangan digital yang dialaminya kali ini, membuatnya merasa terancam.

Mengutip pemberitaan BBC News Indonesia, ia terkena serangan digital bertubi-tubi dan memuncak pada 15 hingga 17 Juli 2025 melalui akun Instagram dan Tiktok.

Bukan sekadar ujaran kebencian, ia juga diancam penyiksaan, kekerasan gender berbasis online (KGBO), peretasan nomor Whatsapp, dan teror telepon dari nomor tidak dikenal.

Kebrutalan semacam itu, akunya, tidak pernah ia dapatkan ketika mengkritik pemerintah. Termasuk kala mengkritik Prabowo maupun rezim sebelumnya, Jokowi.

"Ketika [serangan] itu menyangkut tubuh saya dan itu kemudian disertai dengan akan ada penyiksaan dan lain sebagainya, lalu ketika ketemu akan dilakukan hal-hal yang tidak diinginkan, menurut saya serangan digitalnya brutal luar biasa," ungkapnya melansir pemberitaan BBC News Indonesia.

Emil Kelihatan Bagus, padahal Sama Aja

Gubernur Jabar Dedi Mulyadi berbincang dengan sejumlah siswa di Dodik Bela Negara Rindam III Siliwangi. (Foto: Tim KDM)
Gubernur Jabar Dedi Mulyadi berbincang dengan sejumlah siswa di Dodik Bela Negara Rindam III Siliwangi. (Foto: Tim KDM)

Ironisnya, semua ini membuat Ridwan Kamil, Gubernur Jabar sebelumnya, tampak agak mendingan. Sekalipun sama-sama menormalisasi perundungan. Emil cukup menyematkan (pin) komentar negatif, lalu diam.

Tidak pernah pula memakai lembaga publik untuk menyerang balik sampai doxxing. Padahal keduanya jago betul kalau urusan memoles diri. Namun satu kosong. Urusan menahan diri untuk 'menyeret' tukang kritik, tampaknya Emil lebih unggul dari Dedi.

Sungguh. Disaat banyak orang berharap pejabat publik membuka ruang dialog, yang terjadi justru sebaliknya. Publik makin malas untuk bersuara. Terbaru ialah aksi unjuk rasa para sopir bus di depan Gedung Sate, pada Senin, 20 Juli 2025.

Mereka menolak kebijakan larangan study tour. Mereka merayakan penolakan itu dengan membunyikan klakson telolet. Gayung tak bersambut. Dedi tak keluar dari singgasana. Ia justru menjawab unjuk rasa melalui konten di sosial media.

Dan tentu, Barudaknya sudah bersiaga memberi teror dan 24 jam menjaga kolom komentar.

Kalau begini terus, lama-lama kritik hanya akan beredar di grup WhatsApp keluarga. Itu pun pakai inisial, sensor nama, dan dikirim jam dua pagi, lalu 'dihapus untuk semua' pada beberapa menit kemudian biar tidak ketahuan siapa-siapa.

Aih, lucu betul memang. Memikirkannya saja selalu berhasil bikin ketawa. (*)

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Muhamad Nizar
Tentang Muhamad Nizar
Buruh tulis harian.
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Biz 18 Sep 2025, 20:46 WIB

Ketika Kuliner dan Visual Berpadu Resto Estetik Menjadi Destinasi Favorit

Generasi muda, khususnya Gen Z dan milenial, menjadikan kafe dan restoran sebagai latar konten, ruang ekspresi, bahkan simbol gaya hidup.
Bukan sekadar tempat bersantap, resto estetik kini menjadi destinasi wisata tersendiri. (Sumber: Instagram @Teuan.id)
Ayo Netizen 18 Sep 2025, 20:01 WIB

Filsafat Seni Islam

Tak ada salahnya membicarakan filsafat seni dalam agama Islam.
Ilustrasi karya seni yang islami. (Sumber: Pexels/Andreea Ch)
Ayo Biz 18 Sep 2025, 19:15 WIB

Komunitas Semut Foto Membangun Ekosistem Kreatif yang Menggerakkan Peluang Bisnis

Tanpa batas usia, tanpa syarat keanggotaan, dan tanpa biaya, KSF berdiri sebagai ruang inklusif yang merayakan keberagaman dalam seni visual.
Tanpa batas usia, tanpa syarat keanggotaan, dan tanpa biaya, KSF berdiri sebagai ruang inklusif yang merayakan keberagaman dalam seni visual. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 18 Sep 2025, 18:14 WIB

Geliat Industri Printing IKM Jawa Barat di Tengah Ekonomi Lesu: Antara Inovasi dan Ketahanan

Di tengah bayang-bayang pelemahan ekonomi nasional, geliat industri printing skala kecil dan menengah (IKM) di Jawa Barat justru menunjukkan ketahanan.
Permintaan terhadap produk custom printing, print-on-demand, dan desain ramah lingkungan terus meningkat, membuka peluang baru bagi pelaku UMKM yang mampu beradaptasi dengan tren pasar. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 18 Sep 2025, 17:53 WIB

Muak, Muda, dan Miskin di Bandung

Bandung berlari cepat sementara kita tertinggal.
Kawasan pemukiman padat di Tamansari, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, Sabtu 15 Februari 2025. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 18 Sep 2025, 14:34 WIB

Nostalgia Kaulinan Urang Sunda Zaman Baheula

Beberapa permainan anak di zaman dulu memiliki banyak manfaat untuk melatih daya sensorik dan motorik juga membangun kerjasama dan strategi.
Siswa mengikuti kegiatan permainan tradisional di SDN 164 Karangpawulang, Jalan Karawitan, Kota Bandung, Kamis 5 Desember 2024. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Jelajah 18 Sep 2025, 13:18 WIB

Sejarah Bandung dari Kinderkerkhof sampai Parijs van Java

Tak banyak yang tahu, sejarah Bandung pernah identik dengan kuburan anak-anak Belanda. Lalu bagaimana ia bisa disebut Parijs van Java?
Lukisan Situ Patenggang Ciwidey di Kabupaten Bandung karya Franz Wilhelm Junghuhn tahun 1856. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Netizen 18 Sep 2025, 12:35 WIB

Someah, Seunggah, jeung Bangkawarah

Yang paling seunggah saat menerima tamu, terutama geugeuden, ingin  menghidangkan bakakak, padahal waktunya mendadak. Alih-alih sidak!
Kirab Budaya Hari Jadi Ke-80 Provinsi Jawa Barat ini diikuti sedikitnya 250 peserta dari 27 kabupaten/kota. (Sumber: Ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Biz 18 Sep 2025, 12:35 WIB

Peran Jaket Riding Saat Motoran, Bukan Hanya Cegah Masuk Angin

Jaket riding adalah perlengkapan penting bagi pengendara motor yang dirancang khusus untuk memberikan perlindungan sekaligus kenyamanan selama berkendara. Fungsinya tidak hanya sebagai penahan angin
Ilustrasi Jaket Riding. (Foto: Pixabay)
Ayo Biz 18 Sep 2025, 10:17 WIB

Si Cantik Boemi Tirta, Kain Lukis Asal Bandung yang Menembus Dunia

Boemi Tirta berdiri atas gagasan Enneu Herliani (52), seorang perempuan yang menyalurkan hobi melukis menjadi bisnis kreatif. Sebelum meluncurkan merek ini, Enneu lebih dulu dikenal lewat Rumah Sandal
Produk Kain Lukis Boemi Tirta. (Foto: Rizma Riyandi)
Ayo Biz 18 Sep 2025, 09:34 WIB

Kedai Mochilok, Tempat Jajan Cilok Kekinian yang Bikin Kamu Ketagihan

Di Bandung ada banyak tempat makan unik, salah satunya Mochilok. Kedai ini merupakan sebuah tempat yang menyajikan cilok versi modern.
Makanan Tradisional Cilok (Foto: Freepik)
Ayo Netizen 18 Sep 2025, 09:03 WIB

Pentingnya Revitalisasi Sekolah demi Peningkatan Layanan Pendidikan

Menindaklanjuti pelaksanaan revitalisasi sekolah, yang merupakan prioritas Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen)
Menindaklanjuti pelaksanaan revitalisasi sekolah, yang merupakan prioritas Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen). (Sumber: Unsplash/Husniati Salma)
Ayo Netizen 17 Sep 2025, 20:02 WIB

Elipsis ... Cara Pakai Tiga Titik sebagai Tanda Baca

Elipsis adalah tanda baca berupa tiga titik (...) yang digunakan untuk menunjukkan ada bagian yang dihilangkan atau tidak disebutkan.
Elipsis adalah tanda baca berupa tiga titik (...) yang digunakan untuk menunjukkan ada bagian yang dihilangkan atau tidak disebutkan. (Sumber: Pexels/Suzy Hazelwood)
Ayo Jelajah 17 Sep 2025, 18:14 WIB

Sejarah Julukan Garut Swiss van Java, Benarkah dari Charlie Chaplin?

Dari Charlie Chaplin sampai fotografer Thilly Weissenborn, banyak dituding pencetus Swiss van Java. Tapi siapa yang sebenarnya?
Foto Cipanas Garut dengan view Gunung Guntur yang diambil Thilly Weissenborn. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Biz 17 Sep 2025, 18:12 WIB

Jejak Rasa Kota Kembang: Menyelami Sejarah dan Tantangan Kuliner Legendaris Bandung

Bicara Bandung bukan hanya udara sejuk dan panorama pegunungan yang memikat, tapi juga salah satu pusat kreativitas dunia kuliner yang tumbuh subur.
Setiap jajanan legendaris Bandung menyimpan jejak sejarah, budaya, dan perjuangan para pelaku UMKM. (Sumber: Instagram @batagor_riri)
Ayo Biz 17 Sep 2025, 16:26 WIB

Berdaya di Tengah Derita, Cara Santi Safitri Menulis Ulang Takdir Masyarakat Jalanan

Kepedulian tak mengenal batas ruang dan waktu. Ia bisa tumbuh dari kejenuhan, dari ketidakpastian, bahkan dari rasa tak berdaya.
Kegiatan para anggota dari Komunitas Perempuan Mandiri (KPM) Dewi Sartika dalam usaha konveksinya. (Sumber: Dok. KPM Dewi Sartika)
Ayo Netizen 17 Sep 2025, 16:07 WIB

Kadedemes, dari Krisis Pangan menuju Hidangan Penuh Makna

Kadedemes adalah olahan makanan yang berasal dari kulit singkong.
Kadedemes Kuliner Warisan Suku Sunda (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Biz 17 Sep 2025, 15:13 WIB

Dari Simbol Status ke Ruang Ekspresi Diri, Generasi Muda Kini Menyerbu Lapangan Golf

Bukan sekadar olahraga, generasi muda, dari Milenial hingga Gen Z, mulai menjadikan golf sebagai bagian dari gaya hidup aktif dan reflektif.
Bukan sekadar olahraga, generasi muda, dari Milenial hingga Gen Z, mulai menjadikan golf sebagai bagian dari gaya hidup aktif dan reflektif. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 17 Sep 2025, 14:06 WIB

Lamsijan, Mang Kabayan, dan Langkanya Ilustrator Karakter Kesundaan

Saat ini ilustrator yang mengkhususkan diri mendalami karakter budaya Sunda sangatlah jarang. 
Komik Lamsijan. Saat ini ilustrator yang mengkhususkan diri mendalami karakter budaya Sunda sangatlah jarang. (Sumber: Istimewa | Foto: Istimewa)
Ayo Jelajah 17 Sep 2025, 12:36 WIB

Sejarah Stadion Si Jalak Harupat Bandung, Rumah Bersama Persib dan Persikab

Stadion kabupaten yang diresmikan 2005 ini kini jadi simbol Bandung. Rumah Persib, Persikab, Bobotoh, dan bagian dari sejarah sepak bola.
Stadion Si Jalak Harupat di Soreang yang jadi markas Persib Bandung dan Persikab. (Sumber: Pemkab Bandung)