Jejak Sejarah Peuyeum Bandung, Kuliner Fermentasi Sunda yang Bertahan Lintas Zaman

Hengky Sulaksono
Ditulis oleh Hengky Sulaksono diterbitkan Kamis 31 Jul 2025, 13:31 WIB
Penjual peuyeum Bandung yang sudah mulai langka. (Sumber: Ayobandung)

Penjual peuyeum Bandung yang sudah mulai langka. (Sumber: Ayobandung)

AYOBANDUNG.ID - Hari ini, peuyeum makin jarang tampak di warung atau terminal. Di pasar tradisional, jumlah penjualnya menyusut. Sementara di benak generasi muda, nama peuyeum kalah gaul dibanding boba atau mozarella. Padahal, camilan hasil fermentasi singkong ini bukan makanan sembarangan. Peuyeum punya sejarah yang membentang jauh sebelum Indonesia berdiri sebagai negara. Ia tumbuh bersama kebudayaan Sunda, mengakar dalam kehidupan sosial, bahkan tercatat dalam peristiwa-peristiwa penting sepanjang sejarah Tatar Priangan.

Peuyeum, atau tapai singkong, merupakan pangan fermentasi tradisional berbahan dasar singkong yang dikenal luas sebagai “Peuyeum Bandung”—meski asal-muasalnya melampaui batas administratif kota itu sendiri. Nama "peuyeum" berasal dari kata meuyeum dalam bahasa Sunda, yang berarti memeram atau mematangkan. Nama ini bukan sekadar istilah dapur; ia merekam pengetahuan leluhur tentang teknik penyimpanan, pelestarian, dan pengolahan bahan makanan sebelum teknologi pendingin dan pengawet buatan dikenal.

Dari Ladang Dalem Bandung hingga Sentra Citatah

Jejak historis peuyeum bisa dilacak hingga masa pemerintahan R.A.A. Martanagara (1893–1918), Bupati Bandung yang dikenal sebagai tokoh modernisasi pertanian. Dosen Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Bakrie, Laras Cempaka, dalam risalahnya di Journal of Ethnic Foods (2021) mengurai bahwa pada masa itu, singkong mulai ditanam secara luas di wilayah Priangan bukan untuk peuyeum, melainkan untuk diolah menjadi aci (tepung tapioka) yang diekspor ke Belanda.

Tapi, di kalangan rakyat, singkong diolah menjadi peuyeum untuk konsumsi sehari-hari. Praktik ini menyebar dari kampung ke kampung, menjadi bagian dari cara hidup orang Sunda—bukan hanya karena nilai gizinya, tetapi juga karena fungsinya sebagai pangan simpan yang murah, praktis, dan mengenyangkan.

Baca Juga: Jejak Sejarah Dodol Garut, Warisan Kuliner Tradisional Sejak Zaman Kolonial

Seiring waktu, sejumlah wilayah berkembang menjadi sentra produksi peuyeum. Desa Citatah di Kabupaten Bandung Barat, misalnya, sudah dikenal sejak tahun 1980 sebagai penghasil peuyeum unggulan. Warga setempat menyebut bahwa peuyeum pertama kali diperkenalkan oleh seorang perantau dari Bendul, Purwakarta, yang mencari nafkah di tanah Citatah.

Di kemudian hari, daerah seperti Cimenyan juga menjadi titik penting dalam distribusi peuyeum, menjual hasil fermentasi mereka ke berbagai pelosok Jawa Barat.

Penyebaran peuyeum juga tercermin dalam budaya lisan. Dalam pupuh Sunda—sastra tradisional dalam bentuk puisi—terdapat bait yang menyebut “pupuh magatru peuyeum sampeu”, yang mengacu pada pembungkus peuyeum dari daun jati. Kalimat sederhana itu membuktikan bahwa peuyeum bukan hanya makanan, tetapi sudah masuk ke ranah simbolik dan estetika masyarakat Sunda.

Tape Bendul Purwakarta (Sumber: Ayobandung)
Tape Bendul Purwakarta (Sumber: Ayobandung)

Santapan Pejuang, Simbol Solidaritas

Peuyeum juga punya tempat dalam sejarah perjuangan Indonesia. Pada masa kolonial dan revolusi fisik, para pemuda yang tergabung dalam Tentara Rakyat membawa bekal peuyeum ketika bergerilya. Selain tahan lama, peuyeum ringan dibawa dan cukup mengenyangkan. Dalam kondisi terdesak, ia menjadi sumber energi sekaligus pengingat rumah.

Tapi, ada pula sisi yang kontras. Di kalangan tentara dan aktivis saat itu, peuyeum sempat dijadikan sindiran. Mereka menyebut pemuda-pemuda yang lemah semangat sebagai "peuyeum"—lembek dan tak berdaya menghadapi musuh.

Kendati demikian, makna solidaritas tetap lebih dominan. Makan peuyeum bersama menjadi bentuk kebersamaan. Bahkan hingga kini, bagi perantau Sunda, menerima peuyeum dari sesama dianggap sebagai tanda persaudaraan. Dalam satu potong peuyeum, tersimpan semacam "rasa pulang". Ia bukan sekadar oleh-oleh, tapi pengikat batin.

Baca Juga: Peuyeum Bandung Sudah Jadi Barang Langka, Padahal Dulu Sangat Berjaya

Seperti ditulis Laras, "makanan tidak memiliki makna jika tidak dilihat dalam konteks budaya atau jaringan interaksi sosialnya." Peuyeum, dalam hal ini, adalah medium untuk memperkuat ikatan sosial. Ia menjadi pengingat identitas kolektif, penghubung antara individu dan komunitas, bahkan menjadi simbol rumah bagi mereka yang berada jauh dari tanah kelahiran.

Warisan Fermentasi, Sampai Kapan Bertahan?

Walaupun tidak dibakukan dalam laboratorium, proses pembuatan peuyeum di masyarakat sebenarnya mengandung prinsip ilmiah yang kompleks. Singkong dikupas, dicuci, lalu direbus setengah matang agar teksturnya lunak. Setelah dikeringkan, singkong diberi ragi, starter fermentasi yang terdiri dari kombinasi jamur, ragi, dan bakteri. Ia lalu dibungkus rapat dan didiamkan selama 48 hingga 72 jam.

Proses pembuatan peuyeum terjadi tanpa perlu udara. Singkong yang sudah dikukus lalu dibungkus dan dibiarkan selama beberapa hari. Dalam keheningan itu, mikroorganisme alami mulai bekerja: membuat singkong jadi lembut, manis, sedikit asam, dan beraroma khas.

Rasanya pun berubah perlahan. Awalnya hanya manis, lalu muncul rasa hangat seperti tape, dengan aroma yang tajam tapi menggoda. Teksturnya juga ikut berubah jadi lebih lembek, tapi tidak hancur.

Secara garis besar, ada empat tahap yang terjadi selama fermentasi: pertama, pati dari singkong dipecah menjadi gula; kedua, gula diubah menjadi alkohol; ketiga, alkohol ini berubah jadi asam; dan keempat, terbentuklah ester yang memberi cita rasa khas peuyeum.

Semua proses ini sudah dikenal sejak lama. Masyarakat Sunda dulu tidak butuh laboratorium untuk tahu kapan peuyeum sudah jadi. Mereka hanya perlu mencium baunya, merasakan teksturnya, atau sekadar mengandalkan pengalaman yang diwariskan dari ibu ke anak, dari generasi ke generasi.

Ironisnya, warisan fermentasi tradisi itu kini dihadapkan pada situasi kritis ihwal senjakala eksistensinya. Zaman berubah, selera ikut berpindah: seolah ada ketegangan antara tradisi dan modernisasi yang sukut ditengahi. Peyeum masih dibuat dengan fermentasi ala warisan tradisi, tapi sampai kapan dia akan awet dalam gerakan zaman?

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Jelajah 01 Agu 2025, 07:53 WIB

Sejarah Seni Tari Jaipong yang Kemunculannya Diwarnai Polemik

Sejarah jaipong tak lepas dari Suwanda di Karawang dan Gugum Gumbira di Bandung. Tarian ini kini jadi ikon budaya Sunda dan Indonesia.
Tari Jaipongan asal Jawa Barat. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Biz 31 Jul 2025, 18:06 WIB

Dari Remaja ke Keluarga, Evolusi Gaya Hidup di Balik Brand 3Second

Berawal dari semangat kreatif Kota Bandung, 3Second berkembang menjadi lebih dari sekadar merek fashion lokal.
Berawal dari semangat kreatif Kota Bandung, 3Second berkembang menjadi lebih dari sekadar merek fashion lokal. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Beranda 31 Jul 2025, 17:30 WIB

Dua Operasi Caesar yang Mengubah Stigma

Dua kelahiran, dua pengalaman berbeda, yang mengubah stigma tentang BPJS Kesehatan.
Shafa (baju krem kiri) dan Athiya, dua anak dari Rika Muflihah yang selamat lahir berkat operasi caesar. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Biz 31 Jul 2025, 16:11 WIB

Klinik Estetik Menjamur di Kota Bandung, Bisnis Tumbuh Bersama Budaya Urban Merawat Diri

Lonjakan minat masyarakat terhadap perawatan kulit bukan sekadar soal penampilan, tetapi berkaitan dengan kepercayaan diri dan kualitas hidup.
Kaum pria mulai melirik manfaat perawatan penampilan sebagai bagian dari investasi pribadi dan profesional. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 31 Jul 2025, 15:11 WIB

Fashion yang Berakar pada Bumi, Kolaborasi Brand Lokal dalam Napas Alam Lembang

Jion Studios dan nanas.id, dua brand lokal menyulam narasi baru tentang fashion. Bukan sekadar tren, tapi sebuah gerakan sadar lingkungan.
Jion Studios dan nanas.id, dua brand lokal menyulam narasi baru tentang fashion. Bukan sekadar tren, tapi sebuah gerakan sadar lingkungan. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Beranda 31 Jul 2025, 14:45 WIB

Mengurai Cerita Penurunan Permukaan Tanah Kota Bandung yang Tak Terlihat

Meskipun pengukuran dan pemetaan amblesan tanah sudah banyak dilakukan, khususnya di permukaan, Imam Sadisun menyoroti kurangnya data di bawah permukaan.
Permukaan tanah di sebagian kawasan di Kota Bandung   mengalami ambles karena pengambilan air tanah berlebihan dan beban bangunan yang berakumulasi. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al- Faritsi)
Ayo Biz 31 Jul 2025, 14:45 WIB

Hijab Stylish dan Simpel Jadi Pilihan Anak Muda, Cek Rekomendasinya

Di tengah tren modest fashion, Dyara Hijab hadir sebagai pelaku usaha lokal yang mengusung konsep hijab praktis dan stylish. Didirikan oleh Ajeng Apridiyanti pada 2016, brand ini menyasar segmen pere
Di tengah tren modest fashion, Dyara Hijab hadir sebagai pelaku usaha lokal yang mengusung konsep hijab praktis dan stylish. (Foto: Ist)
Ayo Netizen 31 Jul 2025, 14:25 WIB

Solusi Kemacetan, Batasi Konsumtif Kendaraan Roda Dua atau Pelebaran Jalan Raya?

Kemacetan memang sudah menjadi masalah yang cukup lama dan pelik.
Kondisi Jalan Cupu Rancamanyar, Kamis, 31 Juli 2025 (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Jelajah 31 Jul 2025, 13:31 WIB

Jejak Sejarah Peuyeum Bandung, Kuliner Fermentasi Sunda yang Bertahan Lintas Zaman

Peuyeum, camilan khas Sunda, kian langka padahal punya sejarah panjang sejak masa kolonial dan revolusi. Simbol solidaritas dan warisan budaya.
Penjual peuyeum Bandung yang sudah mulai langka. (Sumber: Ayobandung)
Ayo Biz 31 Jul 2025, 12:19 WIB

Menangkap Peluang Usaha di Tengah Popularitas Situs Keramat Bunisakti

Yayang merupakan perajin ukiran dari Kampung Bunisakti, Desa Wargaluyu, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung. Pria berambut cepak itu tetap konsisten dengan ukiran khas bernuansa tradisional Sunda.
Yayang pengrajin ukiran Kampung Bunisakti, Desa Wargaluyu, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung. (Foto: Mildan Abdalloh)
Ayo Biz 31 Jul 2025, 10:31 WIB

Jatuh Bangun Pemuda Express Bangun Kepercayaan Pengguna

Pemuda Express bukan hanya sekadar jasa antar jemput, tapi juga solusi transportasi yang mengusung prinsip syariah dan inklusi sosial. Aplikasi ini mewadahi kebutuhan pengguna yang belum terpenuhi ole
CEO Pemuda Express, Abdullah Aburahman Nuralim (Foto: Rizma Riyandi)
Ayo Netizen 31 Jul 2025, 10:30 WIB

Slot di Kolom Komentar: Komunikasi 'Pemasaran' Judol

Kini ada modus baru komunikasi "pemasaran" judol yang harus kita awasi bersama. Waspadalah!
Ilustrasi judi online. (Sumber: Unsplash/Niek Doup)
Ayo Netizen 31 Jul 2025, 08:03 WIB

Apotek Desa, Program Pemerintah yang Menggemparkan Apotek Swasta

Apotek Desa menjadi polemik bagi pengusaha apotek swasta.
Contoh Penulisan Penamaan Apotek Desa (Sumber: Kemenkes)
Ayo Netizen 30 Jul 2025, 19:29 WIB

Mati Ketawa ala 'Barudak Bapak Aing'

Sosok publik yang harusnya terbuka terhadap perbedaan pandangan, kini lebih sering tampil sebagai pemilik kebenaran. Diperkuat pula oleh algoritma.
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. (Sumber: Humas Pemrov Jabar)
Ayo Biz 30 Jul 2025, 18:06 WIB

Melangkah Bersama Jenama Lokal: Tiga Cerita tentang Identitas, Nilai, dan Inovasi

Tiga brand lokal terus bertahan dan berkembang. Tak sekadar pelengkap penampilan, tetapi sebagai representasi nilai yang diperjuangkan.
Koleksi sepatu kulit dari brand lokal Gats. (Sumber: Gats)
Ayo Jelajah 30 Jul 2025, 17:53 WIB

Sejarah RSHS Bandung, Rumah Sakit Tertua di Jawa Barat Warisan Era Hindia Belanda

Didirikan sejak 1923, RSHS jadi saksi sejarah medis Bandung, dari masa kolonial, Jepang, hingga era kemerdekaan.
Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS). (Sumber: Pemprov Jabar)
Ayo Netizen 30 Jul 2025, 17:04 WIB

Anak Kita Bukan Objek Disiplin, Akhiri Normalisasi Kekerasan

Sebagai titipan Allah SWT, tak habis pikir jika anak disiksa. Apapun alasannya.
 (Sumber: Refika Aditama | Foto: Refika Aditama)
Ayo Biz 30 Jul 2025, 16:24 WIB

Chef Sandani dan Ayam Tangkep, dari Dapur Sambara Menuju Panggung Nasional Kuliner Nusantara

Ayam Tangkep, menurut Sandani, adalah bentuk penghormatan terhadap kebiasaan masyarakat tanah Rencong yang menangkap ayam langsung dari pekarangan sebelum diolah.
Ayam Tangkep, menurut Sandani, adalah bentuk penghormatan terhadap kebiasaan masyarakat tanah Rencong yang menangkap ayam langsung dari pekarangan sebelum diolah. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 30 Jul 2025, 15:07 WIB

Success Story MOC yang Jawab Tantangan Industri Fashion dengan Inovasi dan Teknologi

MOC menyimpan kisah panjang sebagai brand lokal yang tidak hanya bertahan tapi bangkit dan melaju di tengah persaingan industri fashion.
MOC menyimpan kisah panjang sebagai brand lokal yang tidak hanya bertahan tapi bangkit dan melaju di tengah persaingan industri fashion. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 30 Jul 2025, 15:00 WIB

Cerita Mahasiswa KKN-T IPB, Hari Bersejarah bagi GAPOKTAN di Kabupaten Bandung

Sebuah narasi hari bersejarah bagi GAPOKTAN di Desa Mangunjaya, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung.
Sosialisasi Program KKN-T IPB 2025 Desa Mangunjaya "SITANI: Sosialisasi Aplikasi IPB DigiTani"