Krisis Kepercayaan Publik terhadap Aksi 'Minta Tolong' di Bandung

Dias Ashari
Ditulis oleh Dias Ashari diterbitkan Senin 15 Sep 2025, 13:03 WIB
Sering kali muncul krisis kepercayaan kepada orang yang meminta bantuan secara tiba-tiba di Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)

Sering kali muncul krisis kepercayaan kepada orang yang meminta bantuan secara tiba-tiba di Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)

Ku zaman ayeuna mah hese ngabedaken mana jelema nu beneran butuh bantuan Jeung jelema nu saukur modus

Ungkap salah seorang pria kepada supir bus TMB koridor Dago--Leuwi Panjang. Mengingatkan kembali pada momen yang pernah saya alami beberapa tahun ke belakang.

Percakapan tersebut saya dengar saat baru saja duduk di deretan kursi bus saat berhenti tepat di halte Dipatiukur.

Seorang pria paruh baya nampak kebingungan. Dirinya mendekati supir dan bertanya "saya harus turun di mana kalau mau ke Lembang".

Supir tak kalah bingung, karena seharusnya pria paruh baya tersebut turun sejak melewati Stasiun Bandung. Di sana terdapat angkot warna krem dengan polet coklat yang melintasi kawasan Lembang. Namun sepertinya pria paruh baya tersebut tidak menitipkan pesan kepada supir untuk minta diturunkan di halte tujuan.

Dari informasi yang saya dengar pria paruh baya tersebut bermula naik dari Terminal Leuwipanjang. Di tengah perdebatan akhirnya supir menyarankan pria paruh baya tersebut untuk turun di halte Kartika Sari lalu menyebrang dan melanjutkan dengan angkutan umum.

Entah bagaimana pria paruh baya tersebut mengatakan "saya tidak bisa" dan meminta bantuan kepada supir untuk mengantarkan ke sebrang jalan. Dilema terjadi di antara supir dan kami sebagai penumpang.

Akhirnya supir menyarankan pria tersebut untuk memesan jasa pengantaran via aplikasi online. Namun tetap sama pria paruh baya tersebut berkata "tidak bisa".

Pria tersebut akhirnya turun di halte Kartika Sari sambil terus mengoceh seorang diri. Di tengah lampu merah, bus belum beranjak begitu juga dengan pria paruh baya tersebut. Nampaknya supir merasa khawatir sekaligus juga bingung.

Akhirnya sebelum lampu hijau supir memanggil seorang juru parkir yang ada di salah satu cafe atau hotel saya tidak begitu memperhatikan karena lokasi bangunan tertutup pohon yang sangat rindang.

"Kang menta tulung eta si bapak bade ka Lembang, tiasa pangmesenkeun Go-Jek teu?"

"Ah kang ieu mah tos biasa kitu, padamelan ieu mah," ujar juru parkir

"Tapi jigana mah heunte da tadi naek di Terminal Leuwipanjang," timpal sang supir

"Oh kitu ? Nya atuh cobi ku Abi ditaros hela."

"Muhun siap atuh nuhun ya kang," ujar sang supir sambil melajukan bus perlahan karena lampu sudah menunjukkan warna hijau.

Sering kali muncul krisis kepercayaan kepada orang yang meminta bantuan secara tiba-tiba di Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Sering kali muncul krisis kepercayaan kepada orang yang meminta bantuan secara tiba-tiba di Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)

Kejadian ini mengingatkan saya pada beberapa aksi serupa yang pernah saya alami sendiri saat sekolah hingga hari ini sudah bekerja.

Pengalaman pertama saya bertemu dengan orang asing yang minta tolong di jalan adalah ketika saya SMP.

Saat itu saya sedang menggunakan angkot kuning jurusan Cipatik- Tegallega, di ujung bagian angkot terduduk seorang nenek tua sambil membawa bungkusan kresek. Selang beberapa menit beliau menawarkan saya untuk membeli mukena bekas dengan harga seikhlasnya.

Sebagai anak sekolah dengan uang jajan seadanya saya menolak secara halus permintaan nenek itu. Tidak cepat menyerah, nenek tersebut akhirnya meminta uang berapa saja dengan alasan tidak punya uang untuk membayar ongkos.

Sebagai anak SMP yang masih polos, tentu Saya merasa iba dan berniat membayarkan ongkos nenek tersebut. Tak disangka nenek tersebut menolak dan langsung saja minta uangnya. Saya pun turun sambil membagi uang ongkos dengan sang nenek.

Tak disangka setahun kemudian ketika saya sedang naik angkutan jurusan Soreang saya bertemu dengan nenek itu lagi dan beliau masih melakukan cara yang sama kepada orang lain.

Pengalaman lainnya pernah saya temui seorang kakek membawa kotak amal bertulisan "Sumbangan Pembangunan Mesjid" di salah satu kota yang ada di Garut. Saat itu saya bertemu dengan beliau di Braga ketika melaksanakan tugas fotografi dari kampus.

Sebelum memberikan uang saya sempat bertanya , kenapa harus jauh-jauh meminta sumbangan ke Bandung saat masyarakat sekitar bisa diberdayakan untuk mengumpulkan uang sumbangan. Saya rasa masyarakat sekitar pun tidak akan keberatan terlebih fasilitas tersebut akan digunakan kembali oleh masyarakat sekitar.

Saat itu kakek tersebut mengatakan bahwa daerahnya sangat pelosok jadi belum banyak bantuan yang bisa dikumpulkan.

Entah bagaimana, Tuhan menakdirkan saya untuk melihat bapak itu lagi tapi kali ini ketika saya berada di angkot Cimahi--Leuwi Panjang. Di sekitaran stopan Pasir Koja Saya melihat bapak tersebut masih melakukan kegiatan yang sama yaitu "meminta sumbangan untuk pembangunan mesjid".

Tak hanya itu bahkan saya seringkali berpapasan saat sedang ada keperluan ke arah Pasar Baru, Ciroyom, Cibaduyut dan sesekali di Alun-Alun Bandung dan sekitaran jalan Braga.

Kejadian terakhir yang saya alami adalah saat bertemu dengan orang asing yang meminta pertolongan ketika saya sedang duduk di halte Terminal Leuwi Panjang menuju UIN Cimencrang.

Saat itu ada seorang bapak menggendong tas besar dipundak, seperti seseorang yang akan mudik ke kampung halaman. Di bagian tangan kanannya bapak tersebut menggandeng tangan mungil anak perempuan yang terlihat baru saja mandi karena wajahnya penuh bedak yang tak teraplikasikan secara rapih.

Bapak tersebut bercerita kepada saya bahwa dirinya baru saja di copet karena dompet yang disimpannya di tas hilang saat dibutuhkan. Bapak tersebut mengatakan akan pulang ke Cianjur dan meminta ongkos sebesar Rp.50.000 kepada saya.

Saya sempat ragu karena beberapa kali mengalami hal yang demikian. Namun rasanya tak tega melihat anak kecil yang sedang digandengnya. Saya pun memberikan uang tersebut, selang 15 menit kemudian bus DAMRI yang saya butuhkan datang.

Sambil menunggu penumpang naik, dari kursi bus saya melihat bapak tadi mendekati pengunjung lain yang sedang duduk tidak jauh dari halte. Entah apa yang dibicarakan tapi melihat ekspresi dan gerak tubuhnya mengingatkan saya saat bapak tersebut meminta pertolongan kepada saya.

Jujur saya merasa tertipu dengan modus yang dibalut dengan rasa iba. Semenjak itu saya selalu curiga kepada orang asing yang meminta bantuan. Biasanya bantuan tersebut beragam mulai dari meminta ongkos, meminta makan, tersesat saat mengunjungi saudara di Bandung dan modus-modus lainnya yang selalu beragam.

Saat rasa iba dijual untuk keuntungan semata, di sanalah krisis kepercayaan terhadap orang asing yang membutuhkan bantuan mulai hilang. Dampak fenomena tersebut jadi sulit membedakan mana seseorang yang benar-benar membutuhkan bantuan atau hanya sekedar modus semata.

Bahkan di Bandung sendiri sudah bukan rahasia kalau beberapa pengemis membuat komunitas dan kampung sendiri saat menjalankan aksinya di Kota Bandung. Salah satu yang terkenal adalah perkumpulan pengemis yang ada di daerah Sukajadi Bandung.

Pada tahun 2020 silam, prodi saya pernah mengundang seorang peneliti sekaligus dosen dari UIN Bandung untuk membahas terkait dengan Keberagamaan Pengemis. Beliau bernama dr. Henny Gustini Nura'eni. Tapi kini beliau telah berpulang dan semoga kedamaian selalu menyertainya.

dr. Henny adalah salah satu pengamat sosial yang sudah sejak lama melakukan penelitian terhadap pengemis yang ada di Kota Bandung.

Menurutnya para pengemis pandai membaca karakter masyarakat Kota Bandung yang agamis dan penyayang seperti salah satu prinsip yang terkenal di suku Sunda yaitu silih asih, silih asah, silih asuh.

Fakta yang sangat fantastis dari yang dipaparkan dr. Henny melalui podcast yang berjudul " Kawasan Pengemis - Part 2" yang sudah tayang di YouTube KPI Studio pada tanggal 20 Juli 2025, ternyata perputaran uang di tangan pengemis bisa mencapai 17 Miliyar dalam satu tahun.

Fakta tersebut membuat banyak masyarakat sudah enggan memberikan atau membantu orang asing yang memerlukan pertolongan.

Fakta tersebut juga membuat sebagian krisis kepercayaan makin turun kepada orang yang meminta bantuan secara tiba-tiba.

Meski demikian masih banyak pula masyarakat yang merasa iba tentang keberadaan mereka. Bahkan sebagian masyarakat tidak peduli dibohongi atau tidak yang penting niatnya membantu karena Allah.

Menurut saya inilah yang dimanfaatkan oleh para pengemis atau orang asing dalam membaca psikologis masyarakat Bandung yang sangat kental dengan budaya "kasihan". (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Dias Ashari
Tentang Dias Ashari
Menjadi Penulis, Keliling Dunia dan Hidup Damai Seterusnya...
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

Religiusitas Pengemis

Ayo Netizen 11 Sep 2025, 14:27 WIB
Religiusitas Pengemis

News Update

Ayo Netizen 02 Nov 2025, 15:14 WIB

Peran Orang Tua di Tengah Tantangan Pendidikan Modern

Perkembangan teknologi dan perubahan gaya belajar membuat pendidikan modern tidak lagi sama seperti dulu.
Orang tua dan anaknya. (Sumber: Pexels/Lgh_9)
Ayo Netizen 02 Nov 2025, 14:01 WIB

Ketika Kampus Tak Lagi Aman: Belajar dari Kasus Timothy Anugerah di Universitas Udayana

Kasus meninggalnya Timothy Anugerah Saputra, mahasiswa Universitas Udayana, membuka mata kita tentang bahaya perundungan di lingkungan kampus.
Korban perundungan, Timothy Anugerah. (Tiktok/apaajaboleh2012)
Ayo Netizen 02 Nov 2025, 12:29 WIB

Bermain dengan Sabar, Reza Gebuk 2 Ganda Malaysia, BL Negeri Jiran Marah!

Ini adalah kemenangan ketiga Sabar/Reza dari pasangan Malaysia itu dalam empat pertemuan.
Sabar Karyaman Gutama dan Mohammad Reza Pahlevi Isfahani. (Sumber: Dok. PBSI)
Ayo Jelajah 02 Nov 2025, 11:00 WIB

Hikayat Kasus Penganiayaan Brutal IPDN Jatinangor, Tumbangnya Raga Praja di Tangan Senior Jahanam

Tradisi koreksi berubah jadi ritual kekerasan mematikan. Kasus Cliff Muntu membongkar budaya militeristik yang mengakar di IPDN.
Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Jatinangor, mengikuti Upacara Penutupan Praktik Lapangan I di Lapang Upakarti Soreang, Selasa (13/8/2019). (Sumber: Humas Pemkab Bandung)
Ayo Netizen 02 Nov 2025, 10:05 WIB

Tempat Nongkrong Favorit Mahasiswa Bandung dengan Konsep Otomotif Unik

Ice Cream Service Autoshop & Dine menghadirkan pengalaman kuliner unik di Bandung dengan konsep otomotif yang menarik perhatian.
Ice Cream Service Autoshop & Dine (Foto: Ramzy Ahmad)
Ayo Netizen 02 Nov 2025, 07:30 WIB

Tips Aman Berselancar Internet: Hindari Jebakan Phishing dan Penipuan Online

Waspadai jebakan di dunia maya! Temukan cara mengenali tautan palsu, pesan penipuan, dan trik phishing yang sering menjerat.
Waspada terhadap phishing dan penipuan online. (Sumber: Pexels/Markus Winkle)
Ayo Netizen 02 Nov 2025, 05:42 WIB

Menggenggam Asa Hafalan, Sang Penghidup Tradisi Tahfiz MTs Kifayatul Achyar

Kisah inspiratif Sholihin, pembina tahfiz yang berhasil menghidupkan kembali program hafalan para siswa di MTs Kifayatul Achyar.
Sosok Sholihin yang giat membina tahfiz siswa/i MTs Kifayatul Achyar (Foto: Nabella Putri Sanrissa)
Ayo Biz 01 Nov 2025, 15:18 WIB

Transformasi Pusat Perbelanjaan Bandung, Menjawab Tantangan Ritel dengan Inovasi dan Koneksi Sosial

Perubahan perilaku konsumen, menuntut mal yang dulunya menjadi destinasi utama kini harus bersaing dengan kenyamanan belanja daring dan tuntutan pengalaman lebih personal.
Perubahan perilaku konsumen, menuntut mal yang dulunya menjadi destinasi utama kini harus bersaing dengan kenyamanan belanja daring dan tuntutan pengalaman lebih personal. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 01 Nov 2025, 14:22 WIB

Membentuk Karakter Gen Z di Era Digital: Antara Teknologi, Kreativitas, dan Tantangan Edukasi

Lahir dalam era konektivitas tinggi, Gen Z tumbuh bersama internet, media sosial, dan perangkat pintar yang menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian.
Lahir dalam era konektivitas tinggi, Gen Z tumbuh bersama internet, media sosial, dan perangkat pintar yang menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 01 Nov 2025, 12:51 WIB

Menanam Masa Depan, Mustika Arsri dan Revolusi Teknologi di Ladang Petani Muda

Habibi Garden lahir dari visi besar untuk membangkitkan semangat petani muda dan mendorong regenerasi tenaga kerja di sektor agrikultur.
Habibi Garden lahir dari visi besar untuk membangkitkan semangat petani muda dan mendorong regenerasi tenaga kerja di sektor agrikultur. (Sumber: dok Habibi Garden)
Ayo Jelajah 31 Okt 2025, 21:42 WIB

Hikayat Skandal Kavling Gate, Korupsi Uang Kadeudeuh yang Guncang DPRD Jawa Barat

Saat uang kadeudeuh jadi bencana politik. Skandal Kavling Gate membuka borok korupsi berjamaah di DPRD Jawa Barat awal 2000-an.
Gedung DPRD Jawa Barat.
Ayo Netizen 31 Okt 2025, 20:26 WIB

Berkunjung ke Perpustakaan Jusuf Kalla di Kota Depok

Perpustakaan Jusuf Kalla bisa menjadi alternatif bagi wargi Bandung yang sedang berkunjung ke luar kota.
Perpustakaan Jusuf Kalla di Kawasan Universitas Islam Internasional Indonesia Kota Depok (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Beranda 31 Okt 2025, 19:03 WIB

Energi Selamatkan Nyawa: Gas Alam Pertamina Terangi Rumah Sakit di Hiruk Pikuk Kota

PGN sebagai subholding gas Pertamina terus memperluas pemanfaatan gas bumi melalui berbagai inovasi, salah satunya skema beyond pipeline menggunakan CNG.
Instalasi Gizi RSUP Hasan Sadikin. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Gilang Fathu Romadhan)
Ayo Netizen 31 Okt 2025, 18:22 WIB

Gunung Puntang, Surga Sejuk di Bandung Selatan yang Sarat Cerita

Gunung Puntang menjadi salah satu destinasi wisata alam yang paling populer di Bandung Selatan.
Suasana senja di kawasan Gunung Puntang, Bandung Selatan. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Naila Salsa Bila)
Ayo Netizen 31 Okt 2025, 17:00 WIB

Kehangatan dalam Secangkir Cerita di Kedai Kopi Athar

Kedai Yang suka dikunjungi mahasiswa UIN SGD 2, tempat refresing otak sehabis belajar.
Kedai Kopi Athar, tempat refresing otak Mahasiswa UIN SGD kampus 2. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Fikri Syahrul Mubarok)
Ayo Netizen 31 Okt 2025, 16:17 WIB

Berhenti Jadi People Pleaser, Yuk Belajar Sayang sama Diri Sendiri!

Jika Anda hidup untuk menyenangkan orang lain, semua orang akan mencintai Anda, kecuali diri Anda sendiri. (Paulo Coelho)
Buku "Sayangi Dirimu, Berhentilah Menyenangkan Semua Orang" (Foto: Penulis)
Ayo Netizen 31 Okt 2025, 16:01 WIB

Santri Jangan Cuma Dirayakan, tapi Dihidupkan

Hari Santri bukan sekadar seremoni. Ia seharusnya menjadi momentum bagi para santri untuk kembali menyalakan ruh perjuangan.
Santri di Indonesia. (Sumber: Unsplash/ Muhammad Azzam)
Ayo Netizen 31 Okt 2025, 14:50 WIB

Sarapan, 'Ritual' yang Sering Terlupakan oleh Mahasiswa Kos

Sarapan yang sering terlupakan bagi anak kos, padahal penting banget buat energi dan fokus kuliah.
Bubur ayam sering jadi menu sarapan umum di Indonesia. (Sumber: Unsplash/ Zaky Hadi)
Ayo Netizen 31 Okt 2025, 14:01 WIB

Balqis Rumaisha, Hafidzah Cilik yang Berprestasi

Sebuah feature yang menceritakan seorang siswi SMP QLP Rabbani yang berjuang untuk menghafal dan menjaga Al-Qur'an.
Balqis Rumaisha saat wawancara di SMP QLP Rabbani (Sumber: Dokumentasi Pribadi Penulis | Foto: Salsabiil Firdaus)
Ayo Netizen 31 Okt 2025, 13:01 WIB

Antara Kebebasan Berpendapat dan Pengawasan Digital: Refleksi atas Kasus TikTok di Indonesia

Artikel ini membahas polemik antara pemerintah Indonesia dan platform TikTok terkait kebijakan pengawasan digital.
Artikel ini membahas polemik antara pemerintah Indonesia dan platform TikTok terkait kebijakan pengawasan digital. (Sumber: Pexels/cottonbro studio)