AYOBANDUNG.ID -- Siapa sih yang tidak kenal kuliner kebab? Makanan khas Timur Tengah, tepatnya dari Kota Turki, kini telah menjamur di berbagai penjuru Indonesia.
Dari gerobak kaki lima hingga restoran besar, kebab menjadi primadona yang tak lekang oleh waktu. Namun, di tengah persaingan yang kian sengit, muncul satu nama yang menawarkan pendekatan berbeda, yaitu Kabobs.
Berdiri sejak 2016 di Bandung, Kabobs hadir dengan konsep kebab premium yang mengedepankan kualitas bahan dan inovasi rasa. Dalam waktu singkat, kedai ini berhasil berekspansi ke berbagai kota besar di Indonesia, membuktikan bahwa kebab bisa tampil elegan dan tetap relevan di tengah tren kuliner kekinian.
Marketing Coordinator Kabobs Regina Salsabila menegaskan bahwa kualitas adalah fondasi utama Kabobs. Hal ini menjadi cerminan dari komitmen Kabobs dalam menjaga standar rasa dan kepuasan pelanggan.
“Kabobs menggunakan bahan baku berkualitas dan sangat memperhatikan komposisi dari setiap menu yang dibuat agar menghasilkan rasa yang memuaskan,” ungkap Regina saat ditemui Ayobandung.
Namun, di era di mana inovasi rasa menjadi tuntutan pasar, Kabobs tak tinggal diam. Mereka mencoba menghadirkan varian kebab manis seperti Choco Mozzanut dan Berry Banana.
Dua menu yang menjadi bukti bahwa kebab bisa bertransformasi menjadi camilan manis yang menggoda. Langkah ini bukan sekadar eksperimen, melainkan strategi untuk menjangkau segmen pasar yang lebih luas.
Perempuan yang akrab disapa Rere itu menjelaskan bahwa kehadiran varian manis merupakan respons terhadap ekspektasi konsumen yang semakin beragam.
“Kehadirkan varian rasa yang banyak, termasuk kebab manis ini bertujuan untuk memuaskan semua jenis selera semua pelanggan,” katanya.
Kabobs, lanjut Rere, tidak ingin terjebak dalam satu rasa, melainkan menjadi brand yang adaptif terhadap perubahan selera. Varian Choco Mozzanut, misalnya, memadukan lelehan keju mozzarella dengan kerenyahan kacang hazelnut, manisnya kismis, meses cokelat, dan dibalut tortila yang lembut.
Sementara Berry Banana menghadirkan potongan pisang, lembaran keju, kismis, selai blueberry, dan tortila yang sama lezatnya. Kedua menu ini bukan hanya unik, tapi juga menjadi penanda bahwa Kabobs memahami pentingnya diferensiasi produk.
Fenomena kebab manis ini juga menjadi refleksi dari tren kuliner inovatif di Bandung. Kota Kembang dikenal sebagai laboratorium rasa, tempat di mana eksperimen kuliner sering kali lahir dan berkembang.
Dari kopi dengan topping keju hingga martabak dengan isian red velvet, Bandung selalu punya cara untuk mengejutkan lidah. Kabobs pun turut ambil bagian dalam arus inovasi ini.
Namun, tren kuliner inovatif bukan tanpa tantangan. Persaingan yang ketat, perubahan selera yang cepat, dan tuntutan konsumen akan pengalaman makan yang unik membuat pelaku usaha harus terus berinovasi.
Di sinilah Kabobs menunjukkan ketangguhannya. Dengan menjaga kualitas dan terus menghadirkan varian baru, mereka mampu bertahan dan bahkan berkembang.
Rere mengakui bahwa segmentasi Kabobs menyasar semua kalangan usia. Pendekatan inklusif ini pun menjadi kekuatan Kabobs dalam membangun loyalitas pelanggan dari berbagai latar belakang.
“Kami ingin bisa memberikan kepuasan untuk semua selera jenis perut,” ujarnya.
Bandung sendiri dipilih sebagai tempat peluncuran varian kebab manis bukan tanpa alasan. Kota ini adalah rumah pertama Kabobs, tempat di mana ide-ide segar lahir dan diuji.
“Untuk varian manis ini diharapkan jadi penyeimbang untuk selera para pecinta manis. Ke depannya kita semakin banyak varian,” pungkas Rere.
Alternatif kuliner Bandung atau UMKM serupa: