Angin pagi hari perlahan menyapa melalui celah beton kokoh. Menyelinap masuk untuk menyapa dan bertanya kabar para pengais rezeki. Dinginnya membangunkan semangat para penghuni jalanan yang bermacet-ria menuju kantor.
Warga berlalu-lalang menikmati warna-warni suasana Teras Cihampelas. Berharap menjadi salah satu ikon wisata dan solusi bagi para pengais rezeki, namun tidak memiliki nilai efisiensi. Pada masanya, Cihampelas menunjukkan eksistensi yang diminati berbagai kalangan sebagai destinasi yang harus dikunjungi bertempat di Jl. Cihampelas, Tamansari, Kecamatan Coblong, Kota Bandung.
Saat ini janji revitalisasi Teras Cihampelas yang dikatakan oleh Wali Kota Bandung M.Farhan menuju ditunaikan meski tak lagi dinanti oleh warga. Terlihat dari laman instagram @sarprashub.bdg lampu dipasang dibeberapa titik untuk membantu penerangan yang lebih layak. Beton-beton yang berkarat pun juga dicat ulang agar senantiasa menarik dan indah. Sejak pasca covid Teras Cihampelas mengalami kemunduran yang mengakibatkan banyak pedagang kaki lima mengosongkan lapak mereka. Warga dan wisatawan juga tak terlihat sering mengunjungi Teras Cihampelas lagi.
Eka Vito, mahasiswa warga Bandung, mengatakan bahwa sarana dan prasarana Kota Bandung perlu perbaikan yang signifikan. Alangkah baiknya, memprioritaskan seperti adanya fasilitas umum yang dihidupkan kembali dan menambah penerangan jalan. Karena, banyak jalanan di Bandung dinilai kurang penerangan, dikhawatirkan kedepannya terjadi hal yang tidak diingankan.
“Selain Teras Cihampelas, diharapkan Wali Kota Bandung saat ini bisa memberikan keputusan prioritas untuk membangun fasilitas penerangan jalanan yang layak. Karena seperti yang kita ketahui jalan Soekarno-Hatta banyak titik yang masih gelap dan membahayakan jika malam hari,” ujarnya, Senin (01/12/2025).
Teras Cihampelas hadir sebagai salah satu tempat wisata untuk dikunjungi oleh warga lokal, wisatawan lokal, dan wisatawan mancanegara. Namun, seiring berjalannya waktu pasca Covid-19 melanda adanya Teras Cihampelas dinilai tidak efisien kehadirannya. Para pedagang pun memilih untuk tetap dibawah untuk berjualan, sedangkan diatas tinggal segelintir pedagang kaki lima yang masih bertahan.
Biasanya, pengunjung berdatangan ketika long-weekend meski begitu tetap saja tidak seramai dulu sebelum Covid-19 melanda. Belum terlihat perubahan secara signifikan perintah oleh Wali Kota Bandung yang berdampak untuk Teras Cihampelas. Dari segi kenyamanan dan kebersihan belum lagi dihadirkan oleh Pemerintah Kota Bandung, toilet umum yang belum memadai juga sampah yang berserakan masih terlihat dengan jelas.

Agus Kurnia, warga Bandung yang bekerja sebagai petugas anggota satpol PP yang sedang berada ditempat mengatakan bahwa, tujuan utama dibangunnya Teras Cihampelas sebagai tempat wisata baru, dengan merelokasi pedagang kaki lima untuk menarik pengunjung.
“Tujuan awalnya mah dibuat untuk jadi wisata, makanya pedagang yang di bawah diminta pindah ke atas,” imbuhnya.
Kabarnya, teras Cihampelas akan dirobohkan, namun orang nomor satu di Bandung itu menyebutkan dalam salah satu wawancara akan tetap dipertahankan dan direvitalisasi. Revitalisasi yang direncanakan ini akan bersifat keseluruhan dari Teras Cihampelas, namun masih menunggu, karena hendak dialihkan kepada pihak ketiga. Belum ada kepastian terkait kabar ini.
“Semua ini teh semua mau direvitalisasi, mau jadi di fungsi alihin ke pihak ketiga. Tapi masih belum ada teh,” ucap Agus Kurnia.
Wali Kota Bandung M.Farhan dinilai kurang memberikan perhatian tanggung jawab atas Teras Cihampelas, disebabkan tidak ada perubahan atas revitalisasi yang dijanjikan. Para pedagang juga warga lokal merasa fasilitas kenyamanan dan kebersihan yang kurang memadai. Kurangnya minat warga mengujungi Teras Cihampelas, beberapa warga menilai revitalisasi bisa dialokasikan dahulu ke sarana dan prasarana yang lebih prioritas, seperti lampu penerangan jalan.
Besar harapan warga Bandung terhadap kebijakan perintah tertinggi di Bandung itu untuk lebih bijaksana dalam memilih prioritas perbaikan sarana dan prasarana. Agar tidak ada rasa saling dirugikan antar warga juga pemangku kebijakan.
Sebagai warga yang baik juga manfaatkan sebaik-baiknya fasilitas umum yang sudah disediakan dengan tidak dirusak. Bijaksana pemangku kebijakan, sejahtera pula warganya. (*)
