Reggae Menggema dari Lereng Bandung, Jejak The Paps dan Generasi Musik Bebas

Eneng Reni Nuraisyah Jamil
Ditulis oleh Eneng Reni Nuraisyah Jamil diterbitkan Selasa 16 Sep 2025, 16:48 WIB
The Paps, band reggae asal Bandung yang tak hanya memainkan musik, tapi juga merayakan kebebasan dalam berkarya. (Sumber: dok. The Paps)

The Paps, band reggae asal Bandung yang tak hanya memainkan musik, tapi juga merayakan kebebasan dalam berkarya. (Sumber: dok. The Paps)

AYOBANDUNG.ID -- Bandung selalu punya cara unik dalam melahirkan suara-suara baru. Dari gang-gang kecil tempat anak muda berkumpul, hingga panggung-panggung komunitas yang tak pernah sepi, kota ini menjadi rumah bagi banyak eksperimen musikal yang berani.

Salah satu yang paling mencolok sejak awal 2000-an adalah hadirnya The Paps, band reggae yang tak hanya memainkan musik, tapi juga merayakan kebebasan dalam berkarya.

The Paps bukan lahir dari industri, melainkan dari tongkrongan. Daniel, Sagiet, Papap, Andri, dan Dave adalah lima sahabat yang menyatukan kecintaan mereka terhadap Jamaican sound menjadi satu bentuk ekspresi.

“Reggae adalah jiwa kami, dan kita menggilai dan menyukai reggae,” tutur Dave saat berbincang dengan Ayobandung.

Saat reggae masih dianggap genre pinggiran, The Paps justru menjadikannya ruang bermain. Mereka tak terpaku pada pakem, melainkan meramu pengaruh masing-masing menjadi satu aliran yang mengalir bebas.

“Kami satukan dan kemas perbedaan itu jadi sebuah musik baru, yaitu The Paps, dan itu mengalir begitu aja gak ada harus seperti ini atau itu,” ujar Papap.

Gaya bermusik mereka dikenal sebagai “reggae gunung”, istilah yang lahir dari karakter suara yang lebih menggema dan membumi. “Ibaratnya reggae gunung kan lebih menggema. Kalau pantai uyee, kita mah Auoo,” canda Daniel.

Nama The Paps sendiri dipilih dengan sederhana namun penuh makna. Nama itu kemudian menjadi ikon dalam skena musik indie Bandung, terutama di jalur reggae yang saat itu masih jarang disentuh.

“Biar catchy aja. Selain itu, kita laki-laki semua, papa-papa,” ungkap Papap.

Perjalanan mereka sebagai band indie reggae mulai mendapat perhatian publik ketika pada tahun 2005, mereka terpilih sebagai salah satu pengisi album kompilasi Indonesian Reggae Revolution 1 dengan single “Hang Loose Baby”. Momentum ini menjadi titik balik yang membawa The Paps ke panggung yang lebih luas.

Tahun 2007 menjadi tonggak penting lainnya. The Paps merilis album perdana bertajuk Hang Loose Baby, yang memperkuat posisi mereka sebagai pionir reggae Bandung. Single seperti “Life is a Big Joke” menjadi anthem kebebasan dan kritik sosial yang dibalut dengan irama santai khas Jamaican sound.

Popularitas mereka pun menanjak. Tawaran manggung datang hingga kini dari berbagai penjuru, dan The Paps menjadi simbol bahwa reggae bisa hidup dan diterima di tengah arus musik mainstream. Namun bagi mereka, reggae bukan sekadar genre, melainkan cara bermain musik yang bebas dan jujur.

“Kita orangnya bebas main musik dan musik adalah passion aja. Kita enggak memandang salah satu genre. Istilahnya lets it flow aja,” ungkap Papap.

Fenomena The Paps tak bisa dilepaskan dari geliat budaya kreatif anak muda Bandung. Kota ini dikenal sebagai inkubator talenta musik, dari pop, jazz, hingga metal. Reggae pun akhirnya mendapat tempat, berkat keberanian band seperti The Paps yang membuka jalan. Bandung bukan hanya kota mode, tapi juga kota musik yang melahirkan nama-nama besar seperti Mocca, Pure Saturday, dan The S.I.G.I.T.

Bagi generasi muda Bandung saat ini, reggae bukan lagi genre asing. Musik ini telah menjadi bagian dari identitas lokal yang merayakan kebebasan, solidaritas, dan semangat komunitas. Banyak band baru bermunculan dengan semangat serupa, menjadikan reggae sebagai medium ekspresi yang inklusif dan membumi.

The Paps sendiri tetap konsisten dengan semangat awal mereka. Mereka tak terjebak dalam pakem atau ekspektasi industri. Musik mereka terus mengalir, menjadi suara dari gunung, dari tongkrongan, dari hati yang bebas.

“Harapannya reggae bisa tetap ada dan eksis. Soalnya reggae sendiri sekarang udah besar. Udah masuk kayak industri pop lagi bahkan sampai mengakar ke pelosok,” ujar Daniel.

Alternatif produk fashion skena atau UMKM serupa:

  1. https://s.shopee.co.id/3qDkzFhEO5
  2. https://s.shopee.co.id/6fXwMWU4Zu
  3. https://s.shopee.co.id/5Aj8ZpchkT

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 18 Des 2025, 07:15 WIB

Akhir Tahun di Bandung: Saat Emas bagi Industri Resort dan Pariwisata Kreatif

Menjelang Natal dan Tahun Baru 2026, lonjakan kunjungan ke Kota Bandung serta tren wisata tematik di resort membuat akhir tahun menjadi momentum emas bagi pertumbuhan industri resort dan pariwisata.
Salah satu faktor yang memperkuat posisi Bandung sebagai destinasi akhir tahun adalah kemunculan resort-resort dengan konsep menarik (Sumber: Instagram @chanaya.bandung)
Beranda 18 Des 2025, 07:09 WIB

Rumah Seni Ropiah: Bukan Hanya Tempat Memamerkan Karya Seni, tapi Ruang Hidup Nilai, Budaya, dan Sejarah Keluarga

Galeri seni lukis yang berlokasi di Jalan Braga, Kota Bandung ini menampilkan karya-karya seni yang seluruhnya merupakan hasil ciptaan keluarga besar Rumah Seni Ropih sendiri.
Puluhan lukisan yang dipamerkan dan untuk dijual di Rumah Seni Ropih di Jalan Braga, Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Toni Hermawan)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 21:48 WIB

Dari Bunderan Cibiru hingga Cileunyi Macet Parah, Solusi Selalu Menguap di Udara

Kemacetan di Bunderan Cibiru harus segera ditangani oleh Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan.
Pengendara Mengalami Kemacetan di Bunderan Cibiru, Kota Bandung, (1/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Sufia Putrani)
Beranda 17 Des 2025, 20:27 WIB

Pemkot Bandung Klarifikasi Isu Lambatnya Respons Call Center, Tegaskan Nomor Darurat Resmi 112 Aktif 24 Jam dan Gratis

Koordinator Bandung Command Center, Yusuf Cahyadi, menegaskan bahwa layanan kegawatdaruratan resmi Pemerintah Kota Bandung adalah Call Center 112.
Layanan kegawatdaruratan resmi Pemerintah Kota Bandung adalah Call Center 112
Ayo Netizen 17 Des 2025, 20:04 WIB

Jembatan Penyebrangan Usang Satu-satunya Harus Melayani Jalan Terpanjang di Kota Bandung

Jembatan penyeberangan tunggal di Jalan Soekarno-Hatta yang seharusnya menjadi penyelamat, kini rapuh dan berkarat.
Jembatan penyebrangan Soekarno-Hatta Bandung. Soekarno-Hatta Kelurahan Sekejati, Kecamatan Buahbatu Kota Bandung (26/11/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Azzahra Nadhira)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 18:55 WIB

Petugas Kesal Banyak Pembuang Sampah Sembarangan di Kawasan Pasar Kiaracondong

Maraknya sampah ilegal di Pasar Kiaracondong, meskipun pengelolaan sampah sudah rutin berjalan.
Tumpukan sampah yang berada di TPS. Pasar Kiaracondong, Bandung, Sabtu 29/11/2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Nasywa Hanifah Alya' Al-Muchlisin)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 17:41 WIB

Dari Keikhlasan Bu Mun, Nasi Pecel 10 Ribu Hasilkan Omzet 5 Juta Sehari

Munjayanah (49) membuka warung usaha nasi pecel setelah 4 cabang warung pecel lelenya tutup, hanya tersisa satu cabang. Kini penghasilannya hingga 5jt per hari.
Bu Mun tengah menyiapkan menu nasi pecel dengan penuh cinta. (Sumber: Dokumen Pribadi | Foto: Annisa Fitri Ramadhani)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 17:08 WIB

Revitalisasi Teras Cihampelas: Selalu Dinanti Entah Kapan Ditepati, Mending Perbaiki yang Lain Saja!

Pemenuhan janji revitalisasi Teras Cihampelas oleh Wali Kota Bandung yang kurang dirasakan warga. Lebih baik, perbaiki yang fasilitas lainnya saja.
Pengunjung Teras Cihampelas di hari kerja pukul 09.30 pada hari Senin (1/12/2025) (Foto: Ammara Ziska)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 16:06 WIB

Mendaki Jadi Tren Anak Muda Bandung

Pendaki Muda Bandung
Para anak muda yang gemar mendaki gunung di Bandung. (Sumber: Dok. pribadi | Foto: Mila Aulia)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 13:58 WIB

Keluhan Mahasiswa di Jalan Soekarno Hatta Soal Pengendara Motor yang Merokok di Jalan

Artikel ini menjelaskan tentang keluhan seorang mahasiswa di Jalan Soekarno Hatta soal pengendara motor yang merokok di jalan.
Seorang pengendara terlihat merokok saat berhenti di tengah kepadatan lalu lintas di kawasan Jalan Soekarno Hatta, Bandung, Selasa (02/12/2025), (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Farid Ahmad Faruqi)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 13:13 WIB

Yth. Wali Kota Bandung: Akses Pejalan Kaki dari Kacamata Perantau

Minimnya trotoar dan rendahnya rasa aman menjadi catatan penting bagi penataan kota yang inklusif.
Akses pejalan kaki di Bandung (Sumber: Dokumentasi penulis)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 12:34 WIB

Ruang Nongkrong 24 Jam yang Menjadi Ikon Baru Bandung Timur

Relatif Kopi sebuah tempat yang pelan-pelan tapi pasti menjadi ikon nongkrong di daerah Bandung Timur.
Di balik cahaya biru yang sederhana, Relatif selalu punya cara buat bikin malam terasa lebih nyaman. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 11:51 WIB

Ketika Kebudayaan Diminta Selalu Kondusif

Kebudayaan yang sepenuhnya rapi, senyap, dan patuh bukanlah tanda kesehatan, melainkan gejala domestikasi.
Gedung Pusat Kebudayaan Jalan Naripan Bandung. (Foto: Abah Omtris)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 09:56 WIB

Rekomendasi Kuliner di Taman Saparua Bandung

Kawasan yang dikenal sebagai ruang publik hijau ini bukan hanya tempat olahraga dan rekreasi, tetapi juga titik pertemuan ragam kuliner khas yang sayang dilewatkan.
SOR Saparua Bandung. (Sumber: Ayobandung.com)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 08:58 WIB

Melepas Penat di Bandung Timur, Spot Terbaik untuk Bersepeda Santai

Salah satu tempat yang kini jadi favorit pesepeda di Bandung Timur adalah Summarecon Bandung.
Warga yang sedang bersepeda santai di kawasan Bandung Timur sebagai cara sederhana melepas penat dan menjaga kebugaran. (Foto: Zahwa Rizkiana)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 20:46 WIB

Bandung Dikepung Awan Gelap: Mengapa Banjir Kilat dan Angin Ekstrem Kini Sering Terjadi?

Mengkaji peningkatan banjir kilat dan angin ekstrem di Bandung akibat dinamika cuaca, perubahan iklim, dan perubahan tata guna lahan.
Warga memanfaatkan delman untuk melintasi jalan permukiman yang terendam banjir, saat akses kendaraan bermotor terganggu akibat genangan air. (Sumber: Dokumentasi Warga | Foto: Dokumentasi Warga)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 20:23 WIB

Siklus Tahunan yang Tak Kunjung Diakhiri di Kota Bandung

Kerusakan infrastruktur dan salah kelola lingkungan picu banjir tahunan di Bandung.
Banjir yang terjadi akibat tersumbatnya saluran air di Gang Nangkasuni, (07/03/2025). (Sumber: Irene Sinta)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 18:55 WIB

Mencicipi Cita Rasa Bakmi Ayam Madu di Sudut Kota Bandung

Bakmi OBC toping ayam madu dan panggang, Jln. Rancabentang I No. 12 Ciumbuleuit, Bandung, Jumat (28/11/2025).
Bakmi OBC toping ayam madu dan panggang, Jl. Rancabentang I No. 12 Ciumbuleuit, Bandung, Jumat (28/11/2025). (Sumber: Dok. pribadi | Foto: Arini Nabila)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 18:30 WIB

Jejak Rempah di Sepiring Ayam Geprek Favorit Anak Kos

Ayam geprek rempah dengan bumbu yang meresap hingga ke dalam daging, disajikan dengan kailan krispi dan sambal pedas yang nagih.
Ayam Geprek Rempah dilengkapi dengan kailan crispy dan sambal pedas yang nagih. (Sumber: Dokumentasi penulis | Foto: Firqotu Naajiyah)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 18:07 WIB

Wali Kota Farhan, Mengapa Respons Call Center Aduan Warga Bandung Lambat Sekali?

Warga Bandung mengeluh, Call Center Pemkot lambat merespons.
Gambaran warga yang menunjukkan rasa frustasi mereka saat menunggu jawaban dari Call Center Pemkot Bandung yang tak kunjung direspons. (Sumber: Dokumentasi Penulis)