Jejak Sejarah Dodol Garut, Warisan Kuliner Tradisional Sejak Zaman Kolonial

Hengky Sulaksono
Ditulis oleh Hengky Sulaksono diterbitkan Rabu 30 Jul 2025, 12:08 WIB
Dodol Garut, kuliner khas yang sudah eksis sejak zaman kolonial. (Sumber: Kemdikbud)

Dodol Garut, kuliner khas yang sudah eksis sejak zaman kolonial. (Sumber: Kemdikbud)

AYOBANDUNG.ID - Kalau ada oleh-oleh dari Jawa Barat yang punya “kekuatan kenyal” bertahan dari zaman kolonial sampai e-commerce, maka dodol Garut lah juaranya. Dari camilan desa hingga produk global, perjalanan dodol ini bukan sekadar soal rasa manis, tapi juga tekad keras dan kisah keluarga yang melegenda.

Secara definisi, dodol memang bukan monopoli Garut. Di Nusantara ini, dodol seperti keluarga besar yang punya banyak cabang: ada dodol Betawi, dodol Kandangan dari Kalimantan, dodol Ulame dari Tapanuli, sampai dodol Buleleng dari Bali. Tapi dodol Garut punya sesuatu yang beda, yang membuatnya bertahan dari generasi ke generasi—entah itu karena kenyalnya, manisnya, atau garis takdir.

Penamaan dodol biasanya mengacu pada wilayah asalnya. Jadi, kalau dibuat di Garut ya dodol Garut. Tapi jangan salah, bukan cuma asal tempat, dodol Garut juga punya karakter rasa yang khas. Banyak yang bilang, dodol ini “manisnya pas, kenyalnya berkelas.”

Dodol Garut tidak muncul tiba-tiba seperti hujan di musim kemarau. Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pelopor usaha dodol di Garut adalah H. Sirad, yang sudah membuka usaha dodol bernama Kursinah sejak 1920-an. Tapi situs resmi Pemkab Garut menyebutkan bahwa yang pertama memulai industri dodol adalah Ibu Karsinah pada tahun 1926.

Baca Juga: Kapal Laut Garut jadi Korban Torpedo Jerman di Perang Dunia II

Waktu itu, teknologi belum secanggih sekarang. Dodol dibuat dengan bahan dasar sederhana: tepung beras ketan, gula putih, susu, dan santan kelapa. Tanpa bahan pengawet. Tapi hebatnya, dodol buatan Karsinah ini bisa tahan tiga bulan. Bergantung kondisi penyimpanannya. Bisa jadi, karena waktu masaknya yang lama dan adukannya yang penuh cinta.

Proses membuat dodol bukan kerja sebentar. Ini bukan makanan yang tinggal beli bumbu instan, campur, lalu jadi. Prosesnya butuh waktu tujuh sampai delapan jam. Adonannya harus diaduk terus-menerus biar tidak lengket, tidak gosong, dan tidak bikin perajin dodol kena omelan ibu-ibu.

Bahan dasarnya: tepung ketan yang ditumbuk atau digiling halus, gula merah, gula putih, dan santan kelapa. Gula merah dari aren atau kelapa memberi warna kecoklatan, gula putih membuat teksturnya lebih halus, dan santan kelapa menghadirkan rasa gurih. Kombinasi ini kalau salah satu kurang, bisa-bisa dodol berubah jadi lem perekat kertas.

Saat sudah matang, adonannya akan padat, kenyal, berminyak, dan bisa diiris. Kalau masih lengket di tangan, berarti belum siap disantap. Kalau lengketnya di hati, itu urusan lain.

Dari Tradisional ke Eksperimental: Dodol Bervariasi Rasa

Dulu dodol ya dodol, bentuknya kotak dan warnanya coklat. Tapi seiring waktu, bahan bakunya dimodifikasi. Masuklah pepaya, nenas, sirsak, durian, tomat, wijen, hingga kentang. Bayangkan saja, dodol rasa tomat—bisa jadi camilan sekaligus alasan tidak makan nasi.

Inovasi ini membuat dodol Garut makin digemari. Rata-rata permintaan tembus 4.378 ton per tahun. “Daerah pemasarannya sudah menjangkau Jawa, Kalimantan, Sumatera, dan Bali,” begitu catatan resmi. Bahkan sudah terbang ke Brunei, Malaysia, Jepang, Arab Saudi, Singapura, hingga Inggris. Dodol Garut pun jadi semacam duta rasa yang tanpa paspor.

Setelah masa-masa pionir seperti Karsinah dan Sirad, masuklah era para pengusaha dodol skala besar. Salah satunya adalah keluarga besar yang kelak melahirkan merek “Picnic”. Adalah Aam Mawardi yang kemudian memberi warna baru dalam sejarah dodol Garut. Laman perusahaan menyebuiAam memulai produksi dodol rumahan dengan merek Herlinah pada tahun 1950-an, terinspirasi dari nama anak ketiganya. Usaha itu dirintis di Jalan Ciledug No. 212, Garut.

Produksi Dodol Garut Picnic zaman baheula (Sumber: Dok. Dodol Picnic)
Produksi Dodol Garut Picnic zaman baheula (Sumber: Dok. Dodol Picnic)

Dia ingin dodolnya naik kelas, bukan sekadar suguhan tamu, tapi oleh-oleh berkelas. Ia pun mencoba menawarkan produknya ke toko oleh-oleh “Picnic” di Bandung. Sayangnya, ia ditolak mentah-mentah. Alasannya, dodol dianggap makanan rakyat bawah. Tapi Aam tak menyerah. Ia pun memutar strategi: mereknya ia ubah jadi “PICNIC”, untuk menghormati nama toko itu.

Strategi itu berhasil. “Nama dagang PICNIC kemudian didaftarkan ke Direktorat Paten pada 14 Juli 1959 dengan nomor register 67595,” tulis laman resmi perusahaan. Sejak itulah, nama dodol Picnic melegenda. Permintaan melonjak. Agar bisa memenuhi pasar, Aam menggandeng kakaknya, H. Iton Damiri, yang sejak 1949 lebih dulu memproduksi dodol merek Halimah. Kolaborasi pun terjadi, dengan PT Herlinah Cipta Pratama sebagai payung usahanya.

Baca Juga: Hikayat Dinasti Sunarya, Keluarga Dalang Wayang Golek Legendaris dari Jelekong

Iton sendiri adalah veteran pengungsian perang kemerdekaan. Sumber lain menyebut ia memilih usaha dodol sebagai jalan hidup setelah kecamuk perang kemerdekaan. Tahun 1949, ia memulai dengan nama Halimah. Pada 1950 diganti menjadi Fatimah, dan pada 1954 menjadi Purnama.

Pada 1955, mereka mulai menjangkau kota-kota besar di Jawa. Kemudian tahun 1957, bersama Aam, lahirlah “Herlinah” dan selanjutnya “PICNIC”.

Tak heran kalau menurut sejumlah sumber, pencatatan sejarah dodol Garut modern memang identik dengan dua sosok: H. Iton Damiri dan Aam Mawardi. Mereka bukan sekadar pedagang, tapi pelopor dalam industrialisasi dodol Garut.

Dari sekian banyak varian dan merek, dodol klasik berbahan dasar ketan tetap jadi primadona. Rasanya seperti nostalgia dalam bentuk makanan. Mau semodern apa pun dunia, rasa dodol ketan yang kenyal dan gurih itu tetap bikin orang Garut bilang, “Teu aya nu ngéléhkeun!”

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 31 Jul 2025, 14:25 WIB

Solusi Kemacetan, Batasi Konsumtif Kendaraan Roda Dua atau Pelebaran Jalan Raya?

Kemacetan memang sudah menjadi masalah yang cukup lama dan pelik.
Kondisi Jalan Cupu Rancamanyar, Kamis, 31 Juli 2025 (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Jelajah 31 Jul 2025, 13:31 WIB

Jejak Sejarah Peuyeum Bandung, Kuliner Fermentasi Sunda yang Bertahan Lintas Zaman

Peuyeum, camilan khas Sunda, kian langka padahal punya sejarah panjang sejak masa kolonial dan revolusi. Simbol solidaritas dan warisan budaya.
Penjual peuyeum Bandung yang sudah mulai langka. (Sumber: Ayobandung)
Ayo Biz 31 Jul 2025, 12:19 WIB

Menangkap Peluang Usaha di Tengah Popularitas Situs Keramat Bunisakti

Yayang merupakan perajin ukiran dari Kampung Bunisakti, Desa Wargaluyu, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung. Pria berambut cepak itu tetap konsisten dengan ukiran khas bernuansa tradisional Sunda.
Yayang pengrajin ukiran Kampung Bunisakti, Desa Wargaluyu, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung. (Foto: Mildan Abdalloh)
Ayo Biz 31 Jul 2025, 10:31 WIB

Jatuh Bangun Pemuda Express Bangun Kepercayaan Pengguna

Pemuda Express bukan hanya sekadar jasa antar jemput, tapi juga solusi transportasi yang mengusung prinsip syariah dan inklusi sosial. Aplikasi ini mewadahi kebutuhan pengguna yang belum terpenuhi ole
CEO Pemuda Express, Abdullah Aburahman Nuralim (Foto: Rizma Riyandi)
Ayo Netizen 31 Jul 2025, 10:30 WIB

Slot di Kolom Komentar: Komunikasi 'Pemasaran' Judol

Kini ada modus baru komunikasi "pemasaran" judol yang harus kita awasi bersama. Waspadalah!
Ilustrasi judi online. (Sumber: Unsplash/Niek Doup)
Ayo Netizen 31 Jul 2025, 08:03 WIB

Apotek Desa, Program Pemerintah yang Menggemparkan Apotek Swasta

Apotek Desa menjadi polemik bagi pengusaha apotek swasta.
Contoh Penulisan Penamaan Apotek Desa (Sumber: Kemenkes)
Ayo Netizen 30 Jul 2025, 19:29 WIB

Mati Ketawa ala 'Barudak Bapak Aing'

Sosok publik yang harusnya terbuka terhadap perbedaan pandangan, kini lebih sering tampil sebagai pemilik kebenaran. Diperkuat pula oleh algoritma.
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. (Sumber: Humas Pemrov Jabar)
Ayo Biz 30 Jul 2025, 18:06 WIB

Melangkah Bersama Jenama Lokal: Tiga Cerita tentang Identitas, Nilai, dan Inovasi

Tiga brand lokal terus bertahan dan berkembang. Tak sekadar pelengkap penampilan, tetapi sebagai representasi nilai yang diperjuangkan.
Koleksi sepatu kulit dari brand lokal Gats. (Sumber: Gats)
Ayo Jelajah 30 Jul 2025, 17:53 WIB

Sejarah RSHS Bandung, Rumah Sakit Tertua di Jawa Barat Warisan Era Hindia Belanda

Didirikan sejak 1923, RSHS jadi saksi sejarah medis Bandung, dari masa kolonial, Jepang, hingga era kemerdekaan.
Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS). (Sumber: Pemprov Jabar)
Ayo Netizen 30 Jul 2025, 17:04 WIB

Anak Kita Bukan Objek Disiplin, Akhiri Normalisasi Kekerasan

Sebagai titipan Allah SWT, tak habis pikir jika anak disiksa. Apapun alasannya.
 (Sumber: Refika Aditama | Foto: Refika Aditama)
Ayo Biz 30 Jul 2025, 16:24 WIB

Chef Sandani dan Ayam Tangkep, dari Dapur Sambara Menuju Panggung Nasional Kuliner Nusantara

Ayam Tangkep, menurut Sandani, adalah bentuk penghormatan terhadap kebiasaan masyarakat tanah Rencong yang menangkap ayam langsung dari pekarangan sebelum diolah.
Ayam Tangkep, menurut Sandani, adalah bentuk penghormatan terhadap kebiasaan masyarakat tanah Rencong yang menangkap ayam langsung dari pekarangan sebelum diolah. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 30 Jul 2025, 15:07 WIB

Success Story MOC yang Jawab Tantangan Industri Fashion dengan Inovasi dan Teknologi

MOC menyimpan kisah panjang sebagai brand lokal yang tidak hanya bertahan tapi bangkit dan melaju di tengah persaingan industri fashion.
MOC menyimpan kisah panjang sebagai brand lokal yang tidak hanya bertahan tapi bangkit dan melaju di tengah persaingan industri fashion. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 30 Jul 2025, 15:00 WIB

Cerita Mahasiswa KKN-T IPB, Hari Bersejarah bagi GAPOKTAN di Kabupaten Bandung

Sebuah narasi hari bersejarah bagi GAPOKTAN di Desa Mangunjaya, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung.
Sosialisasi Program KKN-T IPB 2025 Desa Mangunjaya "SITANI: Sosialisasi Aplikasi IPB DigiTani"
Ayo Biz 30 Jul 2025, 14:20 WIB

Rahasia Brodo Tumbuh Sukses Jadi Merk Sepatu yang Digandrungi

Siapa sangka, langkah kaki ke acara wisuda bisa menjadi titik awal lahirnya merek sepatu lokal, Brodo. Kebutuhan terhadap sepatu formal yang sesuai dengan gaya personal seseorang cukup tinggi, namun k
Suasana di Toko Offline Brodo (Foto: GMAPS)
Ayo Biz 30 Jul 2025, 12:52 WIB

Prung Terraceswear, Produk Fashion yang Bisa Bikin Tampilan Lebih Fleksibel

Sejak lama Bandung dikenal sebagai kota kreatif dan pusat lahirnya berbagai tren fashion. Dari maraknya factory outlet hingga merek lokal yang menjamur, kota ini menjadi barometer gaya hidup yang dina
Toko Prung Terraceswwear (Foto: GMAPS)
Ayo Jelajah 30 Jul 2025, 12:08 WIB

Jejak Sejarah Dodol Garut, Warisan Kuliner Tradisional Sejak Zaman Kolonial

Dari dapur sederhana tahun 1920-an hingga etalase e-commerce masa kini, dodol Garut membuktikan bahwa rasa kenyalnya mampu melintasi generasi dan selera zaman.
Dodol Garut, kuliner khas yang sudah eksis sejak zaman kolonial. (Sumber: Kemdikbud)
Ayo Biz 30 Jul 2025, 11:26 WIB

Awas Kepincut Seblak Instan dari Bandung

Bandung memang dikenal sebagai surga kuliner kreatif. Tak hanya memanjakan lidah dengan ragam cita rasa khas, kota ini juga tak henti-hentinya melahirkan ide-ide segar dalam dunia makanan.
Ilustrasi Seblak (Foto: Pixabay)
Beranda 30 Jul 2025, 09:21 WIB

Kota Bandung Ambles Sedikit Demi Sedikit: Jejak Danau Purba Menyeruak Kembali

Anggota Masyarakat Geografi Nasional Indonesia, T. Bachtiar, menjelaskan bahwa penyebab utama amblesnya tanah di kawasan Bandung tidak lain adalah eksploitasi air tanah yang berlebihan.
Hasil penelitian ITB dan BRIN menunjukkan permukaan tanah Kota Bandung rata-rata turun 8 cm per tahun, bahkan di beberapa titik bisa mencapai 23 cm. Namun angka ini tak berlaku secara linier. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al- Faritsi)
Ayo Netizen 30 Jul 2025, 08:57 WIB

Refreshing, Healing, dan Rungsing

Bila ingin masyarakat yang tangguh, bangunlah rumah tangga yang kokoh. Jika ingin kehidupan yang bermakna, mulailah dari keluarga yang hangat.
Menikmati Akhir Pekan di Tepi Healing (Sumber: ayobandung.com | Foto: Kavin Faza)
Ayo Biz 29 Jul 2025, 19:23 WIB

Dari Sepatu Wisuda ke Jejak Global, Kisah Brodo dan Visi Anak Muda

Brodo lahir dari kebutuhan sederhana saat dua mahasiswa ITB mencari sepatu formal untuk wisuda hingga akhirnya mengubah arah hidup mereka.
Salah satu koleksi Brodo, brand sepatu lokal yang kini dikenal hingga mancanegara. (Sumber: Brodo)