Flamboyan
Senja itu flamboyan berguguran
Seorang dara memandang terpukau ...
Satu-satu daunnya berjatuhan
Berserakan di pangkuan bumi
Bunga flamboyan itu diraihnya
Wajahnya terlihat sayu
Flamboyan berguguran
berjatuhan, berserakan
Sejak itu sang dara berharapkan
Esok lusa kan bersemi Kembali
LAGU âFLAMBOYANââkarya Iwan Abdurachmanâyang diputar di Youtube mengalun pelan dari sang legenda Acil Bimbo dengan suara khasnya. Entahlah, akhir-akhir ini, sejak mendengar kabar dari teman-teman di FB bahwa Kang Acil yang bernama asli Raden Darmawan Dajat Hardjakusumah âsedang repotâ terbaring di rumah sakit, perasaan saya jadi melankolisâingin rasanya memutar lagu-lagu lawas Bimbo, terutama: âFlamboyanâ dan âMelati dari Jayagiriâ.
Bukan sekadar kangen pada suara khas Kang Acil yang âagemâ, tapi juga karena aku muak dengan berita-berita di televisi yang terus menerus menampilkan ulah Roy Suryo cs dengan âKasus Dugaan Ijazah Palsu Jokowiâ-nya hingga berita âdemonstrasiâ massa yang protes menuntut pembubaran DPR karena para anggota dewan yang terhormat itu--yang sudah pada kaya--diberi lagi tunjangan rumah Rp3 juta per hari.
Eh, para anggota dewan yang terhormat itu malah âjoget-jogetâ seolah-olah meledek rakyat yang diwakilinya yang sedang hidup âkembang-kempisâ.
Ya, Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Demonstrasi berubah jadi anarkis: perusakan, pembakaran, dan penjarahan. Lalu, saat berseliweran berita tentang demonstrasi yang melanda di mana-mana, sebuah kabar duka datang tengah malam, tepatnya Senin, 1 September 2025 pukul 22.50 WIB. Kang Acil Bimbo alias Raden Darmawan Dajat Hardjakusumah meninggal dunia. Innalillahi wa Innailaihi rojiun.
Raden Darmawan Dajat Hardjakusumah mengembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung pada usia 82 tahun dan jenazahnya disemayamkan di rumah duka di Jalan Biologi Nomor 4, Bandung, Jawa Barat.
Saya tidak kenal baik dengan Kang Acil. Tetapi, sebagai seorang wartawan, saya beberapa kali bertemu dengan beliau, terutama dalam acara bertema âkesundaanâ. Selain sebagai penyanyi, belia juga aktivis kesundaan dan lingkungan.
Dalam sebuah diskusi, Kang Acil Bimbo menyebut masyarakat Sunda kesulitan mendapat rujukan tentang kesundaan. Katanya, hanya beberapa saja buku sejarah yang membahas tentang kebudayaan Sunda. âOrang Sunda cenderung memegang budaya lisan dibandingkan budaya tulis,â katanya.
Menurut Kang Acil, orang Sunda dinilai kurang giat membaca akibatnya sulit mengikuti kemajuan zaman yang semakin berkembang. Dia mengajak setiap warga Sunda untuk senantiasa ngajaga lembur (menjaga kampung), akur jeung dulur (bersahabat dengan siapa pun) dan panceug dina galur (patuh terhadap aturan dan etika), melalui jalinan silaturahmi mulai dari lingkungan tingkat RT/RW hingga ke kecamatan.

Menurutnya, kekuatan orang Sunda, yang semula someah (ramah) dan suka bergotong royong, kini karakter itu cenderung hilang dan menjadi lebih individualistis dan egoistis.
Di bidang musik siapa tidak mengenal Kang Acil Bimbo. Almarhum merupakan pentolan dari grup musik asal Kota Bandung, Trio Bimbo didirikan pada sekitar tahun 1966. Kemudian Kang Acil bergabung bersama kakak dan adiknya, Sam Bimbo, Jaka Bimbo, dan Iin Parlina.Dan kemudian berubah nama menjadi Bimbo.
Sejumlah lagu hits dari Bimbo tidak lekang oleh zaman, seperti âSajadah Panjangâ, âMelati dari Jayagiriâ, âFlamboyanâ, âAda Anak Bertanya pada Bapaknyaâ, âUmat Manusia Bergembiraâ. Bahkan lagu-lagu bergenre religious telah menjadi lagu wajib di saat bulan Ramadhan.
Pada saat pandemi virus Corona, Bimbo juga menciptakan lagu berjudul "Corona" yang ditulis oleh Syam Bimbo, Acil Bimbo, dan Jaka Bimbo. Lagu ini mendadak menjadi viral di dunia maya karena ada warganet yang menyebut Bimbo sudah menyanyikannya 30 tahun lalu.
Raden Darmawan Dajat Hardjakusumah atau Acil Bimbo lahir di Bandung pada 20 Agustus 1943. Anak kedua dari 7 bersaudara dari pasangan Raden Dajat Hadjakusumah dan Uken Kenran. Ayahnya adalah seorang wartawan, pernah menjabat sebagai Kepala Biro Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA Biro Jawa Barat.
Acil Bimbo merupakan lulusan Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran tahun 1974 yang kemudian melanjutkan Pendidikan kenotariatan di Universitas Padjadjaran pada 1994. Acil Bimbo menikah dengan Ernawati dan dianugerahi 4 orang anak dan beberapa cucu
Almarhum dikenal sebagai budayawan dan pecinta lingkungan. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Bandung Spirit pada tahun 2000. Kang Acil Bimbo pernah mengkritisi kondisi hutan di Jawa Barat sudah rusak. Kondisi hutan tersebut berada di Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tangkuban Perahu yang merupakan hutan lindung dan masuk dalam Kawasan Bandung Utara (KBU).
Menurutnya, seseorang tidak boleh sembarangan untuk melakukan pembangunan atau perubahan di kawasan itu karena ia harus memperhatikan aspek lingkungan dan kearifan lokal di wilayah tersebut.
Selamat jalan, Kang Acil. Semoga namamu tetap harum, seharum âFlamboyanâ dan âMelati dari Jayagiriâ. (*)