Kota Bandung, Tren, dan Ironi Kolonialisme

Arfi Pandu Dinata
Ditulis oleh Arfi Pandu Dinata diterbitkan Senin 01 Sep 2025, 20:14 WIB
Tukang becak di Kota Bandung. (Sumber: Pexels/Try Sukma Wijaya)

Tukang becak di Kota Bandung. (Sumber: Pexels/Try Sukma Wijaya)

Fenomena “Kenapa Bandung” muncul di TikTok pada akhir 2023 lewat akun @ardan_achsya. Konten ini memotret masalah macet, polusi, banjir, hingga nostalgia dan promosi usaha lokal. Cara penyampaiannya ringan dan penuh humor khas Sunda. Tren ini menjadi ruang curhat publik yang kreatif sekaligus kritis (Ayobandung.com, 2 Agustus 2025).

Di kota inilah cerita hidup Dilan bikin banyak orang merasa baper, seolah memang ditakdirkan jadi latar tempat dari gejolak asmara dan gombalan. Di sini jugalah, tim Jurnalrisa menjelajahi sudut-sudut seramnya untuk memburu konten horor.

Bandung adalah rumah bagi Persib, klub sepak bola yang berhasil menyandang 4 bintang. Begitu juga tempat terbaik bagi Preman Pensiun membangun sinetron keseharian, tersohor di layar kaca televisi nasional.

Lagu “Dan Bandung” (2019) dari The Panas Dalam menyebut Bandung bukan sekadar urusan wilayah. Sementara itu, Yura Yunita lewat lagu “Bandung” (2021) menyatakan Bandung adalah tempat pulang (mulang tetep ka salira).

Kota yang Menghapus Penjajahan di Atas Dunia

Dalam narasi yang absurd nan lucu dari Rangga Sasana, pimpinan Sunda Empire, Bandung dipandang sebagai tempat terbentuknya NATO. Malah berikutnya diasosiasikan kuat dengan PBB dan Pentagon. Lewat bahasa menggelitik ini terungkap adanya tatanan ABCD. A American, B British, C Canada, dan D Diplomatic International alias Bandung. Kedengarannya gila, tapi faktanya plat nomor kendaraan di Bandung memang D. Bikin ngakak sekaligus berpikir, kok Bandung jadi pusat dunia?

Bandung tak sekadar sematan Ibu Kota Priangan sebagaimana Ismail Marzuki mengabadikan dalam lagunya. Dari sini sungguh lahir solidaritas bangsa-bangsa yang mengamalkan amanat konstitusi bahwa “penjajahan di atas dunia harus dihapuskan”.

Cikapundung berhasil menghubungkan dua benua, sebagai sumber nadi perjuangan melawan kolonialisme. Tahun 1955, Konferensi Asia Afrika digelar menjadi perhelatan akbar dan dihadiri oleh 29 negara. Dasasila Bandung terlahir di sini dan diawali dengan kata “Menghormati hak-hak dasar manusia”.

Dayang Sumbi ibu bagi orang-orang Bandung, pasti tersenyum bangga melihat anak-anaknya yang berani melawan kuasa. Danau purba yang telah surut berubah kota besar yang tak membuatnya kecewa. Riak mata airnya berbuah semangat bagi penyintas imperialisme Barat.

Gedung itu kini masih kokoh berdiri, seperti namanya “Merdeka” yang sekaligus mengandung doa. Inilah Bandung yang konsisten berbela rasa, membuka jalan kemanusiaan termasuk bagi Palestina yang masih berjuang.

Masalah (De)kolonisasi Bandung

Jalan Braga, salah satu pusat keramaian yang lahir dari kreativitas warga Bandung zaman kolonial. (Sumber: Tropenmuseum)
Jalan Braga, salah satu pusat keramaian yang lahir dari kreativitas warga Bandung zaman kolonial. (Sumber: Tropenmuseum)

Bandung memang pernah mencicipi status Ibu Kota Hindia Belanda, meskipun hanya sekejap di Maret 1942. Kota ini dipilih karena dianggap lebih adem, strategis, dan aman dibandingkan Batavia yang makin sesak. Bahkan kantor pemerintahan, radio, hingga museum sempat dipindahkan ke sini, seolah menegaskan peranannya sebagai pusat yang baru (Nationalgeographic.grid.id, 20 Mei 2022).

Rasa-rasanya kesan itu masih menggema hingga kini. Pengelolaan kota masih menjiplak gaya kolonial. Bagaimana tidak kebanggaan pada Bandung sering kali larut dalam satu wacana tunggal? Jargon Paris van Java terus diulang-ulang sebagai branding wisata, menonjolkan taman-taman rancangan Eropa, bangunan art deco, dan jalan-jalan di utara kota yang rapi.

Semuanya konten primadona di media sosial. Publik diarahkan untuk terpana pada warisan tata ruang kolonial yang estetis.

Padahal mentalitas semacam itu kerap kali menutupi wajah warga di pinggiran. Slogan manis seperti “Bandung estetik setelah hujan” menenggelamkan kenyataan wilayah langganan banjir seperti di Kopo, Gedebage, atau Cibaduyut. Kafe, distro, dan tempat tongkrongan membungkam realitas rakyat di Tegalega yang ringkih berjualan, berpadu dengan asap knalpot yang mengepul dan pagar alun-alun yang tak terurus.

Begitu juga kembang yang dilambangkan pada kota ini, turut menyumbang polemik yang sama. Apakah ini pujian atau seksisme? Kenapa Bandung harus dilihat dari perempuannya yang dikomodifikasi? Kenapa Saritem dan Jalan Otista lebih mencolok jadi bahan guyonan moralis ketimbang derita kemiskinan struktural yang akut?

Dalam potret ini tak ada kata lain yang dapat menggambarkan Bandung selain Ironis. Kota yang dulu dikenal dengan semangat perlawanan penjajahan justru kini terjebak dalam kolonialisme gaya baru. Tata kelolanya masih melanjutkan warisan segregasi rasial lewat desain ruang yang memisahkan kelas-kelas warganya. Termasuk citra di dalamnya.

Coba tengoklah kasus Taman Sari, Dago Elos, hingga Sukahaji sebagai cerita warga Bandung yang mempertahankan ruang hidupnya.

Tren yang Abadi

Dua abad lebih kota ini berdiri, jadi tumpuan hajat hidup banyak orang. Lokal maupun global, mencari foto dan sensasi ataupun sesuap nasi. Lekas sembuhlah, sebab kolonialisme tak hengkang hanya dari pelucutan senjata.

Ia juga mencangkup cara pikir dan cara mengelola kota. Uga bandung heurin ku tangtung, semoga bukan hanya gedung tapi prinsip kota yang berdikari.

Jadi masihkah relevan tren “Kenapa Bandung?”. Tentu harus terus jadi pertanyaan yang abadi sepanjang belum tuntas menjawab, apa karena ada Jalan Braga, Dago, dan Gedung Sate yang vibes-nya bikin vintage kekinian? Atau karena ada Bandung Lautan Api 1946 ketika warga bakar kotanya sendiri biar enggak jatuh ke tangan Belanda lagi? (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Arfi Pandu Dinata
Menulis tentang agama, budaya, dan kehidupan orang Sunda
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 11 Des 2025, 20:00 WIB

Emas dari Bulu Tangkis Beregu Putra Sea Games 2025, Bungkam Kesombongan Malaysia

Alwi Farhan dkk. berhasil membungkam “kesombongan” Tim Malaysia dengan angka 3-0.
Alwi Farhan dkk. berhasil membungkam “kesombongan” Tim Malaysia dengan angka 3-0. (Sumber: Dok. PBSI)
Beranda 11 Des 2025, 18:37 WIB

Media Ditantang Lebih Berpihak pada Rakyat: Tanggapan Aktivis Atas Hasil Riset CMCI Unpad

Di tengah situasi dinamika sosial-politik, ia menilai media memegang peran penting untuk menguatkan suara warga,baik yang berada di ruang besar maupun komunitas kecil yang jarang mendapat sorotan.
Ayang dari Dago Melawan menanggapi hasil riset CMCI Unpad bersama peneliti Detta Rahmawan dan moderator Preciosa Alnashava Janitra. (Sumber: CMCI Unpad)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 18:01 WIB

Nelangsa Bojongsoang Setiap Musim Hujan: Siapa Harus Bertanggung Jawab?

Banjir yang melanda Bojongsoang memicu kemacetan lalu lintas yang kian menggila. Lalu, pihak mana yang semestinya memikul tanggung jawab?
Kemacetan lalu lintas terjadi di Bojongsoang akibat banjir (04/12/2025). (Sumber: Khalidullah As Syauqi)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 17:23 WIB

Hidup Lebih Bersih, Sungai Lebih Bernyawa

Kegiatan ini mengangkat isu berapa pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan sungai agar terhindar dari bencana alam serta penyakit.
Mahasiswa Universitas Sunan Gunung Djati Bandung anggota Komunitas River Cleanup. (Foto: Rizki Hidayat)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 16:57 WIB

Sistem Pengelolaan Limbah di Bandung yang Berantakan: Sebaiknya Prioritaskan Langkah Inovatif Sungguhan

Sistem pengelolaan limbah di Bandung yang Berantakan, saran saya sebagai warga Bandung untuk M. Farhan prioritaskan langkah inovatif sungguhan.
Sistem pengelolaan limbah di Bandung yang Berantakan, saran saya sebagai warga Bandung untuk M. Farhan prioritaskan langkah inovatif sungguhan.
Ayo Netizen 11 Des 2025, 16:32 WIB

Masyarakat Kota Bandung Berharap Wali Kota Tindak Tegas Penanganan Kasus Begal

Maraknya tindak kriminalitas seperti begal di Kota Bandung meningkatkan keresahan warga untuk beaktivitas di luar.
Suasana jalan yang sepi pada malam hari di daerah Jalan Inhoftank, Kota Bandung. (Sumber: Nayla Aurelia) (Foto: Nayla Aurelia)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 16:13 WIB

Gunung Api Palasari Purba

Adanya lava, batuan beku yang berasal dari letusan efusif Gunung Palasari Purba, meninggalkan jejak letusan yang sangat megah dan mengagumkan.
Lava raksasa kawasan Cibanteng – Panyandaan, Desa Mandalamekar, Kecamatan Cimenya. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Taufanny Nugraha)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 15:39 WIB

Pengunjung Mengeluhkan Teras Cihampelas yang Semakin Kumuh

Mulai dari lantai yang tak terawat, fasilitas rusak, hingga area Teras Cihampelas yang tampak sepi dan tidak terurus.
Suasana Teras Cihampelas Menampakan suasana kosong pada Senin (1/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Rafli Ashiddieq)
Ayo Jelajah 11 Des 2025, 15:36 WIB

Sejarah Kawasan Tamansari, Kampung Lama yang Tumbuh di Balik Taman Kolonial Bandung

Sejarah Tamansari Bandung sebagai kampung agraris yang tumbuh diam-diam di balik taman kolonial, dari desa adat hingga kampung kota padat.
Suasana pemukiman di kawasan Tamansari, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan al Faritsi)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 14:48 WIB

Mengeja Bandung Utama, Merawat Keragaman Agama

Menjaga dan memperkuat “benih-benih toleransi” baik melalui edukasi, kebijakan yang inklusif, maupun upaya nyata di tingkat komunitas, pemerintah.
Gang Ruhana, Kelurahan Paledang, berdiri Kampung Toleransi, ikon wisata religi yang diresmikan Pemerintah Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 13:37 WIB

Ini Titik-Titik Kemacetan di Kota Bandung menurut Wali Kota Farhan: Mana Tata Kelolanya?

Bandung didapuk sebagai “Kota Nomor 1 Termacet di Indonesia 2024” oleh TomTom Traffic Index.
Kemacetan di Jalan Dr. Djundjunan, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 12:30 WIB

Saparua Ramai tapi Minim Penataan: Wali Kota Bandung Diharap Lebih Peduli

Taman Saparua selalu ramai, namun penataan dan fasilitasnya masih kurang memadai.
Track lari Saparua yang tampak teduh dari samping namun area sekitarnya masih perlu perbaikan dan penataan. Jumat siang, 28 November 2025. (Sumber: Dokumentasi penulis | Foto: Najmi Zahra A)
Ayo Jelajah 11 Des 2025, 11:01 WIB

Gunung Tangkubanparahu, Ikon Wisata Bandung Sejak Zaman Kolonial

Sejarah Tangkubanparahu sebagai destinasi klasik Bandung sejak masa kolonial, lengkap dengan rujukan Gids Bandoeng dan kisah perjalanan para pelancong Eropa.
Gunung Tangkubanparahu tahun 1910-an. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 10:48 WIB

Kenyaman Wisata Bandung Terancam oleh Pengamen Agresif

Warga mendesak Wali Kota M. Farhan bertindak tegas dan memberi solusi agar kota kembali aman dan nyaman.
Keramaian di kawasan wisata malam Bandung memperlihatkan interaksi tidak nyaman antara pengunjung dan pengamen memaksa, 02/12/2025. (Foto: Hakim)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 10:25 WIB

Kenyamanan Taman Badak di Bandung Masih Menyisakan Kritikan

Taman Badak yang berpusat di tengah-tengah kota Bandung adalah salah satu tempat favorit di kalangan pengunjung.
Taman Badak Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat 28 November 2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Wan Maulida Kusuma Syazci)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 10:03 WIB

Lumpia Basah Katadji, Nikmatnya Sampai Suapan Terakhir

Kuliner viral di Banjaran, Kabupaten Bandung, yakni Lumpia Basah Katadji.
Seporsi lumpia basah katadji dengan bumbu dan topping yang melimpah. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Tantia Nurwina)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 09:32 WIB

Mengapa Summarecon Bandung Kini Ramai Dijadikan Tempat Olahraga Warga?

Summarecon Bandung kini ramai dijadikan tempat olahraga warga, khususnya pada pagi dan sore hari.
Aktivitas olahraga di kawasan Summarecon Bandung terlihat meningkat terutama pada akhir pekan. (Dokumentasi Penulis)
Beranda 11 Des 2025, 05:16 WIB

Generation Girl Bandung Kikis Kesenjangan Gender di Bidang Teknologi

Mematahkan anggapan bahwa belajar STEM itu sulit. Selain itu, anggapan perempuan hanya bisa mengeksplorasi bidang non-tech adalah keliru.
Exploring Healthy Innovation at Nutrihub, salah satu aktivitas dari Generation Girl Bandung. (Sumber: Generation Girl Bandung)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 21:09 WIB

Minat Baca Warga Bandung Masih Rendah meski Fasilitas Mencukupi, Catatan untuk Wali Kota

Menyoroti masalah rendahnya minat baca di Bandung meski fasilitas memadai.
Sebuah Street Library tampak lengang dengan buku-buku yang mulai berdebu di samping Gedung Merdeka, Jalan Asia-Afrika, Bandung, Jumat (05/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Adellia Ramadhani)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 20:16 WIB

Bubur Mang Amir, Bubur Ayam Termurah se-Dunia Seporsi Cuma Rp5.000

Pengakuan Mang Amir, ia sudah berjualan bubur ayama selama 25 tahun.
Pengakuan Mang Amir, penjual bubur seporsi Rp5.000, ia sudah berjualan bubur ayama selama 25 tahun. (Sumber: Dokumentasi Penulis)