Samping Kebat Membalut Alegori Makna Agama

Arfi Pandu Dinata
Ditulis oleh Arfi Pandu Dinata diterbitkan Senin 01 Sep 2025, 11:58 WIB
Ilustrasi pembuatan samping kebat. (Sumber: Pexels/Noel Snpr)

Ilustrasi pembuatan samping kebat. (Sumber: Pexels/Noel Snpr)

Corak batiknya bermacam-macam, hewan atau tanaman. Ada juga garis, lingkar spiral, maupun percik berwarna-warni. Barang ini menjadi hadiah pertama kami, sejenak setelah lahir tubuh mungil yang dibedong dengannya.

Bahannya tidak begitu tebal, kalau basah mudah kering cukup diangin-angin saja. Kelak saat mati datang, kain yang sama menutupi tubuh kami lagi untuk diguyur air pemandian yang berkembang rupa-rupa. Setelah itu kami ditutupi lagi kebat yang bersih, dihampiri tetangga yang berbela sungkawa.

Kebat dalam bahasa ibu kami berarti terus atau langsung. Sebuah harapan dari kosmologi Sunda agar kami meneratas laju perjalanan ke kelanggengan tanpa tantangan penghalang. Ia adalah wujud nyata dari gagasan tentang misteri agung.

Teka-teki yang kadang sangat jauh dan abstrak, tapi kerap mendadak turun mendekat membuat suasana kalut, takjub, dan takut.

Sekalipun ia berbicara tentang lahir dan mati, kebat berada di dunia manusia yang punya banyak fungsi praktis. Dalam keseharian warga, kain ini bisa untuk menggendong anak sampai mengelap gumohnya. Kainnya sangat pantas dipakai sebagai busana dalam upacara persembahyangan dalam tradisi agama apapun.

Terhormat baik bagi perempuan maupun laki-laki. Kebat yang panjangnya dua meteran itu bisa menjadi pengganti dadakan untuk selimut atau handuk. Dipakai yang sakit dan yang sehat, dibuntel acak maupun dilipat rapi. Kebat, membuat kami merasa punya segalanya.

Agama seperti Samping Kebat

Ada sesuatu yang serupa dengannya. Ialah agama yang telah banyak berbuat bagi dunia, menggugah dan mengubahkan kita. Suka tidak suka, sebagian dari dunia adalah buah-buahnya. Seperti kebat, digadang-gadang barang lama tetapi tetap akrab dan terus relevan dengan keseharian.

Agama adalah cerminan kehidupan manusia, yang kompleks dan mempesona. Agama telah menjadi salah satu tanda tanya terbesar manusia yang merindu pada kepastian yang sejati.

Di kolong langit ini, setidaknya sepanjang menjadi manusia, kita sudah beberapa kali terkesima dengan berbagai kejadian baik yang terpola maupun yang ganjil. Kita mencoba mencari penjelasan yang bernalar, nyaman, dan syahdu.

Dengan narasi agama, kita menjadi lebih terbiasa menjalani hidup, menerangkan alasan keberadaan kita. Kita pun menjadi pribadi yang lebih tekun mempelajari arti penting dari pengalaman akan percaya pada sesuatu dan melakukan gerak-gerik peribadatan. Sekarang kita baru tersadar bahwa menjawab kehidupan tidak kalah memusingkan dengan soal kematian.

Dalam agama, manusia menunjukkan tingkah laku yang unik mulai mengundi keberuntungan dengan ramalan, bergantung harapan kepada para dewa melalui bunga, menyerap energi kosmik lewat kultivasi diri, mematuhi hukum Tuhan dengan rajin doa, hingga mencapai kesadaran tertinggi dengan bermeditasi.

Tentunya hal seperti ini membutuhkan kesadaran tingkat tinggi. Manusia mengerahkan seluruh potensi dirinya untuk membayangkan dunia yang lebih besar dari sekadar pencerapan inderawi. Dan kitalah si manusia itu yang mampu menemukan cerita yang tersembunyi. Soal kisah dan waktu, ada dan makna, struktur dan unsur, visi dan fungsi, serta kuasa dan estetika.   

Agama seperti pusat kota yang ramai. Di sana ada pengadilan dan kantor polisi, klinik apotek yang buka 24 jam, laboratorium canggih, museum tua, taman bermain, jalan-jalan pameran seni, kampus ternama, dan termasuk tempat sampah diolah. Kita bisa menemukan banyak hal.

Tapi setiap agama punya pusat kotanya masing-masing. Boleh jadi sebuah pasar tradisional menjadi fokus bagi satu agama, sedangkan bandara lebih menarik bagi agama lainnya. Tidak ada rancangan khusus untuk tata kota bagi wilayah yang bernama agama. Replikasi mungkin saja terjadi bagi kota-kota lain, bahkan membuat kawasan metropolitan.

Menerima Warisan yang Kaya

Ilustrasi samping kebat. (Sumber: Unsplash/Iniizah)
Ilustrasi samping kebat. (Sumber: Unsplash/Iniizah)

Kita menerima gagasan soal pentingnya berkesadaran melalui praktik meditasi untuk mengurangi kecemasaan. Kemampuan kita menerima keadaan sekarang dan di sini yang tidak kekal itu (annica), telah diajarkan Sang Buddha lima abad Sebelum Masehi.

Nah, masehi sendiri adalah warisan Kekristenan yang sudah jelas sekali menjadikan kehidupan Kristus sebagai patokan waktu. Cara memahami waktu yang linear ini, yang kita persepsikan garis lurus masa lalu, sekarang, dan masa depan, merupakan hadiah dari Yahudi memaknai sejarah, sebagaimana kitab Tanakh tersusun indah.

Asia Timur yang kita kenal mementingkan harmoni sosial khususnya melalui bakti terhadap orang tua, mencerminkan ajaran Konfusianisme. Termasuk pandangan yang memprioritaskan pendidikan dan relasi antar-manusia sebagai inti dari kehidupan.

Ide soal kehendak bebas dan bingkai film kepahlawanan di antara perjuangan kebaikan dan kejahatan, adalah pandangan Zoroaster. Sedangkan gaya hidup veganisme berdetak kuat pada jantung ahimsa Jainisme. Pun penghindaran pada konsumerisme. Ini semua kita telah terima juga menjadi bagian dari nadi hari-hari kita.

Jadi bagaimana mungkin kita menyangkal bahwa agama telah membentuk kemanusiaan kita? Sejauh apapun arus yang menyeret manusia kiwari berada, ia tetap tersimpan dalam memori kita. Agama memang berkesan, memberi banyak kenang-kenangan.

Ada Kemiripan

Di luar sana banyak yang punya pola mirip agama. Misalnya praktik sihir atau spiritualitas, mungkin punya ritual, simbol, dan keyakinan yang membuat orang merasa terkoneksi dengan sesuatu yang lebih besar.

Ideologi politik juga begitu. Sosialisme atau kapitalisme sering diperlakukan seperti agama lengkap dengan “kitab suci”, dogma, dan tokoh yang dianggap tak bisa salah.

Baca Juga: Keunikan Sunda: Agama Bisa Apa Saja, Pola Pikirnya Tetap Kirata Basa

Hal yang sama juga terlihat pada nasionalisme. Rasa cinta tanah air bisa menjelma semacam iman dalam politik, seperti di Korea Utara atau narasi Amerika sebagai bangsa pilihan. Belum lagi sakralnya upacara dan lambang negara. Sains pun kadang diperlakukan begitu.

Dari yang awalnya disiplin ilmu bisa berubah menjadi keyakinan bahwa dirinya punya jawaban mutlak untuk semua hal. Tapi semua itu bukanlah agama, lalu apa itu agama? (*)

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Arfi Pandu Dinata
Menulis tentang agama, budaya, dan kehidupan orang Sunda
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 11 Des 2025, 20:00 WIB

Emas dari Bulu Tangkis Beregu Putra Sea Games 2025, Bungkam Kesombongan Malaysia

Alwi Farhan dkk. berhasil membungkam “kesombongan” Tim Malaysia dengan angka 3-0.
Alwi Farhan dkk. berhasil membungkam “kesombongan” Tim Malaysia dengan angka 3-0. (Sumber: Dok. PBSI)
Beranda 11 Des 2025, 18:37 WIB

Media Ditantang Lebih Berpihak pada Rakyat: Tanggapan Aktivis Atas Hasil Riset CMCI Unpad

Di tengah situasi dinamika sosial-politik, ia menilai media memegang peran penting untuk menguatkan suara warga,baik yang berada di ruang besar maupun komunitas kecil yang jarang mendapat sorotan.
Ayang dari Dago Melawan menanggapi hasil riset CMCI Unpad bersama peneliti Detta Rahmawan dan moderator Preciosa Alnashava Janitra. (Sumber: CMCI Unpad)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 18:01 WIB

Nelangsa Bojongsoang Setiap Musim Hujan: Siapa Harus Bertanggung Jawab?

Banjir yang melanda Bojongsoang memicu kemacetan lalu lintas yang kian menggila. Lalu, pihak mana yang semestinya memikul tanggung jawab?
Kemacetan lalu lintas terjadi di Bojongsoang akibat banjir (04/12/2025). (Sumber: Khalidullah As Syauqi)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 17:23 WIB

Hidup Lebih Bersih, Sungai Lebih Bernyawa

Kegiatan ini mengangkat isu berapa pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan sungai agar terhindar dari bencana alam serta penyakit.
Mahasiswa Universitas Sunan Gunung Djati Bandung anggota Komunitas River Cleanup. (Foto: Rizki Hidayat)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 16:57 WIB

Sistem Pengelolaan Limbah di Bandung yang Berantakan: Sebaiknya Prioritaskan Langkah Inovatif Sungguhan

Sistem pengelolaan limbah di Bandung yang Berantakan, saran saya sebagai warga Bandung untuk M. Farhan prioritaskan langkah inovatif sungguhan.
Sistem pengelolaan limbah di Bandung yang Berantakan, saran saya sebagai warga Bandung untuk M. Farhan prioritaskan langkah inovatif sungguhan.
Ayo Netizen 11 Des 2025, 16:32 WIB

Masyarakat Kota Bandung Berharap Wali Kota Tindak Tegas Penanganan Kasus Begal

Maraknya tindak kriminalitas seperti begal di Kota Bandung meningkatkan keresahan warga untuk beaktivitas di luar.
Suasana jalan yang sepi pada malam hari di daerah Jalan Inhoftank, Kota Bandung. (Sumber: Nayla Aurelia) (Foto: Nayla Aurelia)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 16:13 WIB

Gunung Api Palasari Purba

Adanya lava, batuan beku yang berasal dari letusan efusif Gunung Palasari Purba, meninggalkan jejak letusan yang sangat megah dan mengagumkan.
Lava raksasa kawasan Cibanteng – Panyandaan, Desa Mandalamekar, Kecamatan Cimenya. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Taufanny Nugraha)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 15:39 WIB

Pengunjung Mengeluhkan Teras Cihampelas yang Semakin Kumuh

Mulai dari lantai yang tak terawat, fasilitas rusak, hingga area Teras Cihampelas yang tampak sepi dan tidak terurus.
Suasana Teras Cihampelas Menampakan suasana kosong pada Senin (1/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Rafli Ashiddieq)
Ayo Jelajah 11 Des 2025, 15:36 WIB

Sejarah Kawasan Tamansari, Kampung Lama yang Tumbuh di Balik Taman Kolonial Bandung

Sejarah Tamansari Bandung sebagai kampung agraris yang tumbuh diam-diam di balik taman kolonial, dari desa adat hingga kampung kota padat.
Suasana pemukiman di kawasan Tamansari, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan al Faritsi)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 14:48 WIB

Mengeja Bandung Utama, Merawat Keragaman Agama

Menjaga dan memperkuat “benih-benih toleransi” baik melalui edukasi, kebijakan yang inklusif, maupun upaya nyata di tingkat komunitas, pemerintah.
Gang Ruhana, Kelurahan Paledang, berdiri Kampung Toleransi, ikon wisata religi yang diresmikan Pemerintah Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 13:37 WIB

Ini Titik-Titik Kemacetan di Kota Bandung menurut Wali Kota Farhan: Mana Tata Kelolanya?

Bandung didapuk sebagai “Kota Nomor 1 Termacet di Indonesia 2024” oleh TomTom Traffic Index.
Kemacetan di Jalan Dr. Djundjunan, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 12:30 WIB

Saparua Ramai tapi Minim Penataan: Wali Kota Bandung Diharap Lebih Peduli

Taman Saparua selalu ramai, namun penataan dan fasilitasnya masih kurang memadai.
Track lari Saparua yang tampak teduh dari samping namun area sekitarnya masih perlu perbaikan dan penataan. Jumat siang, 28 November 2025. (Sumber: Dokumentasi penulis | Foto: Najmi Zahra A)
Ayo Jelajah 11 Des 2025, 11:01 WIB

Gunung Tangkubanparahu, Ikon Wisata Bandung Sejak Zaman Kolonial

Sejarah Tangkubanparahu sebagai destinasi klasik Bandung sejak masa kolonial, lengkap dengan rujukan Gids Bandoeng dan kisah perjalanan para pelancong Eropa.
Gunung Tangkubanparahu tahun 1910-an. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 10:48 WIB

Kenyaman Wisata Bandung Terancam oleh Pengamen Agresif

Warga mendesak Wali Kota M. Farhan bertindak tegas dan memberi solusi agar kota kembali aman dan nyaman.
Keramaian di kawasan wisata malam Bandung memperlihatkan interaksi tidak nyaman antara pengunjung dan pengamen memaksa, 02/12/2025. (Foto: Hakim)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 10:25 WIB

Kenyamanan Taman Badak di Bandung Masih Menyisakan Kritikan

Taman Badak yang berpusat di tengah-tengah kota Bandung adalah salah satu tempat favorit di kalangan pengunjung.
Taman Badak Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat 28 November 2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Wan Maulida Kusuma Syazci)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 10:03 WIB

Lumpia Basah Katadji, Nikmatnya Sampai Suapan Terakhir

Kuliner viral di Banjaran, Kabupaten Bandung, yakni Lumpia Basah Katadji.
Seporsi lumpia basah katadji dengan bumbu dan topping yang melimpah. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Tantia Nurwina)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 09:32 WIB

Mengapa Summarecon Bandung Kini Ramai Dijadikan Tempat Olahraga Warga?

Summarecon Bandung kini ramai dijadikan tempat olahraga warga, khususnya pada pagi dan sore hari.
Aktivitas olahraga di kawasan Summarecon Bandung terlihat meningkat terutama pada akhir pekan. (Dokumentasi Penulis)
Beranda 11 Des 2025, 05:16 WIB

Generation Girl Bandung Kikis Kesenjangan Gender di Bidang Teknologi

Mematahkan anggapan bahwa belajar STEM itu sulit. Selain itu, anggapan perempuan hanya bisa mengeksplorasi bidang non-tech adalah keliru.
Exploring Healthy Innovation at Nutrihub, salah satu aktivitas dari Generation Girl Bandung. (Sumber: Generation Girl Bandung)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 21:09 WIB

Minat Baca Warga Bandung Masih Rendah meski Fasilitas Mencukupi, Catatan untuk Wali Kota

Menyoroti masalah rendahnya minat baca di Bandung meski fasilitas memadai.
Sebuah Street Library tampak lengang dengan buku-buku yang mulai berdebu di samping Gedung Merdeka, Jalan Asia-Afrika, Bandung, Jumat (05/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Adellia Ramadhani)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 20:16 WIB

Bubur Mang Amir, Bubur Ayam Termurah se-Dunia Seporsi Cuma Rp5.000

Pengakuan Mang Amir, ia sudah berjualan bubur ayama selama 25 tahun.
Pengakuan Mang Amir, penjual bubur seporsi Rp5.000, ia sudah berjualan bubur ayama selama 25 tahun. (Sumber: Dokumentasi Penulis)