Bandung Bukan Milik Segelintir: BBFT dan Perjuangan Ruang yang Setara

Eneng Reni Nuraisyah Jamil
Ditulis oleh Eneng Reni Nuraisyah Jamil diterbitkan Selasa 16 Sep 2025, 18:51 WIB
BBFT ingin masyarakat melihat langsung bahwa difabel bukan kelompok yang terpisah. Mereka ada, dan mereka ingin dilibatkan. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)

BBFT ingin masyarakat melihat langsung bahwa difabel bukan kelompok yang terpisah. Mereka ada, dan mereka ingin dilibatkan. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)

AYOBANDUNG.ID -- Bukan fasilitas megah atau kebijakan pemerintah yang pertama kali menggerakkan Bandung Barrier Free Tourism (BBFT). Melainkan rasa lelah dan frustrasi yang dirasakan para penyandang disabilitas ketika ruang publik seolah berkata: “Tempat ini bukan untukmu.”

BBFT lahir dari pengalaman nyata, dari kursi roda yang tak bisa naik trotoar, dari mata yang tak menemukan jalur pemandu, dari tubuh yang harus berjuang ekstra hanya untuk menikmati taman kota. Komunitas ini bukan sekadar wadah, tapi bentuk perlawanan terhadap sistem yang belum sepenuhnya mengakomodasi.

“Tujuan utama dari kehadiran komunitas ini untuk mengajak kaum difabel dapat menikmati haknya berekreasi. Terutama ke berbagai tempat yang biasanya mereka susah untuk kunjungi,” ujar Jiwa K. Barna, salah satu penggagas BBFT saat ditemui Ayobandung.

Alih-alih menunggu perubahan dari atas, BBFT memilih bergerak dari bawah. Mereka menggelar kegiatan wisata inklusif, mengajak volunteer lintas profesi, dan membuka ruang belajar bersama tentang aksesibilitas. Setiap langkah mereka adalah pesan bahwa difabel berhak hadir dan menikmati kota.

“Volunter juga bisa belajar gimana caranya menghandle, mengangkat kursi roda, menuntun tuna netra. Yang penting mereka bisa sama-sama melihat dan belajar bagaimana kesusahan dari para difabel ini untuk mengakses fasilitas itu,” jelas Jiwa.

Kegiatan BBFT selalu digelar di ruang publik yang ramai. Bukan tanpa alasan, mereka ingin masyarakat melihat langsung bahwa difabel bukan kelompok yang terpisah. Mereka ada, dan mereka ingin dilibatkan.

Namun, tantangan tak sedikit. Jiwa menyebutkan bahwa dibandingkan negara maju, Indonesia masih jauh tertinggal dalam hal fasilitas ramah difabel. Bahkan untuk menyebrang jalan pun, penyandang disabilitas harus berjuang keras.

“Boro-boro ramah untuk difabel, menyebrang jalan aja ibaratnya mereka (difabel) harus susah payah dulu,” ungkap Jiwa.

Bandung, kota yang dikenal dengan taman-taman tematiknya, belum sepenuhnya bisa diakses oleh semua kalangan. BBFT pernah mencoba mengunjungi Taman Film, namun akses yang tidak memadai membuat mereka terpaksa membatalkan kegiatan.

“Contohnya untuk rekreasi ke Taman Film saja, kami sampai tidak bisa sampai di sana karena akses bagi difabel semisal untuk pengguna kursi roda atau tuna netra itu amat susah dan membahayakan,” beber Jiwa.

BBFT ingin masyarakat melihat langsung bahwa difabel bukan kelompok yang terpisah. Mereka ada, dan mereka ingin dilibatkan. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
BBFT ingin masyarakat melihat langsung bahwa difabel bukan kelompok yang terpisah. Mereka ada, dan mereka ingin dilibatkan. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)

Lebih dari sekadar rekreasi, BBFT juga menyoroti kesulitan difabel dalam menjalani aktivitas harian. Mulai dari membeli makanan hingga mengakses layanan dasar, semuanya masih penuh tantangan.

“Jadi jangankan untuk hak rekreasi. Mendapatkan kemudahan dalam melakukan aktivitas harian saja masih jauh dari ramah dan belum mengakomodir,” ujarnya.

Namun BBFT tak berhenti. Mereka terus menggelar kegiatan, membangun jejaring, dan menyuarakan hak-hak difabel. Komunitas ini menjadi ruang aman sekaligus ruang perjuangan yang konsisten.

Di dalam BBFT, para anggotanya saling menguatkan. Mereka berbagi pengalaman, strategi bertahan, dan harapan akan kota yang lebih inklusif. Solidaritas menjadi bahan bakar utama komunitas ini.

Setiap kegiatan BBFT bukan hanya tentang jalan-jalan, tetapi tentang membangun narasi baru bahwa difabel bukan objek belas kasihan, melainkan subjek yang aktif dan berdaya.

Dengan semangat inklusivitas, BBFT terus melangkah. Mereka menolak invisibilitas sosial dan memilih untuk hadir dengan cara yang bermakna. Kota mungkin belum sepenuhnya siap, tapi BBFT sudah lebih dulu membuka jalan.

Namun perjuangan BBFT tak berhenti di ruang publik. Di balik setiap kegiatan wisata inklusif, tersimpan semangat yang lebih besar, yakni membangun kemandirian dan keberlanjutan hidup bagi para penyandang disabilitas. Rekreasi bukan hanya soal bersenang-senang, tetapi juga membuka ruang untuk berkarya, berjejaring, dan menunjukkan potensi yang selama ini terpinggirkan.

Banyak anggota BBFT yang mulai menyalurkan kreativitas mereka ke dalam bentuk produk, mulai dari kerajinan tangan, karya seni, hingga kuliner khas yang dikemas dengan nilai inklusif. Komunitas ini menjadi ekosistem yang mendukung teman-teman difabel untuk tidak hanya hadir di ruang publik, tetapi juga di ruang ekonomi.

Dengan dukungan relawan dan jejaring komunitas, BBFT mulai merintis model bisnis sosial yang berbasis karya kreatif. Produk-produk yang dihasilkan bukan sekadar barang, tetapi cerita tentang ketekunan, adaptasi, dan harapan. Setiap karya menjadi bukti bahwa keterbatasan fisik tidak membatasi daya cipta.

Jiwa menyebutkan bahwa BBFT ingin menjadi jembatan antara masyarakat dan karya teman-teman difabel. Bukan sebagai objek belas kasihan, tetapi sebagai pelaku ekonomi yang punya nilai dan daya saing. “Kami ingin masyarakat melihat bahwa teman-teman difabel juga bisa berkarya, bisa mandiri, dan punya kontribusi nyata,” ujarnya.

Langkah ini menjadi bagian dari visi jangka panjang BBFT, membangun Bandung yang bukan hanya ramah secara fisik, tetapi juga secara sosial dan ekonomi. Kota yang memberi ruang bagi semua warganya untuk tumbuh, berkreasi, dan dihargai.

“Yang penting mereka bisa sama-sama melihat dan belajar bagaimana kesusahan dan perjuangan dari para difabel,” pungkas Jiwa.

Alternatif produk kreatif karya teman difabel atau UMKM serupa:

https://s.shopee.co.id/7pjtoA3yEh

https://s.shopee.co.id/8pcR02UI7P

https://s.shopee.co.id/5ffPEEowqt

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 02 Nov 2025, 20:37 WIB

Mengapa Tidur Cukup Sangat Penting? Begini Cara Mencapainya

Sering begadang? Hati-hati, kurang tidur bisa merusak kesehatan tubuh dan pikiranmu!
Ilustrasi tidur. (Sumber: Pexels/cottonbro studio)
Ayo Netizen 02 Nov 2025, 17:53 WIB

Inspirasi Sosok yang Teguh Mengabdi di Cipadung Wetan

Sosok lurah di Cipadung Wetan yang memiliki dedikasi tinggi untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.
Lurah Cipadung Wetan, Bapak Tarsujono S. Sos, M,. M,. (Sumber: Mila Aulia / dok. pribadi | Foto: Mila Aulia)
Ayo Netizen 02 Nov 2025, 15:14 WIB

Peran Orang Tua di Tengah Tantangan Pendidikan Modern

Perkembangan teknologi dan perubahan gaya belajar membuat pendidikan modern tidak lagi sama seperti dulu.
Orang tua dan anaknya. (Sumber: Pexels/Lgh_9)
Ayo Netizen 02 Nov 2025, 14:01 WIB

Ketika Kampus Tak Lagi Aman: Belajar dari Kasus Timothy Anugerah di Universitas Udayana

Kasus meninggalnya Timothy Anugerah Saputra, mahasiswa Universitas Udayana, membuka mata kita tentang bahaya perundungan di lingkungan kampus.
Korban perundungan, Timothy Anugerah. (Tiktok/apaajaboleh2012)
Ayo Netizen 02 Nov 2025, 12:29 WIB

Bermain dengan Sabar, Reza Gebuk 2 Ganda Malaysia, BL Negeri Jiran Marah!

Ini adalah kemenangan ketiga Sabar/Reza dari pasangan Malaysia itu dalam empat pertemuan.
Sabar Karyaman Gutama dan Mohammad Reza Pahlevi Isfahani. (Sumber: Dok. PBSI)
Ayo Jelajah 02 Nov 2025, 11:00 WIB

Hikayat Kasus Penganiayaan Brutal IPDN Jatinangor, Tumbangnya Raga Praja di Tangan Senior Jahanam

Tradisi koreksi berubah jadi ritual kekerasan mematikan. Kasus Cliff Muntu membongkar budaya militeristik yang mengakar di IPDN.
Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Jatinangor, mengikuti Upacara Penutupan Praktik Lapangan I di Lapang Upakarti Soreang, Selasa (13/8/2019). (Sumber: Humas Pemkab Bandung)
Ayo Netizen 02 Nov 2025, 10:05 WIB

Tempat Nongkrong Favorit Mahasiswa Bandung dengan Konsep Otomotif Unik

Ice Cream Service Autoshop & Dine menghadirkan pengalaman kuliner unik di Bandung dengan konsep otomotif yang menarik perhatian.
Ice Cream Service Autoshop & Dine (Foto: Ramzy Ahmad)
Ayo Netizen 02 Nov 2025, 07:30 WIB

Tips Aman Berselancar Internet: Hindari Jebakan Phishing dan Penipuan Online

Waspadai jebakan di dunia maya! Temukan cara mengenali tautan palsu, pesan penipuan, dan trik phishing yang sering menjerat.
Waspada terhadap phishing dan penipuan online. (Sumber: Pexels/Markus Winkle)
Ayo Netizen 02 Nov 2025, 05:42 WIB

Menggenggam Asa Hafalan, Sang Penghidup Tradisi Tahfiz MTs Kifayatul Achyar

Kisah inspiratif Sholihin, pembina tahfiz yang berhasil menghidupkan kembali program hafalan para siswa di MTs Kifayatul Achyar.
Sosok Sholihin yang giat membina tahfiz siswa/i MTs Kifayatul Achyar (Foto: Nabella Putri Sanrissa)
Ayo Biz 01 Nov 2025, 15:18 WIB

Transformasi Pusat Perbelanjaan Bandung, Menjawab Tantangan Ritel dengan Inovasi dan Koneksi Sosial

Perubahan perilaku konsumen, menuntut mal yang dulunya menjadi destinasi utama kini harus bersaing dengan kenyamanan belanja daring dan tuntutan pengalaman lebih personal.
Perubahan perilaku konsumen, menuntut mal yang dulunya menjadi destinasi utama kini harus bersaing dengan kenyamanan belanja daring dan tuntutan pengalaman lebih personal. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 01 Nov 2025, 14:22 WIB

Membentuk Karakter Gen Z di Era Digital: Antara Teknologi, Kreativitas, dan Tantangan Edukasi

Lahir dalam era konektivitas tinggi, Gen Z tumbuh bersama internet, media sosial, dan perangkat pintar yang menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian.
Lahir dalam era konektivitas tinggi, Gen Z tumbuh bersama internet, media sosial, dan perangkat pintar yang menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 01 Nov 2025, 12:51 WIB

Menanam Masa Depan, Mustika Arsri dan Revolusi Teknologi di Ladang Petani Muda

Habibi Garden lahir dari visi besar untuk membangkitkan semangat petani muda dan mendorong regenerasi tenaga kerja di sektor agrikultur.
Habibi Garden lahir dari visi besar untuk membangkitkan semangat petani muda dan mendorong regenerasi tenaga kerja di sektor agrikultur. (Sumber: dok Habibi Garden)
Ayo Jelajah 31 Okt 2025, 21:42 WIB

Hikayat Skandal Kavling Gate, Korupsi Uang Kadeudeuh yang Guncang DPRD Jawa Barat

Saat uang kadeudeuh jadi bencana politik. Skandal Kavling Gate membuka borok korupsi berjamaah di DPRD Jawa Barat awal 2000-an.
Gedung DPRD Jawa Barat.
Ayo Netizen 31 Okt 2025, 20:26 WIB

Berkunjung ke Perpustakaan Jusuf Kalla di Kota Depok

Perpustakaan Jusuf Kalla bisa menjadi alternatif bagi wargi Bandung yang sedang berkunjung ke luar kota.
Perpustakaan Jusuf Kalla di Kawasan Universitas Islam Internasional Indonesia Kota Depok (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Beranda 31 Okt 2025, 19:03 WIB

Energi Selamatkan Nyawa: Gas Alam Pertamina Terangi Rumah Sakit di Hiruk Pikuk Kota

PGN sebagai subholding gas Pertamina terus memperluas pemanfaatan gas bumi melalui berbagai inovasi, salah satunya skema beyond pipeline menggunakan CNG.
Instalasi Gizi RSUP Hasan Sadikin. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Gilang Fathu Romadhan)
Ayo Netizen 31 Okt 2025, 18:22 WIB

Gunung Puntang, Surga Sejuk di Bandung Selatan yang Sarat Cerita

Gunung Puntang menjadi salah satu destinasi wisata alam yang paling populer di Bandung Selatan.
Suasana senja di kawasan Gunung Puntang, Bandung Selatan. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Naila Salsa Bila)
Ayo Netizen 31 Okt 2025, 17:00 WIB

Kehangatan dalam Secangkir Cerita di Kedai Kopi Athar

Kedai Yang suka dikunjungi mahasiswa UIN SGD 2, tempat refresing otak sehabis belajar.
Kedai Kopi Athar, tempat refresing otak Mahasiswa UIN SGD kampus 2. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Fikri Syahrul Mubarok)
Ayo Netizen 31 Okt 2025, 16:17 WIB

Berhenti Jadi People Pleaser, Yuk Belajar Sayang sama Diri Sendiri!

Jika Anda hidup untuk menyenangkan orang lain, semua orang akan mencintai Anda, kecuali diri Anda sendiri. (Paulo Coelho)
Buku "Sayangi Dirimu, Berhentilah Menyenangkan Semua Orang" (Foto: Penulis)
Ayo Netizen 31 Okt 2025, 16:01 WIB

Santri Jangan Cuma Dirayakan, tapi Dihidupkan

Hari Santri bukan sekadar seremoni. Ia seharusnya menjadi momentum bagi para santri untuk kembali menyalakan ruh perjuangan.
Santri di Indonesia. (Sumber: Unsplash/ Muhammad Azzam)
Ayo Netizen 31 Okt 2025, 14:50 WIB

Sarapan, 'Ritual' yang Sering Terlupakan oleh Mahasiswa Kos

Sarapan yang sering terlupakan bagi anak kos, padahal penting banget buat energi dan fokus kuliah.
Bubur ayam sering jadi menu sarapan umum di Indonesia. (Sumber: Unsplash/ Zaky Hadi)