Jejak Sejarah Gempa Besar di Sesar Lembang, dari Zaman Es hingga Kerajaan Pajajaran

Hengky Sulaksono Fira Nursyabani
Ditulis oleh Hengky Sulaksono , Fira Nursyabani diterbitkan Senin 01 Sep 2025, 13:16 WIB
Ilustrasi gempa besar akibat Sesar Lembang di Bandung di abad ke-15.

Ilustrasi gempa besar akibat Sesar Lembang di Bandung di abad ke-15.

AYOBANDUNG.ID - Bandung Raya pernah bergetar hebat ratusan tahun silam, ketika bumi di utara kota itu terbelah. Sesar Lembang, patahan panjang yang membentang dari Padalarang di barat hingga Cimenyan di timur, adalah sumber guncangan itu. Namun selama berabad-abad terakhir, ia tampak tertidur. Keheningan panjang itulah yang membuat para ilmuwan tak pernah benar-benar tenang.

Hasil penelitian mengungkap Sesar Lembang di Bandung pernah memicu gempa besar berkekuatan sekitar 6,5 hingga 7 magnitudo. Temuan itu berdasarkan kajian paleoseismologi yang dilakukan melalui penggalian parit di kilometer 11,5 jalur sesar. Peneliti menemukan pergeseran tanah setinggi 40 sentimeter di lokasi tersebut, bukti adanya gempa kuat yang mengguncang wilayah itu di masa lalu.

Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Mudrik R. Daryono, menjelaskan bahwa gempa besar terakhir di Sesar Lembang diperkirakan terjadi pada abad ke-15. Selain itu, catatan geologi juga menemukan dua kejadian gempa besar lain: satu sekitar 60 tahun sebelum Masehi, dan satu lagi sekitar 19 ribu tahun lalu. Rangkaian temuan ini menunjukkan Sesar Lembang merupakan sesar aktif yang memiliki riwayat memicu gempa kuat secara berkala.

“Pergeseran setinggi 40 sentimeter di lokasi parit itu menunjukkan pernah ada gempa dengan magnitudo sekitar 6,5 sampai 7. Itu sesuai dengan panjang Sesar Lembang yang mencapai 29 kilometer dan memang berpotensi menghasilkan gempa sebesar itu,” kata Mudrik dalam keterangan resmi, belum lama ini.

Perhitungan siklus ulang gempa berdasarkan data tersebut berada di rentang 170 hingga 670 tahun. Jika mengacu pada rentang itu, secara teori periode gempa besar berikutnya bisa terjadi pada sekitar tahun 2170, namun waktunya tidak dapat diprediksi secara pasti.

Baca Juga: Sesar Baru di Sekitar Gunung Tangkubanparahu, Tambah Daftar Patahan Gempa Bandung Raya

Catatan sejarah dan uji paritan (trench) menunjukkan Sesar Lembang sudah mengguncang sejak ratusan hingga ribuan tahun lalu. Guncangan terakhir yang besar terjadi pada abad ke-15, sekitar tahun 1450 hingga 1510. Saat itu, tatar Sunda masih berada di bawah Kerajaan Pajajaran. Bandung belum ada sebagai kota; yang ada hanya hutan lebat, rawa, dan lembah sungai Citarum yang mengalir tenang. Di masa ketika dunia belum mengenal peta Jawa Barat seperti sekarang, bumi di wilayah ini tiba-tiba mengamuk. Pohon-pohon besar tumbang, tanah pecah, dan para penghuni perkampungan kecil kala itu lari ketakutan, tanpa memahami apa yang terjadi di bawah kaki mereka.

Lebih jauh ke belakang, lapisan tanah menyimpan memori yang lebih tua lagi. Ada jejak gempa yang diperkirakan terjadi sekitar 60 tahun sebelum Masehi, ketika kerajaan-kerajaan awal Nusantara baru terbentuk. Tak ada catatan manusia yang menceritakan guncangan itu, tapi tanah menjadi saksi bisu.

Dan di bawahnya lagi, peneliti menemukan bekas guncangan dari masa yang lebih purba: sekitar 19.620 hingga 19.140 tahun lalu, ketika sebagian besar bumi masih berada di akhir Zaman Es. Pada masa itu, bumi jauh lebih dingin, laut lebih rendah, dan lanskap Priangan lebih liar dari hari ini. Sesar Lembang sudah ada di sana, bekerja diam-diam, menyimpan energi yang hanya dilepaskan setiap ribuan tahun.

Kronologi panjang ini seolah menyiratkan bahwa Sesar Lembang terasa seperti makhluk purba yang sabar. Ia menunggu ratusan, bahkan ribuan tahun untuk melepaskan energi. Sejarah gempa yang tersembunyi di lapisan tanah adalah pengingat bahwa bumi punya cara sendiri untuk mencatat waktu—bukan dengan kalender, melainkan dengan patahan, pergeseran, dan tumpukan sedimen yang menceritakan kisah ribuan tahun lalu.

Patahan Kuno di Bawah Kota

Sesar Lembang berbaring di kaki Gunung Tangkubanparahu, mengiris daratan Bandung Raya dari Ngamprah di Bandung Barat hingga Cilengkrang di Bandung. Jika dilihat di peta geologi, ia adalah garis panjang yang memisahkan bentang alam pegunungan dengan dataran cekungan Bandung. Di atasnya, jalan-jalan berliku, permukiman padat, dan deretan vila berdiri, seolah tak menyadari apa yang ada di bawah tanah.

Kisah tentang Sesar Lembang bukan baru kemarin sore. Reinout Willem van Bemmelen, geolog Belanda yang menulis The Geology of Indonesia (1949), menyebut patahan ini terbentuk sekitar 100 ribu tahun lalu, bersamaan dengan pembentukan Kaldera Gunung Sunda purba. Jika benar, artinya ia lebih tua daripada sebagian besar bentang alam yang sekarang dikenal orang Bandung.

Penelitian Jan Nossin di Panyairan, Cihideung, pada 1996, menemukan bukti aktivitas sesar sekitar 24 ribu tahun lalu. Namun, pertanyaan klasik tetap menggantung: apakah patahan ini masih aktif? Dalam definisi ilmu kebumian, sesar aktif harus menunjukkan pergerakan dalam 11.500 tahun terakhir, periode Holosen.

Warga melintas di dekat rambu zona Sesar Lembang di kawasan Gunung Batu, Lembang, Kabupaten Bandung Barat. (Sumber: Ayobandung | Foto: Kavin Faza)
Warga melintas di dekat rambu zona Sesar Lembang di kawasan Gunung Batu, Lembang, Kabupaten Bandung Barat. (Sumber: Ayobandung | Foto: Kavin Faza)

Jawaban baru datang lewat riset panjang sejak 2006. Tim gabungan dari Geoteknologi LIPI, ITB, Kemenristek, dan PVMBG memasang alat GPS di berbagai titik jalur patahan. Mereka juga menggali parit-parit di beberapa lokasi. Hasil yang diumumkan pada 2011 mengonfirmasi bahwa Sesar Lembang memang aktif, dengan pergeseran 1,95–3,45 milimeter per tahun. Angkanya kecil, tapi gerakannya konstan.

Baca Juga: Sinyal Bahaya dari Sesar Lembang, Minimnya Early Warning System Jadi PR Mendesak

Raksasa Tidur di Utara Bandung

Bandung tumbuh di cekungan besar bekas letusan Gunung Sunda purba. Kota ini kini padat dengan rumah, gedung, dan infrastruktur vital. Di balik ketenangan alamnya, Sesar Lembang adalah ancaman yang sewaktu-waktu bisa membalik wajah kota. Ahli bumi Titi Bachtiar pernah menggambarkan sesar sebagai retakan di kerak bumi yang terus bergerak karena lempeng mengapung di atas mantel bumi—lapisan penuh magma dan mineral berat seperti besi dan magnesium. Energi dari bawah tanah perlahan-lahan menumpuk, menunggu saat untuk dilepaskan.

Gempa kecil pernah menjadi peringatan. BMKG mencatat riak guncangan di Cisarua pada 2010–2012. Puncaknya, 28 Agustus 2011, gempa magnitudo 3,3 merusak 384 rumah di Desa Jambudipa, Pasirhalang, Tugumukti, dan Kampung Muril Rahayu. Padahal, skalanya kecil. Bayangkan jika energinya ribuan kali lipat.

Hari ini, jalur Sesar Lembang terlihat tenang. Tak ada gempa besar dalam lima abad terakhir. Tapi ketenangan itu justru membuat para ilmuwan waspada. Dalam empat bulan terakhir, kawasan Cisarua sudah diguncang lima gempa kecil. Seperti ketukan di pintu rumah, memberi tanda bahwa raksasa itu masih ada.

Skenario terburuknya menyeramkan. Jika seluruh segmen Sesar Lembang bergerak serentak, gempa magnitudo 7 bisa merobohkan rumah-rumah dari Cisarua hingga Parongpong, membelah jalan Cimahi–Lembang, dan melumpuhkan jaringan air dan listrik Bandung Raya.

Pemerintah dan lembaga riset telah memasang akselerograf dan GPS untuk memantau pergerakan patahan. Tapi mitigasi bencana tak cukup dengan teknologi. Kota Bandung butuh tata ruang berbasis risiko dan kesiapsiagaan masyarakat. “Gempa-gempa kecil yang kerap terjadi adalah fenomena wajar dalam sistem sesar aktif,” kata Mudrik R. Daryono. “Namun, gempa kecil itu bisa jadi pelepasan energi skala kecil atau bagian dari proses menuju gempa besar.”

Bagi warga Bandung, ancaman Sesar Lembang bukan soal “apakah” akan bergerak lagi, tapi “kapan”. Dalam siklus pergerakan bumi, satu abad hanyalah kedipan mata. Raksasa itu sedang tidur panjang, tapi sejarah mengajarkan bahwa ia pasti akan bangun.

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Biz 01 Sep 2025, 20:26 WIB

Screamous: Ketika Streetwear Menjadi Kanvas Kolaborasi Dunia

Didirikan awal tahun 2000-an, Screamous lahir dari semangat anak muda Bandung yang ingin menyuarakan identitas melalui fashion.
Koleksi kolaborasi Screamous x Usugrow. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 01 Sep 2025, 20:14 WIB

Kota Bandung, Tren, dan Ironi Kolonialisme

Kota penuh perhatian. Ada budaya pop juga sejarah melawan penjajahan. Indah tapi juga penuh masalah.
Tukang becak di Kota Bandung. (Sumber: Pexels/Try Sukma Wijaya)
Ayo Biz 01 Sep 2025, 19:35 WIB

Dari Kandang ke Kedai, Spill&Bites dan Rasa yang Meresap

Spill&Bites dan ide bisnis mereka mengolah peluang dari hulu ke hilir, dari peternakan hingga meja makan.
Spill&Bites, hasil evolusi dari industri peternakan ayam yang melihat peluang lebih besar di dunia makanan cepat saji. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 01 Sep 2025, 18:01 WIB

Dari Bank ke Dapur: Andri dan Daimata yang Meracik Peluang dari Pedasnya Sambal Lokal

Daimata adalah misi Andri untuk mengangkat kuliner lokal, sambal khas Indonesia agar bisa dinikmati siapa saja, kapan saja, tanpa kehilangan cita rasa aslinya.
Andri Ganamurti selaku Owner dari brand Daimata, produk UMKM sambal dalam kemasan. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 01 Sep 2025, 17:41 WIB

Bursa Digital, Pajak Karbon, dan Agenda Keberlanjutan dalam APBN

Pajak karbon dan bursa digital dapat menjadi alat penting dalam agenda keberlanjutan dalam APBN.
Ilustrasi Lingkungan (Sumber: Pixabay.com | Foto: Pixabay)
Ayo Jelajah 01 Sep 2025, 15:52 WIB

Sejarah Hari Jadi Kota Bandung, Kenapa 25 September?

Bandung pernah rayakan ulang tahun 1 April, tapi kini 25 September jadi tanggal resmi berdirinya kota. Penetapan 25 September 1810 lahir dari riset sejarah panjang.
Alun-alun Bandung tahun 1920-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 01 Sep 2025, 15:19 WIB

Apakah Damkar Representasi Pahlawan Sesungguhnya Negeri Ini?

Fenomena "minta tolong ke damkar" sedang ramai di masyarakat.
Nyatanya Damkar Lebih Dipercaya Masyarakat (Sumber: Pexels/Muallim Nur).
Ayo Biz 01 Sep 2025, 14:05 WIB

Sajikan Biji Kopi Kabupaten Bandung, BJR Coffee Tawarkan Kualitas Citarasa yang Konsisten

Berawal dari hobi, Dinda Gemilang sukses membangun bisnis kopi dengan brand Kopi BJR. Bahkan konsumen Dinda berasal dari berbagai daerah di luar Bandung.
Kopi BJR (Foto: Rizma Riyandi)
Ayo Jelajah 01 Sep 2025, 13:16 WIB

Jejak Sejarah Gempa Besar di Sesar Lembang, dari Zaman Es hingga Kerajaan Pajajaran

Sejarah gempa besar di Sesar Lembang ungkap potensi magnitudo 7. Gempa raksasa purba ini sudah terlacak sezak Zaman Es akhir hingga Kerajaan Pajajaran di abad ke-15.
Ilustrasi gempa besar akibat Sesar Lembang di Bandung di abad ke-15.
Ayo Biz 01 Sep 2025, 13:00 WIB

Helm, Bukan Hanya Pelindung Kepala Tapi Juga Sarana Investasi

Helm adalah alat pelindung kepala yang dirancang untuk menjaga keselamatan penggunanya. Biasanya terbuat dari bahan keras di bagian luar seperti plastik berkualitas tinggi atau fiberglass, serta dilap
Ilustrasi Foto Helm (Foto: Unsplash)
Ayo Netizen 01 Sep 2025, 11:58 WIB

Samping Kebat Membalut Alegori Makna Agama

Agama diibaratkan selembar kain yang menemani manusia sejak lahir sampai mati. Ia hadir dalam hidup sehari-hari, memberi makna dan arah.
Ilustrasi pembuatan samping kebat. (Sumber: Pexels/Noel Snpr)
Ayo Biz 01 Sep 2025, 11:42 WIB

Surabi Cihapit, Cita Rasa Legendaris yang Bertahan di Tengah Pasar

Kota Kembang dikenal sebagai surganya kuliner radisional. Salah satu yang selalu dicari wisatawan maupun warga lokal adalah surabi, makanan berbahan dasar tepung beras yang dimasak di atas tungku.
Surabi Cihapit (Foto: GMAPS)
Beranda 01 Sep 2025, 09:16 WIB

Saat Hati Rakyat yang Tersakiti Meledak: Kronik Kemarahan dan Kekecewaan di Jalanan Kota Bandung

Ketidakpercayaan yang disuarakan menjadi pengingat bahwa demokrasi hanya akan bernapas sehat bila pengelola negara benar-benar mendengar aspirasi rakyatnya.
Suasana aksi solidaritas di Kota Bandung, Jumat, 29 Agustus 2025. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Gilang Fathu Romadhan)
Ayo Netizen 01 Sep 2025, 07:46 WIB

Panji Tengrorak, Animasi 2D Modern yang Mengangkat Budaya Lokal Indonesia

Panji Tengkorak hadir meramaikan perfilman Indonesia lewat Animasi 2D modern yang tentunya bisa menghadirkan pengalaman baru dalam menonton.
Animasi Panji Tengkorak (Sumber: Instagram | Falconpicture)
Ayo Netizen 31 Agu 2025, 20:55 WIB

Praktik Ekologis Rakyat: Menolak Gengsi, Melawan Siasat Pemasaran

Hidup ramah lingkungan sejati lahir dari praktik sehari-hari rakyat.
Ilustrasi ramah lingkungan. (Sumber: Pexels/Cats Coming)
Ayo Netizen 31 Agu 2025, 20:14 WIB

Belajar Ceramah, Menebar Risalah

Majlis ilmu tidak hanya menambah pengetahuan, justru memperhalus jiwa, menguatkan iman, dan menumbuhkan cinta yang benar kepada Allah, alam, lingkungan dan sesama umat manusia.
Kajian Talkshow di Masjid Raya Al-Jabbar, Gedebage (Sumber: AyoBandung | Foto: Mildan Abdalloh)
Beranda 31 Agu 2025, 19:16 WIB

Ahmad Sahroni, Nafa Urbach, Eko Patrio dan Uya Kuya Tumbang di Tangan Rakyat

Sikap dan pernyataan mereka dianggap nirempati dan melukai hati rakyat yang tengah berjibaku menghadapi kesulitan hidup.
Anggota DPR RI dari Komisi IX, Nafa Urbach, saat mengunjungi konstituennya di Wonosobo, Jawa Tengah. (Sumber: IG/nafaurbach)
Ayo Biz 31 Agu 2025, 19:05 WIB

Dari Filosofi Ninja ke Meja Makan, Urban Ninja dan Evolusi Rasa Jepang di Bandung

Fenomena kuliner Jepang di Bandung bukanlah hal baru, namun dalam lima tahun terakhir, pertumbuhannya meningkat pesat.
Urban Ninja, salah satu resto yang menggabungkan kecepatan layanan fast food dengan cita rasa autentik Jepang yang telah diadaptasi secara lokal. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 31 Agu 2025, 16:30 WIB

Dari Ibu ke Anak, Kisah Goldmart Menjaga Kilau Warisan Keluarga Sejak 1991

Di balik kilau emas dan berlian yang menghiasi etalase Goldmart Jewelry, tersimpan kisah keluarga yang telah bertahan lebih dari tiga dekade.
Yolana Limman, generasi kedua dari keluarga pendiri Goldmart Jewelry. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 31 Agu 2025, 16:05 WIB

Whistle Blower di Mata Negara

Di Jabar, whistle blower di BAZNAS Jabar malah jadi tersangka setelah paparkan modus kurang sedap. Bagaimana ilmu pengetahuan menilainya?
Buku Hukum Perlindungan Saksi (Sumber: Ref | Foto: Refika Aditama)