Sesar Baru di Sekitar Gunung Tangkubanparahu, Tambah Daftar Patahan Gempa Bandung Raya

Mildan Abdalloh Restu Nugraha Sauqi
Ditulis oleh Mildan Abdalloh , Restu Nugraha Sauqi diterbitkan Selasa 01 Jul 2025, 12:08 WIB
Gunung Tangkubanparahu (Sumber: Ayobandung | Foto: Restu Nugraha)

Gunung Tangkubanparahu (Sumber: Ayobandung | Foto: Restu Nugraha)

AYOBANDUNG.ID - Hari Minggu pagi, 29 Juni 2025, warga Cimahi dan Bandung digoyang gempa. Tak besar memang, hanya 2,7 magnitudo. Tapi cukup membuat orang bangun dari kasur lebih cepat, terutama yang tinggal di sekitar Gunung Tangkubanparahu. Yang bikin heboh bukan soal magnitudonya, tapi asal-usul gempanya.

"Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar aktif," kata Kepala BMKG Bandung, Teguh Rahayu, dalam keterangannya. Namun, yang jadi soal adalah sesar yang mana?

Selama ini, warga Bandung Raya hidup dengan Sesar Lembang di pundaknya, dalam pengertian yang harfiah. Garis patahan ini sudah lama jadi momok. Tapi kali ini, pelakunya bukan Sesar Lembang. Si tersangka ternyata lebih ke utara. Tepatnya di sekitar Gunung Tangkubanparahu, berdekatan dengan Kawah Domas. Jaraknya? Sekitar 7 kilometer dari garis sesar Lembang.

“Betul, lokasi gempa kemarin lebih ke utara dari garis sesar Lembang, kurang lebih 7 km,” jelas Koordinator Data dan Informasi Stasiun Geofisika BMKG Bandung, Virga Librian.

Kalau bukan Lembang, lalu siapa? Sesar apa ini?

Jawabannya mengejutkan dan sekaligus bikin merinding: belum terpetakan. Alias belum ada di peta. Belum diberi nama. Bahkan mungkin belum dikenali betul wujud dan arah geseknya.

Virga tak sembarangan bicara. Sebab, lokasi ini bukan sekali dua kali bergetar. Tahun lalu, pada Februari 2024, tempat yang sama sudah dua kali diguncang gempa. “Kejadian gempa kemarin hampir sama dengan kejadian tahun kemarin. Ini dari sesar yang belum terpetakan,” katanya. Lokasinya antara 8 sampai 14 kilometer dari garis sesar Lembang, tapi tetap di wilayah Gunung Tangkuban Parahu.

Dengan kata lain: ada sesar lain di tubuh gunung itu. Dan belum ada yang kenal baik dengannya.

Tangkubanparahu: Cantik Tapi Ganas

Gunung Tangkubanparahu masih berstatus normal. Level I. Tak ada asap besar, tak ada suara gemuruh, dan belum ada tanda-tanda ia hendak batuk. Tapi bukan berarti ia jinak.

“Pasca gempa, kami tidak melihat adanya peningkatan aktivitas vulkanik secara visual,” ujar Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, dalam siaran persnya. Tapi ia juga tidak bilang semuanya aman.

Wafid mencatat ada pola inflasi di tubuh gunung. Bahasa sederhananya: gunung sedang mengembang. Persis seperti orang yang sedang menahan marah, diam-diam tapi bertekanan.

“Ini menjadi catatan penting karena potensi erupsi freatik tetap ada dan bisa terjadi tiba-tiba tanpa didahului peningkatan aktivitas yang jelas,” katanya. Bahasa pejabat yang maknanya: bisa meledak kapan saja, tanpa permisi.

Kawah Ratu juga sedang mengeluarkan lumpur sejak awal Juni. Tremor menerus tercatat. Gas-gas beracun seperti COâ‚‚ dan SOâ‚‚ belum melonjak, tapi bukan berarti tidur nyenyak.

Baca Juga: Mengenal Sesar Cirata: Ancaman Gempa Tersembunyi di Bandung Barat-Purwakarta dan Pusat Pembangkit Listrik

Warga dan wisatawan diminta menjauh dari dasar kawah. Jangan coba-coba mendekat kalau hidung mulai mencium bau belerang menyengat. Sebab, Tangkubanparahu memang gunung cantik, tapi jangan lupa: ini bukan taman bermain. Ini gunung api aktif. Dan sekarang, ia menyimpan sesar yang tak kita kenal betul.

Episentrum gempa tahun 2025 hasil tangkapan layar Google Earth.
Episentrum gempa tahun 2025 hasil tangkapan layar Google Earth.

Sesar Kertasari, Pendatang Baru dari Selatan

Kalau wilayah utara Bandung sedang berurusan dengan sesar misterius di bawah Gunung Tangkubanparahu, maka selatan punya cerita sendiri. Tepatnya di Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung. Wilayah yang akrab dengan pegunungan, ladang hortikultura, dan longsor musiman.

Tanggal 18 September 2024, gempa magnitudo 4,9 mengguncang Kertasari dan sekitarnya. Kedalamannya hanya 10 kilometer. Tak ada tsunami, tak ada letusan, tapi efeknya luar biasa. Berdasarkan data BPBD, sebanyak 3.536 rumah rusak ringan, 1.698 rusak sedang, dan 894 rusak berat. Sebagian besar di Kertasari dan Pangalengan.

Pada mulanya, para ahli mengira ini ulah Sesar Garsela yang memang melintas tak jauh dari sana. Tapi seperti kisah di utara, kesimpulan itu cepat direvisi. Bukan Garsela yang jadi biang kerok. Tapi sesar yang sama sekali baru: Sesar Kertasari.

“Sesar Kertasari sejajar dengan sesar Garsela segem Rakutai,” kata Penyelidik Bumi Badan Geologi, Sukahar Eka. Namanya langsung diambil dari nama kecamatan yang digoyangnya.

Baca Juga: Sungai Citarum Diterjang Banjir Sampah, Hanyut dalam Tumpukan Program

Panjangnya sekitar 6,6 kilometer. Tak besar, tapi cukup membuat ribuan rumah rontok. Patahan ini terbentuk akibat aktivitas tektonik di kawasan Cincin Api. Dan karena letaknya sangat dangkal—hanya 10 kilometer dari permukaan—guncangannya terasa langsung, nyaris tanpa peredam.

Ketua Tim Tanggap Darurat Bencana Geologi PVMBG, Agus Budianto, memberi peringatan keras. Terutama bagi warga yang rumahnya berdiri tepat di atas garis patahan. “Akan jadi masalah itu ketika membangun rumah tepat di atas patahan. Beberapa standar mengatakan paling tidak jarak membangun rumah itu 250 meter dari patahan,” ujarnya.

Sayangnya, tak semua bangunan mematuhi aturan itu. Bahkan belum tentu garis sesarnya sudah diketahui sebelum rumah dibangun.

Kerusakan akibat gempa Kertasari 18 September 2024. (Sumber: Ayobandung | Foto: Kavin Faza)
Kerusakan akibat gempa Kertasari 18 September 2024. (Sumber: Ayobandung | Foto: Kavin Faza)

Problem lain yang muncul dari gempa di Kertasari adalah ancaman longsor. Daerah ini penuh lereng dan bukit. Banyak di antaranya digunakan sebagai kebun sayur. Sebagian lereng sudah kehilangan tanaman keras, digantikan tanaman semusim yang akarnya tak kuat mengikat tanah.

Dengan munculnya Sesar Kertasari, daftar patahan di Bandung Raya makin panjang. Ada Sesar Lembang di utara, Garsela di selatan, Kamojang di timur, Cileunyi-Tanjungsari di tengah, Cicalengka, dan kini Kertasari. Belum lagi yang belum terpetakan, seperti yang mengguncang Tangkuban Parahu.

Bumi Bandung Penuh Retakan, Tak Semua Terlihat

Bandung dikenal sebagai kota kreatif, kota kuliner, kota musik, dan kota juara. Tapi ia juga kota patahan. Dan patahan bukan hanya retak tanah di permukaan. Tapi garis-garis tekanan di perut bumi yang siap bergerak sewaktu-waktu.

Sesar Lembang bukan satu-satunya. Kini sudah terbukti, ada sesar-sesar lain yang lebih senyap, tapi tak kalah mengguncang. Ada yang sudah diberi nama seperti Sesar Kertasari. Ada juga yang masih gelap, belum teridentifikasi, tapi sudah bikin rumah goyang dan panci jatuh.

Satu hal yang pasti: peta geologi selalu tertinggal beberapa langkah dari kenyataan. Dan kenyataan di Bandung Raya adalah tak semua sesar bisa dikenali sebelum mereka bergerak.

Karena itu, laku waspada tetap penting. Apalagi di daerah yang bangunannya berdiri di atas tanah yang tak selalu diam.

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Biz 11 Okt 2025, 19:27 WIB

Bandung dan Denyut Motorcross Indonesia yang Kian Menggeliat

Di balik gemerlap urban dan sejuknya pegunungan, Bandung menyimpan potensi besar sebagai pusat olahraga motorcross di Indonesia.
Di balik gemerlap urban dan sejuknya pegunungan, Bandung menyimpan potensi besar sebagai pusat olahraga motorcross di Indonesia. (Sumber: Ist)
Ayo Biz 11 Okt 2025, 15:05 WIB

Ketika Mendaki Menjadi Gerakan Ekonomi dan Pelestarian: Menyatukan Langkah Menuju Pariwisata yang Berkelanjutan

Di balik geliat pariwisata, muncul tantangan besar, bagaimana menjaga kelestarian lingkungan sekaligus memberdayakan ekonomi lokal secara berkelanjutan?
Digagas oleh Mahameru, Inisiatif seperti Hiking Fest 2025 menjadi ilustrasi bagaimana kegiatan wisata bisa dirancang untuk membawa dampak positif. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 11 Okt 2025, 13:45 WIB

Jejak Panjang Perjalanan Bisnis Opey: Membangun Dua Brand Lokal Ikonik Skaters dan Mahameru

Muchammad Thofan atau akrab disapa Opey telah menorehkan jejak panjang sebagai founder sekaligus owner dua brand yang kini menjadi ikon yakni Skaters dan Mahameru.
Muchammad Thofan atau akrab disapa Opey telah menorehkan jejak panjang sebagai founder sekaligus owner dua brand yang kini menjadi ikon yakni Skaters dan Mahameru. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 19:28 WIB

Program Makan Bergizi Gratis dan Ujian Tata Kelola Birokrasi

Insiden keracunan massal pelajar di Jawa Barat mengguncang kepercayaan publik terhadap program makan bergizi gratis.
Program Makan Bergizi Gratis (MBG). (Sumber: setneg.go.id)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 18:38 WIB

Bandung dalam Fiksi Sejarah

Boleh saja apabila tulisan ini diterima dengan rasa skeptis atau curiga. Karena pandangan dan pembacaan saya sangat mungkin terhalang bias selera.
Buku Melukis Jalan Astana. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Yogi Esa Sukma Nugraha)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 16:04 WIB

Mengamankan Momentum Akselerasi Manajemen Talenta ASN

Momentum akselerasi manajemen talenta ASN menjadi tonggak penting transformasi birokrasi Indonesia.
Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai roda penggerak jalannya pemerintahan diharuskan untuk memiliki kompetensi dan kinerja yang optimal. (Sumber: babelprov.go.id)
Ayo Biz 10 Okt 2025, 15:56 WIB

Energi Hijau dan Oligarki: Dilema Transisi di Negeri Kaya Sumber Daya

Banyak daerah di Indonesia memiliki potensi energi terbarukan seperti air, angin, dan biomassa, namun terhambat oleh birokrasi dan minimnya insentif fiskal.
Pengamat Kebijakan Publik Universitas Padjadjaran, Yogi Suprayogi menyoroti lanskap kebijakan energi nasional. (Sumber: dok. IWEB)
Ayo Biz 10 Okt 2025, 15:36 WIB

Membongkar Potensi Energi Terbarukan di Jawa Barat: Antara Regulasi dan Kesadaran Sosial

Dengan lanskap bergunung-gunung, aliran sungai yang deras, dan sumber daya biomassa melimpah, Jawa Barat memiliki peluang untuk menjadi pionir dalam kemandirian energi bersih.
Guru Besar Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB, Tri Yuswidjajanto Zaenuri Mengupas potensi Jawa Barat sebagai provinsi dengan potensi besar dalam pengembangan energi terbarukan.
Ayo Biz 10 Okt 2025, 15:21 WIB

Setahun Pemerintahan Baru: Mampukah Indonesia Mandiri Energi?

Setahun setelah pemerintahan baru berjalan, isu kemandirian energi nasional kembali menjadi sorotan.
Diskusi bertajuk “Setahun Pemerintahan Baru, Bagaimana Kemandirian Energi Nasional?” yang diselenggarakan oleh Ikatan Wartawan Ekonomi Bisnis (IWEB) di Bandung, Jumat (10/10/2025). (Sumber: dok. IWEB)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 14:51 WIB

Islam Pemerintah: Menggeliat Berpotensi Mencederai Keragaman Umat

Inilah Islam Pemerintah selalu menjadi bahasa pengakuan tentang simbol muslim “sah” yang tidak radikal-teroris, tapi juga tidak liberal.
Berbagai Pakaian Muslimah, Pakaian Warga yang Jadi Penumpang Angkot (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Arfi Pandu Dinata)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 13:45 WIB

Stop Membandingkan karena Setiap Anak Punya Keunikan

Film Taare Zameen Par menjadi kritikan pedas bagi dunia pendidikan dan guru yang sering mengistimewakan dan memprioritaskan anak tertentu.
Setiap anak itu istimewa dan memiliki bakat unik (Sumber: Wikipedia)
Ayo Jelajah 10 Okt 2025, 11:44 WIB

Jejak Pembunuhan Sadis Sisca Yofie, Tragedi Brutal yang Gegerkan Bandung

Kasus pembunuhan Sisca Yofie pada 2013 mengguncang publik karena kekejamannya. Dua pelaku menyeret dan membacok korban hingga tewas di Bandung.
Ilustrasi. (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 11:30 WIB

Sapoe Sarebu ala Dedi Mulyadi, Gotong-royong atau Kebijakan Publik yang Perlu Pengawasan?

Gerakan Sapoe Sarebu mengajak warga menyisihkan seribu rupiah sehari untuk membantu sesama.
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 10:12 WIB

Jamet Tetaplah Menyala!

Lebay, tapi manusiawi. Eksplorasi dunia rakyat pinggiran sebagai ekspresi identitas dan kreativitas.
Pemandangan Rumah Rakyat dari Balik Jendela Kereta Lokal Bandung (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Arfi Pandu Dinata)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 09:26 WIB

Buku dan Segala Kebermanfaatannya

Membaca adalah jendela dunia, Menulis adalah jalan untuk mengubahnya.
Membaca adalah Jendela Dunia, Menulis adalah jalan untuk mengubahnya. Dan Bangsa yang rendah dalam literasi akan selalu rendah dalam peradaban. Pramoedya Ananta Toer (Sumber: Freepik)
Beranda 10 Okt 2025, 08:17 WIB

Gerakan Warga Kota Bandung Mengubah Kebiasaan Buang Jelantah Sembarangan

Minyak yang telah berubah warna menjadi pekat itu dikenal sebagai jelantah. Banyak orang membuangnya begitu saja, tanpa menyadari dampaknya bagi tanah dan air.
Warga membuang minyak goreng bekas atau jelantah ke dalam tabung UCOllet di Gereja Katolik Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria, Buahbatu, Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)
Ayo Biz 09 Okt 2025, 18:55 WIB

Menjaga Napas Bisnis Wisata Alam Lewat Inovasi dan Strategi Berkelanjutan

Ketika industri pariwisata bergerak cepat mengikuti selera pasar, bisnis wisata alam menghadapi tantangan tak kalah kompleks untuk tetap relevan tanpa kehilangan esensi.
Ketika industri pariwisata bergerak cepat mengikuti selera pasar, bisnis wisata alam menghadapi tantangan tak kalah kompleks untuk tetap relevan tanpa kehilangan esensi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Netizen 09 Okt 2025, 18:31 WIB

Belajar dari Nurhayati & Subakat, Bisnis bukan Tentang Viral tapi Sustainable

Bisnis bukan sekedar viral. Apalagi jika tidak memedulikan aspek keamanan pada konsumen demi kapitalisme semata.
Belajar Bisnis dari Nurhayati & Subakat (Sumber: Screenshoot | Youtube Wardah)
Ayo Biz 09 Okt 2025, 17:19 WIB

UMKM Bangkit, Ekonomi Bergerak: Festival sebagai Motor Perubahan

Bukan sekadar penggerak sektor informal, UMKM dan pelaku ekonomi kreatif adalah pionir inovasi, penjaga warisan budaya, dan pencipta lapangan kerja yang adaptif.
Bukan sekadar penggerak sektor informal, UMKM dan pelaku ekonomi kreatif adalah pionir inovasi, penjaga warisan budaya, dan pencipta lapangan kerja yang adaptif. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Jelajah 09 Okt 2025, 17:18 WIB

Jejak Sejarah Cimahi jadi Pusat Tentara Hindia Belanda Sejak 1896

Cimahi dikenal sebagai kota tentara sejak masa kolonial Belanda. Sejak 1896, kota ini jadi pusat militer Hindia Belanda yang strategis.
Garinsun KNIL di Cimahi tahun 1920-an. (Sumber: KITLV)