Jabar Dipecah Jadi 5 Provinsi? Lebih Baik Tambah Kabupaten atau Kota Saja

Guruh Muamar Khadafi
Ditulis oleh Guruh Muamar Khadafi diterbitkan Senin 30 Jun 2025, 10:27 WIB
Gedung Sate, tempat pemerintahan Jawa Barat. (Sumber: Unsplash/Ari Nuraya)

Gedung Sate, tempat pemerintahan Jawa Barat. (Sumber: Unsplash/Ari Nuraya)

Wacana pemekaran Provinsi Jawa Barat kembali mengemuka. Berbagai nama seperti Sunda Pakuan, Sunda Galuh, atau Priangan Raya mulai digaungkan sebagai provinsi baru.

Narasi ini membawa semangat historis dan kultural yang kuat, tetapi juga perlu diuji efektivitasnya dalam konteks utama: apakah pemekaran provinsi benar-benar akan memperbaiki pelayanan publik?

Jawa Barat adalah provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia, mendekati 50 juta jiwa. Namun, hanya terdapat 27 kabupaten/kota.

Dibandingkan Jawa Timur yang memiliki 38 kabupaten/kota dengan jumlah penduduk lebih sedikit, jelas terlihat ketimpangan rasio administratif terhadap jumlah penduduk di Jawa Barat.

Di sinilah urgensi muncul. Beberapa kabupaten seperti Sukabumi, Garut, dan Bogor memiliki wilayah luas, infrastruktur belum merata, serta beban pelayanan yang tinggi.

Tapi pertanyaan besarnya: apakah pemekaran provinsi adalah solusi paling efektif, atau justru pemekaran kabupaten/kota yang lebih berdampak langsung?

Hierarki Pelayanan

Secara regulatif dan fungsional, pelayanan publik yang langsung dirasakan warga seperti pendidikan dasar, layanan kesehatan, kependudukan, dan perizinan berada di bawah kewenangan kabupaten/kota, bukan provinsi.

Pemekaran provinsi akan menambah struktur birokrasi tingkat atas, tetapi tak serta merta memperpendek jarak pelayanan publik kepada masyarakat.

Provinsi memang penting dalam perencanaan wilayah, pengelolaan lingkungan, atau pendidikan menengah atas. Namun, warga desa yang harus menempuh 3–5 jam ke pusat kabupaten hanya untuk membuat KTP, tak akan tertolong hanya karena daerahnya masuk ke provinsi baru.

Artinya, pemekaran provinsi tidak otomatis menyelesaikan persoalan pelayanan dasar. Sebaliknya, pemekaran kabupaten/kota membuka ruang realokasi fiskal, distribusi SDM, dan desentralisasi layanan yang lebih dekat dengan warga.

Efektivitas Pemekaran Kabupaten/Kota

Ilustrasi wilayah kabupaten di Jawa Barat. (Sumber: Unsplash/Ramadhani Rafid)
Ilustrasi wilayah kabupaten di Jawa Barat. (Sumber: Unsplash/Ramadhani Rafid)

Pengalaman pemekaran di beberapa kabupaten/kota di Jawa Barat maupun daerah lain menunjukkan bahwa keberhasilan sebuah pemekaran sangat ditentukan oleh kemampuannya memperpendek rentang kendali pemerintahan dan mempercepat akses layanan dasar.

Wilayah seperti Kabupaten Garut atau Sukabumi, yang luas wilayahnya setara dengan provinsi kecil di Indonesia, menghadapi tantangan serius dalam menjangkau pelayanan publik ke pelosok desa.

Dalam konteks seperti ini, pemekaran kabupaten akan membuat struktur layanan menjadi lebih proporsional, wilayah kerja perangkat daerah lebih terjangkau, dan alokasi anggaran lebih fokus.

Dalam kasus Banjar, setelah pemekaran tahun 2002, pendapatan asli daerah induk justru meningkat karena beban pelayanan berkurang dan konsentrasi pembangunan bisa lebih fokus. Kota Banjar pun tumbuh dengan struktur birokrasi yang lebih lincah dan layanan yang lebih merata.

Di sisi lain, menunjukkan bahwa pemekaran dapat memperkuat kapasitas fiskal daerah asal dan mempercepat pembangunan infrastruktur di daerah baru, selama dirancang berdasarkan potensi ekonomi lokal dan kesiapan administratif. Yang penting bukan seberapa luas wilayah dipisah, tetapi seberapa siap sistem layanan dibangun sejak awal.

Bandingkan dengan wacana pemekaran provinsi yang membutuhkan pembentukan lembaga pemerintahan baru dari nol. Gubernur, DPRD, OPD, hingga sistem keuangan dan koordinasi regional.

Belum lagi potensi tarik-menarik politik dan fragmentasi identitas yang bisa muncul. Di tengah kebutuhan mendesak akan pelayanan yang cepat dan efisien, pendekatan ini terkesan terlalu mahal dan lambat.

Dengan mempertimbangkan keterbatasan anggaran negara, kompleksitas regulasi, dan moratorium daerah otonomi baru yang belum dicabut, pemekaran kabupaten/kota menjadi pilihan yang lebih masuk akal. Ia tidak hanya realistis dalam pelaksanaan, tetapi juga langsung menyasar inti persoalan yaitu bagaimana menghadirkan negara di dekat warganya, tanpa menambah lapisan birokrasi yang tak perlu.

Baca Juga: Menelusuri Jejak Rasa Soto Bandung di Gang Selera Cibadak

Politik Kultural vs Efektivitas Administratif

Wacana membentuk provinsi baru seperti Sunda Pakuan atau Sunda Priangan membawa aspirasi identitas sejarah dan budaya yang sah.

Namun jika pemekaran dilakukan hanya untuk memenuhi aspek simbolik tanpa perhitungan administratif dan fiskal yang kuat, kita berisiko menciptakan struktur birokrasi yang gemuk tapi tidak fungsional.

Secara hukum, moratorium pemekaran daerah otonom baru (DOB) masih berlaku secara nasional, kecuali untuk wilayah prioritas strategis seperti Papua. Maka, meskipun wacana pemekaran provinsi di Jawa Barat ramai di media dan parlemen daerah, secara administratif tetap akan terganjal oleh kebijakan nasional.

Sebaliknya, pemekaran kabupaten/kota masih terbuka jalurnya secara regulasi dan teknokratis. Dengan beban politik yang lebih ringan dan orientasi pada efisiensi pelayanan, pemekaran kabupaten/kota justru lebih sejalan dengan semangat desentralisasi: mendekatkan layanan, bukan menambah struktur.

Di sisi lain, jika narasi kultural dijalankan secara strategis, ia tetap bisa menjadi katalis positif. Aspirasi kebudayaan tidak harus diwujudkan dalam bentuk entitas administratif baru.

Bisa saja melalui revitalisasi budaya lokal, kurikulum muatan lokal, atau pembentukan forum koordinasi antarkabupaten beridentitas budaya serupa. Dengan begitu, nilai-nilai kultural tetap tumbuh, tanpa membebani negara.

Paralel dengan itu, kebijakan pemerintah perlu mendorong pelibatan komunitas budaya dalam pembangunan sosial-ekonomi.

Misalnya melalui festival lintas kabupaten, insentif bagi pelaku seni lokal, hingga integrasi budaya dalam ekonomi kreatif. Dengan demikian, identitas tidak sekadar dilestarikan, tetapi juga diberdayakan secara berkelanjutan.

Baca Juga: Meluruskan Sejarah Kalender Hijriah

Mendekatkan Pelayanan

Wilayah Jawa Barat tidak membutuhkan lebih banyak gubernur, tetapi lebih banyak bupati dan wali kota yang hadir di tengah masyarakat. Jika tujuan utamanya adalah memperbaiki mutu layanan publik dan memperpendek rentang kendali birokrasi, maka pemekaran kabupaten/kota merupakan pilihan yang lebih relevan, terukur, dan langsung berdampak.

Pertama, pemerintah perlu melakukan pemetaan berbasis data terhadap wilayah kabupaten dengan beban pelayanan tinggi, jarak geografis yang luas, serta potensi fiskal yang memungkinkan kemandirian. Pemetaan ini menjadi dasar objektif untuk menghindari pemekaran yang hanya bermotif politik.

Kedua, sebelum pemekaran dilakukan, perlu ada penguatan kelembagaan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia lokal. Hal ini penting agar daerah hasil pemekaran tidak dilahirkan dalam kondisi lemah secara tata kelola maupun fiskal.

Ketiga, setelah pemekaran, harus dilakukan evaluasi berkala selama lima tahun pertama. Tujuannya adalah untuk mengukur seberapa efektif daerah baru menjalankan fungsi-fungsi pelayanan, serta mendeteksi hambatan yang perlu diatasi secara dini.

Keempat, diperlukan sinergi antarpemerintah—baik pusat, provinsi, maupun kabupaten—dalam membiayai pembangunan infrastruktur dasar dan mendorong pelayanan digital terpadu. Kolaborasi ini akan meringankan beban fiskal dan mempercepat ketersediaan layanan.

Kelima, wacana pemekaran harus dikawal dengan sosialisasi publik yang transparan dan berbasis data. Dengan begitu, masyarakat memahami bahwa pemekaran adalah instrumen reformasi birokrasi dan pelayanan, bukan sekadar agenda elite politik.

Baca Juga: Mengenal ASN Corporate University, Pengembangan Kompetensi ASN Berkelas Dunia

Makna Kehadiran Negara

Negara tak harus diperbesar untuk menjadi dekat. Ia cukup didekatkan dalam bentuk pelayanan yang cepat, akurat, dan inklusif. Pemekaran provinsi seringkali menambah struktur birokrasi, tetapi belum tentu menambah kehadiran negara di desa-desa.

Sebaliknya, pemekaran kabupaten/kota, bila dilakukan secara terukur dan berkelanjutan, bisa menjadi jembatan paling nyata antara rakyat dan pemerintah.

Negara yang baik bukanlah yang tampak megah di peta, tetapi yang hadir dalam urusan kecil sehari-hari: akta kelahiran yang cepat, sekolah yang mudah dijangkau, dan layanan kesehatan yang tak mempersulit.

Lebih jauh lagi, efektivitas negara tidak diukur dari seberapa besar wilayah administratifnya, melainkan dari seberapa sigap dan adil ia menjangkau warganya.

Dalam konteks itulah, logika desentralisasi harus dibumikan: bukan hanya memindahkan kewenangan, tetapi juga memastikan bahwa kewenangan tersebut sampai pada akar persoalan dan memberi dampak nyata.

Pemekaran kabupaten/kota bukanlah solusi ajaib. Ia tetap membutuhkan perencanaan yang matang, koordinasi antarpihak, dan komitmen jangka panjang.

Namun, jika dilakukan dengan pendekatan data, bukan sekadar dorongan politik sesaat, ia bisa menjadi kanal penting untuk memperkuat demokrasi lokal, membangun birokrasi yang adaptif, dan menjawab tuntutan masyarakat secara lebih tepat.

Di tengah perubahan zaman yang menuntut kecepatan dan kedekatan layanan, inilah saatnya kita menimbang ulang apa arti kehadiran negara—bukan dari jumlah provinsinya, tetapi dari kehadirannya yang nyata di kampung-kampung, pelosok, dan sudut-sudut yang selama ini luput dari perhatian. (*)

Jangan Lewatkan Podcast Terbaru AyoTalk:

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Guruh Muamar Khadafi
Analis Kebijakan Ahli Muda, Pusat Pembelajaran dan Strategi Kebijakan Talenta ASN Nasional Lembaga Administrasi Negara
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Biz 23 Agu 2025, 12:15 WIB

Kimono Raikeni, Outer Kekinian dengan Nuansa Etnik yang Otentik

Berawal dari ide sederhana saat menunggu penyusunan tesis di MBA ITB, Raidha Nur Afifah mendirikan Raikeni pada Mei 2019. Brand lokal ini lahir dari pemikiran tentang produk yang dibutuhkan orang
Owner Raikeni, Raidha Nur Afifah (Foto: Rizma Riyandi)
Ayo Biz 23 Agu 2025, 10:46 WIB

Mau Tahu Toko Kopi Tertua di Bandung?

Di tengah suasana sibuk Kota Bandung, terdapat sebuah toko kopi yang usianya hampir satu abad dan masih berdiri tegak hingga kini. Namanya Javaco Koffie, sebuah merek yang telah menjadi bagian dari se
Toko Kopi Javaco Koffie (Foto: GMAPS)
Ayo Netizen 22 Agu 2025, 20:21 WIB

Nama, Doa, dan Tanda

"Sesungguhnya kalian nanti pada hari kiamat akan dipanggil dengan nama-nama kalian dan nama bapak kalian, maka baguskanlah nama-nama kalian" (HR. Abu Daud).
Viral nama anak hanya satu huruf C, Netizen: terus manggilnya gimana? (Sumber: TikTok | Foto: @_thisisgonec)
Ayo Jelajah 22 Agu 2025, 18:17 WIB

Sejarah Kuda Renggong Sumedang, Tradisi Pesta Khitanan Simbol Gembira Rakyat Priangan

Dari khitanan desa hingga festival, Kuda Renggong Sumedang tetap jadi ikon budaya yang memikat penonton dengan kuda penari.
Tradisi Kuda Renggong Sumedang. (Sumber: Skripsi Nurmala Mariam)
Ayo Biz 22 Agu 2025, 18:05 WIB

Jamu Naik Kelas: Minuman Herbal Nusantara yang Menjawab Tantangan Cuaca dan Budaya

Jamu, simbol kearifan lokal yang menyatu dengan budaya dan gaya hidup masyarakat Jawa, kini hadir dengan wajah baru yang lebih segar dan modern.
Jamu, simbol kearifan lokal yang menyatu dengan budaya dan gaya hidup masyarakat Jawa, kini merambah ke berbagai daerah dengan wajah baru yang lebih segar dan modern. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 22 Agu 2025, 17:04 WIB

Etika Profesi dan Perlindungan Rahasia Klien

Pentingnya etika profesi advokat dalam menjaga kerahasiaan klien sebagai fondasi kepercayaan, integritas, dan keadilan dalam proses peradilan.
Pentingnya etika profesi advokat dalam menjaga kerahasiaan klien sebagai fondasi kepercayaan, integritas, dan keadilan dalam proses peradilan. (Sumber: Pexels/KATRIN BOLOVTSOVA)
Ayo Biz 22 Agu 2025, 16:40 WIB

Warung Nasi SPG dan Jejak Para SPG di Sepiring Ayam Serundeng

Yang paling menarik dari Warung Nasi SPG bukan cuma makanannya, nama “SPG” yang melekat pada warung ini pun punya cerita yang unik.
Warung Nasi SPG, sebuah warung kaki lima yang sudah jadi legenda di kalangan pekerja dan mahasiswa sejak awal 2000-an. (Sumber: dok. Warung Nasi SPG)
Ayo Netizen 22 Agu 2025, 16:18 WIB

Chip dalam Tengkorak, Jiwa dalam Kode: Pada Batasan Neuralink

Inilah janji Neuralink, sebuah terobosan yang mengaburkan batas antara biologi dan teknologi, antara manusia dan mesin.
Inilah janji Neuralink, sebuah terobosan yang mengaburkan batas antara biologi dan teknologi, antara manusia dan mesin. (Sumber: Pexels/cottonbro studio)
Ayo Netizen 22 Agu 2025, 15:02 WIB

Payment ID Bisakah Jadi Pintu ke Masa Depan Ekonomi Digital Indonesia?

Payment ID tidak hanya menyangkut inovasi teknologi, tetapi juga menyentuh aspek strategis dalam mewujudkan ekonomi digital.
Payment ID Sebagai Kunci Masa Depan Ekonomi Digital Foto: (Ilustrasi oleh AI)
Ayo Biz 22 Agu 2025, 14:41 WIB

Bisnis Bukan Sekadar Jualan: Visi Christine Membangun Makna dan Dampak Lewat Sherpa Indo Project

Christine Wink Surya, pendiri Sherpa Indo Project, menegaskan bahwa memahami target pasar adalah fondasi utama sebelum produk diluncurkan.
Christine Wink Surya, pendiri Sherpa Indo Project. (Sumber: instagram.com/christine_sherpa)
Ayo Netizen 22 Agu 2025, 13:30 WIB

Kritik Sosial dalam Doa Orang Sunda

Doa orang Sunda hadir sederhana di keseharian, jadi pengikat relasi dan tanda solidaritas rakyat.
Doa orang Sunda hadir sederhana di keseharian, jadi pengikat relasi dan tanda solidaritas rakyat. (Sumber: Pexels/Andreas Suwardy)
Ayo Jelajah 22 Agu 2025, 11:27 WIB

Senjakala Sepeda Boseh Bandung: Ramai Saat Weekend, Sepi Saat Weekday

Program sewa sepeda Boseh Bandung hadir sejak 2017, tapi kini lebih ramai dipakai saat akhir pekan ketimbang hari biasa.
Bike on the Street Everybody Happy alias Sepeda Boseh Bandung di salah satu shelter. (Sumber: Ayobandung)
Ayo Biz 22 Agu 2025, 11:01 WIB

Dari Sisa Spon Jadi Produk Estetik, Rumah Sandal Geulis Tembus Pasar Global

Bermula dari eksperimen membuat sandal untuk kebutuhan anak di sekolah, Rumah Sandal Geulis (RSG) kini menjelma menjadi merek lokal yang dikenal hingga ke mancanegara. Usaha yang digagas oleh Enneu
Produk Rumah Sandal Geulis. (Foto: Rizma Riyandi)
Ayo Biz 22 Agu 2025, 09:54 WIB

Pastel Mini Abon Dapoer_Ummy Jadi Favorit Hingga ke Luar Negeri

Usaha kecil menengah (UKM) kuliner asal Cimahi, Dapoer_ummy, berhasil menunjukkan eksistensinya dari waktu ke waku. Rumah produksi kuliner milik Noviawati ini memiliki produk andalan pastel abon
Produk Dapoer_ummy. (Foto: Dok. Ayobandung.com)
Ayo Biz 22 Agu 2025, 08:48 WIB

Jauh-jauh ke Bandung Buat Beli Cilok?

Cilok sudah lama menjadi ikon jajanan kaki lima di Bandung. Bentuknya bulat, teksturnya kenyal, dan selalu hadir dengan bumbu kacang gurih yang membuat siapa pun sulit menolak.
Ilustrasi Foto Cilok. (Foto: Freepik)
Ayo Netizen 22 Agu 2025, 07:50 WIB

Menikmati Bubur DPR, Rasanya seperti Menghirup Aroma Kebebasan Wakil Rakyat

Toko Bubur DPR menjadi salah satu spot kuliner di Tengah Kota yang bisa dikunjungi pagi-siang dan sore-malam.
Toko Bubur DPR (Di Bawah Pohon Rindang) (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Netizen 21 Agu 2025, 20:18 WIB

Cara Kerja Rezim Algoritma

Opini ini meninjau kembali kebijakan yang putuskan atas pemblokiran rekening bank oleh pemerintah.
Opini ini meninjau kembali kebijakan yang putuskan atas pemblokiran rekening bank oleh pemerintah. (Sumber: Pexels/Defrino Maasy)
Ayo Biz 21 Agu 2025, 18:26 WIB

Demam K-Beauty di Bandung, Klinik Kecantikan Berlomba Hadirkan Perawatan ala Korea

Tren K-beauty berkembang pesat, mendorong lahirnya berbagai klinik kecantikan yang mengusung filosofi dan teknologi Korea sebagai daya tarik utama.
Standar kecantikan Korea Selatan telah menjadi acuan global dalam beberapa tahun terakhir. Kulit wajah sehat, lembap, dan glowing bukan lagi sekadar impian para penggemar K-beauty. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 21 Agu 2025, 17:16 WIB

Investor Rugi, Negara Untung? Menakar Keadilan Pajak Kripto

Menelaah efek kenaikan PPh final pada pasar kripto dan dampaknya untuk investor.
Investor yang merugi tetap dikenakan pajak (Sumber: Ilustrasi oleh AI)
Ayo Biz 21 Agu 2025, 16:38 WIB

Di Kota yang Tak Pernah Kehabisan Gaya, Adi Wardana Menyulap Sneaker Jadi Identitas

Kota Bandung bukan hanya rumah bagi musisi, seniman, dan desainer, tapi juga menjadi ekosistem subur bagi budaya sneaker yang terus tumbuh.
Adi Wardana, seorang disk jockey asal Kota Bandung yang menjadikan sneaker sebagai bagian dari identitas dan narasi hidupnya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)