Jalan Otista Bandung: Dibuka Tiap 30 Tahun, Dinamai dari Si Jalak Harupat

Fira Nursyabani
Ditulis oleh Fira Nursyabani diterbitkan Senin 30 Jun 2025, 11:39 WIB
Jalan Otto Iskandardinata Bandung (Sumber: Ayobandung)

Jalan Otto Iskandardinata Bandung (Sumber: Ayobandung)

AYOBANDUNG.ID - Di Bandung, ada jalan yang hanya bisa “bernapas” tiap 30 tahun. Namanya Jalan Otista. Bukan singkatan dari sesuatu yang aneh-aneh, tapi dari nama tokoh nasional: Otto Iskandardinata. Tapi bukan itu yang bikin jalan ini dikenal, melainkan keanehan geografisnya: ia terbelah rel kereta api, dan dua bagiannya hanya disambung saat momen sakral, yang terjadi tiga dekade sekali.

Dari sisi barat Stasiun Bandung, Jalan Otista membentang dengan nasib yang tak biasa. Bagian utaranya dan bagian selatannya bagaikan dua saudara kandung yang lama tak bersua. Bukan karena berkelahi, tapi karena dipisahkan pagar besi dan kereta api yang lalu-lalang.

Ceritanya bermula pada dekade 1970-an. Saat itu, aktivitas kereta api di Bandung sedang padat-padatnya. Pemerintah memutuskan menutup persilangan di Jalan Otista karena dianggap terlalu riskan bagi lalu lintas. Maka, dibangunlah pagar besi setinggi satu meter lebih yang menutup jalan selebar sekitar 30 meter. Praktis, kendaraan dari utara ke selatan (atau sebaliknya) harus memutar lewat Viaduct. Jalan itu pun seolah berhenti di tengah.

Yang membuat kisah ini makin unik adalah fakta bahwa jalan ini hanya dua kali dibuka dalam kurun waktu hampir 80 tahun. Pertama, pada tahun 1985, saat peringatan 30 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA). Kedua, tiga dekade kemudian, pada tahun 2015, dalam peringatan 60 tahun KAA.

“Jalan dibuka untuk memudahkan akses jalan bagi tamu negaora yang menghadiri perayaan KAA,” begitu bunyi penjelasan resmi dari Pemkot waktu itu.

Setelah tamu pulang dan keriuhan reda, pagar pun kembali berdiri tegak. Jalan Otista kembali terbelah, dan warga Bandung harus bersabar menunggu 30 tahun berikutnya, kalau dibuka lagi.

Dari Residentweg ke Otista

Sebelum dikenal sebagai jalan yang suka ngambek itu, nama jalan ini adalah Residentweg. Nama yang khas era kolonial, diambil dari jabatan Residen Hindia Belanda. Maklum, dulu Bandung memang dipoles menjadi kota “Eropa tropis” oleh para burgemeester dan insinyur Belanda. Jalan, taman, bahkan alun-alunnya pun bergaya Eropa.

Setelah kemerdekaan, nama itu diubah. Jalan tersebut diberi nama Otto Iskandardinata, sosok pejuang asal Bandung yang dikenal dengan julukan Si Jalak Harupat. Bukan asal sembarangan memberi nama, karena Otto memang punya jasa besar, terutama bagi warga Bandung dan masyarakat Sunda secara umum.

Otto Iskandardinata lahir di Bojongsoang, Kabupaten Bandung, pada 31 Maret 1897. Julukannya sebagai Si Jalak Harupat diberikan karena gaya bicaranya yang keras dan tegas, ibarat suara burung jalak yang tak pernah takut bersuara. Otto dikenal tegas menyuarakan pendapatnya kepada pemerintah, yang kemudian diibaratkan dengan burung jalak yang berani.

Baca Juga: Kabel Pabeulit yang Tak Cuma Soal Estetika Bandung

Pendidikan Otto tidak main-main. Ia menempuh sekolah di Hollandsch-Inlandsche School (HIS), lanjut ke Kweekschool Onderbouw di Bandung, dan kemudian ke Hogere Kweekschool di Purworejo. Pendidikan itu menjadi modal penting saat ia mulai aktif di politik, terutama dalam organisasi Budi Utomo dan Paguyuban Pasundan.

Pada 1920-an, Otto menjadi Wakil Ketua Budi Utomo di Bandung dan Pekalongan. Di sinilah kiprahnya bagi rakyat kecil makin nyata. Ia membantu membuka akses agar pedagang pribumi bisa berjualan di sekitar Pasar Baru, tanpa intervensi pasukan Belanda.

Karier politiknya terus naik. Otto masuk Volksraad (semacam DPR zaman Belanda) sejak 1930 sampai 1941. Di sana, ia bukan anggota yang duduk diam. Otto kerap melontarkan kritik keras terhadap pemerintah kolonial. Ia juga ikut aktif dalam BPUPKI dan PPKI, dua badan penting dalam proses kemerdekaan Indonesia.

Setelah Indonesia merdeka, Otto dipercaya menjadi Menteri Negara dalam kabinet awal Republik. Ia juga dikenal sebagai tokoh yang berjasa membentuk BKR, cikal bakal dari TNI, dengan mengorganisir laskar-laskar rakyat di berbagai wilayah.

Sayangnya, akhir hidupnya tragis. Otto diculik dan dibunuh di Pantai Mauk, Banten, pada 20 Desember 1945 oleh salah satu kelompok laskar yang tidak puas dengan sikapnya. Kejadian ini sampai sekarang masih menjadi bagian dari bab gelap sejarah awal kemerdekaan.

Tapi, namanya tetap dikenang. Tak hanya menjadi nama jalan Otista, tetapi juga diabadikan di Stadion Si Jalak Harupat dan RSUD Otto Iskandardinata di Soreang.

Jalan Otto Iskandardinata di Bandung bukan sekadar ruas jalan biasa. Ia menyimpan dua kisah besar: satu soal nama yang berasal dari seorang tokoh keras kepala dan keras suara bernama Otto, satu lagi soal nasib jalan yang nasibnya seperti kutukan tiga dasawarsa.

Warga Bandung tak perlu menunggu gerhana atau komet untuk melihat keajaiban. Cukup menunggu peringatan KAA selanjutnya, dan mungkin, pagar Jalan Otista akan dibuka lagi. Seperti jalan yang menemukan kembali jodohnya—meski hanya sebentar, sebelum akhirnya dipisahkan rel dan pagar besi yang dingin.

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Beranda 20 Des 2025, 13:46 WIB

Mobilitas Kota Bandung Belum Aman bagi Kaum Rentan, Infrastruktur Jadi Sorotan

Dalam temuan B2W, di kawasan Balai Kota, Jalan Aceh, dan Jalan Karapitan, meskipun telah tersedia jalur sepeda, hak pesepeda kerap ditiadakan.
Diskusi Publik “Refleksi Mobilitas Bandung 2025” di Perpustakaan Bunga di Tembok (19/12/2025) (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 21:14 WIB

Sate Murah di Tikungan Jalan Manisi, Favorit Mahasiswa Cibiru

Sate dengan harga yang murah meriah dan rasa yang enak serta memiliki tempat yang strategis di sekitar wilayah Cibiru.
Dengan harga Rp20.000, pembeli sudah mendapatkan satu porsi berisi 10 tusuk sate lengkap dengan nasi. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 20:24 WIB

Hidup Selaras dengan Alam, Solusi Mencegah Terjadinya Banjir di Musim Penghujan

Banjir menjadi salah satu masalah ketika musim hujan telah tiba, termasuk di Kota Bandung.
Salah satu dampak dari penurunan permukaan tanah adalah banjir seperti banjir cileuncang di Jalan Citarip Barat, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung, Rabu 28 Februari 2024. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al- Faritsi)
Ayo Jelajah 19 Des 2025, 19:15 WIB

Sejarah Jatinangor, Perkebunan Kolonial yang jadi Pabrik Sarjana di Timur Bandung

Jatinangor pernah hidup dari teh dan karet sebelum menjelma kawasan pendidikan terbesar di timur Bandung.
Jatinangor. (Sumber: sumedangkab.go.id)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 18:09 WIB

Abah, Buku Bekas, dan Denyut Intelektual

Mahasiswa lintas angkatan mengenalnya cukup dengan satu panggilan Abah. Bukan dosen, staf, bukan pula pustakawan kampus.
Tahun 2002, Palasari bukan sekadar pasar buku. Ia adalah universitas paralel bagi mahasiswa UIN Bandung. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 16:01 WIB

Maribaya Natural Hotspring Resort: Wisata Alam, Relaksasi, dan Petualangan di Lembang

Maribaya Natural Hotspring Resort menawarkan pengalaman wisata alam dan relaksasi di tengah kesejukan Lembang.
Maribaya Lembang. (Sumber: Dokumen Pribadi)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 15:13 WIB

Bukit Pasir sebagai Benteng Alami dari Hempasan Tsunami 

Sand dune yang terbentuk oleh proses angin dan gelombang dapat mengurangi efek tsunami.
Teluk dengan pantai di selatan Jawa Barat yang landai, berpotensi terdampak hempasan maut tsunami. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: T. Bachtiar)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 14:22 WIB

Jualan setelah Maghrib Pulang Dinihari, Mi Goreng ‘Mas Sam’ Cari Orang Lapar di Malam Hari

Mengapa mesti nasi goreng “Mas Iput”? Orangnya ramah.
SAM adalah nama sebenarnya, tapi para pelanggannya telanjur menyebutnya “Mas Iput”. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 14:12 WIB

5 Hidden Gem Makanan Manis di Pasar Cihapit, Wajib Dicoba Saat Main ke Bandung!

Semuanya bisa ditemukan dalam satu area sambil menikmati suasana Pasar Cihapit.
Salah satu tempat dessert di Pasar Cihapit, yang menjadi tujuan berburu makanan manis bagi pengunjung. (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 12:57 WIB

Twig Café Maribaya: Tempat Singgah Tenang dengan Pemandangan Air Terjun yang Menyegarkan Mata

Suasana Cafe yang sangat memanjakan mata dan pikiran lewat pemandangan nyata air terjun yang langsung hadir di depan mata.
Air terjun yang langsung terlihat dari kafe. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 11:46 WIB

Program CSR sebagai Alat Penembusan dosa

CSR harus dikembalikan ke inti, yaitu komitmen moral untuk mencegah kerusakan ekosistem sejak awal
Ilustrasi kayu hasil penebangan. (Sumber: Pexels/Pixabay)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 10:21 WIB

Keberlangsungan Suatu Negara dalam Bayang-Bayang Deformasi Kekuasaan

Sering kali ada pengaruh buruk dalam jalannya suatu pemerintahan yang dikenal dengan istilah deformasi kekuasaan.
 (Sumber: Gemini AI)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 09:24 WIB

Kota Bandung: Hak Trotoar, Pejalan Kaki, dan PKL

Antara hak pejalan kaki dan pedagang kaki lima yang harus diseimbangkan pemerintah Kota Bandung
Pejalan kaki harus melintas di jalan yang diisi oleh para pedagang di trotoar Lengkong Street Food, Kamis, 4 Desember 2025. (Sumber: Dokumentasi pribadi | Foto: Taqiyya Tamrin Tamam)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 09:13 WIB

Cibaduyut: Sentra Sepatu yang Berubah Menjadi Sentra Kemacetan

Cibaduyut tidak hanya menjadi pusat penjualan sepatu di Kota Bandung, tapi juga sebagai salah satu pusat kemacetan di kota ini.
Tampak jalanan yang dipenuhi kendaraan di Jln. Cibaduyut, Kota Bandung (04/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Yudhistira Rangga Eka Putra)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 21:16 WIB

Sambel Pecel Braga: Rumah bagi Lidah Nusantara

Sejak berdiri pada 2019, Sambel Pecel Braga telah menjadi destinasi kuliner yang berbeda dari hiruk- pikuk kota.
Sambel Pecel Braga di tengah hiruk pikuk perkotaan Bandung. (Foto: Fathiya Salsabila)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 20:42 WIB

Strategi Bersaing Membangun Bisnis Dessert di Tengah Tren yang Beragam

Di Tengah banyaknya tren yang cepat sekali berganti, hal ini merupakan kesempatan sekaligus tantangan bagi pengusaha dessert untuk terus mengikuti tren dan terus mengembangkan kreatifitas.
Dubai Truffle Mochi dan Pistabite Cookies. Menu favorite yang merupakan kreasi dari owner Bonsy Bites. (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 20:08 WIB

Harapan Baru untuk Taman Tegallega sebagai Ruang Publik di Kota Bandung

Taman Tegallega makin ramai usai revitalisasi, namun kerusakan fasilitas,keamanan,dan pungli masih terjadi.
Area tribun Taman Tegalega terlihat sunyi pada Jumat, 5 Desember 2025, berlokasi di Jalan Otto Iskandardinata, Kelurahan Ciateul, Kecamatan Regol, Kota Bandung, Jawa Barat. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Ruth Sestovia Purba)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 19:38 WIB

Mengenal Gedung Sate, Ikon Arsitektur dan Sejarah Kota Bandung

Gedung Sate merupakan bangunan bersejarah di Kota Bandung yang menjadi ikon Jawa Barat.
Gedung Sate merupakan bangunan bersejarah di Kota Bandung yang menjadi ikon Jawa Barat. (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 18:30 WIB

Kondisi Kebersihan Pasar Induk Caringin makin Parah, Pencemaran Lingkungan di Depan Mata

Pasar Induk Caringin sangat kotor, banyak sampah menumpuk, bau menyengat, dan saluran air yang tidak terawat, penyebab pencemaran lingkungan.
Pasar Induk Caringin mengalami penumpukan sampah pada area saluran air yang berlokasi di Jln. Soekarno-Hatta, Kec. Babakan Ciparay, Kota Bandung, pada awal Desember 2025 (Foto : Ratu Ghurofiljp)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 17:53 WIB

100 Tahun Pram, Apakah Sastra Masih Relevan?

Karya sastra Pramoedya yang akan selalu relevan dengan kondisi Indonesia yang kian memburuk.
Pramoedya Ananta Toer. (Sumber: Wikimedia Commons | Foto: Lontar Foundation)