Menjalani Masa Tua dengan Bahagia

Sam Edy Yuswanto
Ditulis oleh Sam Edy Yuswanto diterbitkan Minggu 29 Jun 2025, 20:33 WIB
Kegiatan bersepeda yang biasa saya lakukan di pagi hari (Foto: Sam)

Kegiatan bersepeda yang biasa saya lakukan di pagi hari (Foto: Sam)

Setiap orang yang mendapat anugerah usia panjang, pasti dia akan mengalami yang namanya proses penuaan.

Kulit yang mulai mengeriput dan tak sekencang dulu lagi, fisik yang mudah merasa lelah dan kepayahan, dan banyak lagi tanda-tanda penuaan alamiah yang umumnya dialami oleh orang-orang yang usianya sudah tak muda lagi.

Menjalani masa tua itu, sebagaimana sedang saya alami (saat ini usia saya sudah menapaki angka 48 tahun) memang butuh persiapan. Termasuk kesiapan mental.

Mental di sini sangat penting, agar kita tak mudah kagetan atau merasa tersinggung (istilah sekarangnya baper) ketika ada orang yang, misalnya, memanggil kita dengan embel-embel Bapak atau Om bahkan Kakek.

Mungkin ada sebagian orang yang merasa tersinggung dan lantas melampiaskan kemarahannya ketika dirinya dipanggil dengan sebutan Ibu atau Tante oleh orang yang baru dikenal.

Misalnya saat membeli makanan di mini market, si pelayan memanggilnya dengan panggilan Ibu pada pembelinya. Lantas, si pembeli merasa tersinggung dan marah-marah kepada si pelayan, karena merasa panggilan Ibu dianggap tidak sopan dan dia merasa masih cukup muda untuk mendapat panggilan Ibu. Mungkin harusnya si pelayan memanggil Mbak atau Kakak saja.

Mudah merasa tersinggung inilah yang saya sebut dengan ketidaksiapan mental saat menghadapi masa-masa tua.

Mestinya, ketika seseorang memanggil Ibu atau Bapak pada kita yang usianya memang sudah lanjut, kita tak usah merasa tersinggung.

Justru menjadi semacam pengingat atau renungan, “Oh saya sudah semakin tua, ya?” Pengingat ini mestinya akan membuat kita berusaha memanfaatkan sisa-sisa usia kita dengan baik. 

Ilustrasi orang tua. (Sumber: Pexels/Ekam Juneja)
Ilustrasi orang tua. (Sumber: Pexels/Ekam Juneja)

Saya pun sekarang sudah mulai membiasakan diri menerima segala bentuk panggilan dari orang-orang yang saya temui. Mulai dari panggilan Bapak atau Pak, Om, Pak Lik, hingga Mas. Memang sih, kalau mau jujur, saya lebih senang bila ada orang yang memanggil dengan panggilan Mas.

Menurut saya, diksi "Mas" terdengar lebih enak dan nyaman di telinga meski usia kita sudah tak muda lagi. Hehehe. Panggilan Mas juga terkesan lebih akrab dan menyenangkan. 

Bahkan di antara sebagian teman-teman saya yang usianya tak lagi muda, kami biasa saling memanggil dengan panggilan Kakak.

Salah satu tujuannya adalah agar kami bisa lebih akrab dan seolah lupa dengan jumlah usia kami hahaha. Panggilan semacam ini juga menjadi cara bagi saya agar tetap semangat dan bahagia menjalani hari-hari.

Beda lagi dengan keponakan-keponakan saya yang sudah menikah dan memiliki buah hati. Mereka, anak-anaknya keponakan saya, akan memanggil saya dengan panggilan Mbah (Simbah) atau Kakek. Duh, jadi semakin merasa sangat tua, ya? Hehehe. 

Namun, terlepas dari apa pun panggilan orang-orang pada kami (orang yang usianya tak lagi muda ini) saya sudah jauh-jauh hari menyiapkan mental dan menerima dengan lapang dada apa pun panggilan yang diberikan orang-orang pada saya. Rasa menerima dan lapang dada inilah yang lantas membantu saya merasa lebih tenang dan bahagia dalam menghadapi masa tua. 

Selain perihal panggilan atau sebutan tersebut, tentu masih banyak lagi beragam hal yang berkaitan dengan kesiapan mental kita saat menghadapi masa-masa lanjut usia.

Misalnya, rambut yang semakin memutih. Bagi mereka yang tak siap dengan hal ini, mungkin akan melakukan upaya-upaya agar rambutnya tetap berwarna hitam. Mengecat rambut misalnya, biasa dilakukan oleh mereka yang sudah berusia lanjut usia dan masih ingin terlihat muda. 

Lihat Juga: Podcast Terbaru Ayobandung

Kalau saya sendiri, jujur merasa enggan untuk mengecat rambut kepala yang sudah banyak memutih. Saya belajar untuk menerima kondisi saya apa adanya, kondisi yang memang sudah tak lagi muda. Yang saya lakukan adalah berusaha memangkas rambut agar lebih cepak atau pendek.

Selain lebih rapi dan tak butuh sisir, saya juga ada masalah dengan rambut kepala yang bila dibiarkan panjang sedikit saja sudah terasa gatal-gatal.

Jadi intinya, berdamai dan menerima kondisi rambut yang mulai memutih itu juga butuh persiapan mental.

Bila tak siap dengan kondisi perubahan rambut ini, maka dapat berakibat pada suasana hati atau mood yang tidak baik, atau merasa tidak percaya saat harus bertemu dengan banyak orang. Ini tentu akan mengganggu aktivitas kita dan akibatnya hidup kita menjadi kurang bahagia.

Menjalani masa tua dengan bahagia menjadi semacam jargon bagi saya saat ini. Bila ditelisik, ada begitu banyak cara yang bisa dilakukan agar kita tetap bahagia menjalani masa tua. Misalnya, melakukan beragam aktivitas yang bermanfaat dan menyenangkan.

Baca Juga: Hijrah Menuju Masyarakat Beradab

Menyalurkan hobi yang selama ini kita abaikan misalnya, dapat menjadi sebuah kegiatan yang menyenangkan.

Bersepeda, jalan kaki atau jogging di pagi hari, memancing, membaca beragam jenis buku, berwisata, bergabung dengan komunitas yang memiliki hobi senada, merupakan contoh dari sekian banyak hobi atau kegiatan positif yang bisa membuat masa-masa tua kita menjadi lebih menyenangkan.

Pada akhirnya, yang dapat menentukan bahagia tidaknya kita (mau usia muda atau tua) adalah diri kita sendiri. Bukankah Allah Swt. telah memberikan sedikit kuasa bagi kita untuk menentukan arah jalan hidup kita? Oleh karenanya, tentukan kebahagiaan hidup Anda dari sekarang. 

Yang perlu dicatat di sini bahwa menjalani hidup bahagia bukan berarti tanpa ujian atau persoalan. Sebab yang namanya hidup, kita akan berhadapan dengan ujian yang sejatinya akan menjadi bekal bagi kita untuk menjadi sosok yang lebih dewasa dan bijaksana. Wallahu alam bish-shawaab. (*)

Jangan Lewatkan Podcast Terbaru AyoTalk:

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Sam Edy Yuswanto
Penulis lepas berdomisili di Kebumen.
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Biz 06 Nov 2025, 20:05 WIB

Jawa Barat Melawan Scam, Inklusi Keuangan Jadi Senjata Baru

Jawa Barat masih berhadapan dengan kenyataan pahit, di mana tingginya laporan penipuan finansial, maraknya praktik keuangan ilegal, dan kesenjangan akses terhadap layanan keuangan formal.
Bulan Inklusi Keuangan (BIK) 2025 menjadi ruang interaktif masyarakat dengan lembaga keuangan, dalam membuka wawasan, membangun kepercayaan, dan melindungi hak konsumen. (Sumber: OJK)
Ayo Netizen 06 Nov 2025, 19:24 WIB

Bopet Bagindo: Sarapan Khas Minang di Bandung dengan Cita Rasa Otentik

Bopet Bagindo dikenal sebagai tempat sarapan murah tapi tetap mengenyangkan.
 (Sumber: Akun Tiktok @lidyahw)
Ayo Netizen 06 Nov 2025, 18:50 WIB

Pengasuhan Anak di Era Digital

Menuntun generasi, bukan sekadar mengawasi.
Ilustrasi anak-anak Indonesia. (Sumber: Pexels/Teguh Dewanto)
Ayo Biz 06 Nov 2025, 18:41 WIB

Bandung dan Tumbler, Ketika Gaya Hidup Sehat Menjadi Identitas Sosial

Di taman kota, ruang kerja, hingga jalur lari pagi, tumbler bukan lagi sekadar wadah air minum, tapi jadi penanda gaya hidup yang aktif, sadar lingkungan, dan estetis.
Di taman kota, ruang kerja, hingga jalur lari pagi, tumbler bukan lagi sekadar wadah air minum, tapi jadi penanda gaya hidup yang aktif, sadar lingkungan, dan estetis. (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 06 Nov 2025, 18:24 WIB

Gerakan Muhammadiyah dalam Menghadapi Krisis Iklim Global

Muhammadiyah telah merespons krisis iklim global dengan pendekatan yang sistematis, holistik, dan terinstitusionalisasi.
Krisis iklim global menerpa kampung/kota di Indonesia (Sumber: https://muhammadiyah.or.id/2023/08/atasi-krisis-iklim-muhammadiyah-digandeng-klhk-bangun-20-ribu-kampung-iklim-di-seluruh-indonesia/)
Ayo Netizen 06 Nov 2025, 18:12 WIB

Icip Bakso Solo Samrat yang Sedang Happening

Bakso Solo Samrat merupakan salah satu Bakso yang sedang happening di kalangan konten kreator atau masyarakat umum.
Bakso Keju Lumer dan Es Kacang Brenebon (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Biz 06 Nov 2025, 17:41 WIB

Eksistensi HvB di Bandung, Komunitas yang Menghidupkan Sejarah Lewat Tubuh dan Teater

Historia van Bandung (HvB), komunitas ini menjadikan tubuh, kostum, dan aksi teatrikal sebagai medium untuk menghidupkan kembali masa perjuangan Indonesia.
Historia van Bandung (HvB), komunitas ini menjadikan tubuh, kostum, dan aksi teatrikal sebagai medium untuk menghidupkan kembali masa perjuangan Indonesia. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 06 Nov 2025, 17:10 WIB

Warung Viral di Bandung yang Jadi Tempat Nongkrong Favorit Anak Muda

Meski awalnya dikenal karena popularitas film, warung Bi Eem kini telah melangkah lebih jauh.
Meski awalnya dikenal karena popularitas film, warung Bi Eem kini telah melangkah lebih jauh. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Jelajah 06 Nov 2025, 17:00 WIB

Hikayat Kiaracondong, Tujuan Urbanisasi Kaum Pekerja Zaman Baheula

Kisah Kiaracondong yang bermula dari sebatang pohon miring hingga jadi kawasan industri, stasiun besar, dan simpul macet abadi Bandung.
Para buruh pekerja Artillerie Constructie Winkel (ACW) di Kiaracondong yang merupakan cikal bakal PT Pindad. (Sumber: Tropenmuseum)
Ayo Netizen 06 Nov 2025, 16:50 WIB

Literasi Digital Sejak Dini, Bekal Anak Masa Kini

Literasi digital sejak dini bukan untuk menjauhkan anak dari teknologi.
Ilustrasi teknologi digital di sekitar anak-anak saat ini. (Sumber: Pexels/Ron Lach)
Ayo Netizen 06 Nov 2025, 16:19 WIB

Tembok Demokrasi dalam Keadilan Buku-Buku Cetak

Kenapa buku dan suara rakyat harus dipenggal?
Ilustrasi buku cetak. (Sumber: Pexels/Element5 Digital)
Ayo Netizen 06 Nov 2025, 15:16 WIB

Persib: Kami di Asia, Kamu di Mana?

Persib Bandung, dijadwalkan bertanding melawan Selangor FC Malaysia di ajang AFC Champions League Two (ACL Two).
Persib Bandung saat berhasil menang 2-0 atas Selangor FC. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 06 Nov 2025, 13:54 WIB

Opini dan Fakta dari Perspektif Jurnalistik

Tsunami fakta, kebanjiran fakta, hujan fakta. Mungkin kita pernah melihat dan membaca komentar seperti itu ketika menjelajahi media sosial.
Pengetahuan tentang opini dan fakta penting untuk semua orang. (Sumber: PEXELS | Foto: Judit Peter)
Ayo Netizen 06 Nov 2025, 12:09 WIB

Perjuangan Seorang Santri Menebarkan Ilmu Melalui Kitab Kuning

Di balik kesederhanaan seorang santri di Madrasah Aliyah Sukamiskin, tersimpan kisah yang begitu hangat dan menginspirasi.
Defan, seorang pemuda asal Bandung yang menjadikan kitab kuning bukan sekadar bacaan, tetapi jalan untuk menempa karakter dan memperkuat keyakinan hidupnya. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 06 Nov 2025, 09:12 WIB

Mimpi UMKM Lokal di Panggung Livin’ Fest 2025

Livin’ Fest 2025 jadi panggung bagi UMKM muda menunjukkan karya dan cerita mereka.
Antusias Pengunjung Livin' Market 2025 (Sumber: Dokumentasi Penulis| Foto: Firqotu Naajiyah)
Ayo Netizen 06 Nov 2025, 07:42 WIB

Perspektif Lain Sejarah Indonesia lewat Buku Dalih Pembunuhan Massal Karya Jhon Roosa

Buku Pembunuhan Massal Karya Jhon Roosa merupakan buku yang menyajikan perspektif lain dari sejarah yang selama ini kita yakini.
Buku Dalih Pembunuhan Massal Karya Jhon Roosa (Sumber: Instagram | Katalisbook)
Ayo Netizen 05 Nov 2025, 20:12 WIB

Keringat yang Bercerita, Potret Gaya Hidup Sehat di Perkotaan

Melalui feature ini pembaca diajak menyelami suasana pagi yang penuh semangat di tengah denyut kehidupan masyarakat perkotaan.
Ilustrasi olahraga lari. (Sumber: Pexels/Ketut Subiyanto)
Mayantara 05 Nov 2025, 19:29 WIB

Budaya Scrolling: Cermin dari Logika Zaman

Di banyak ruang sunyi hari ini, kita melihat pemandangan yang sama, seseorang menunduk menatap layar, menggulir tanpa henti.
Kita menyebutnya scrolling, para peneliti menyebutnya sebagai ritual baru zaman digital. (Sumber: Pexels/cottonbro studio)
Ayo Biz 05 Nov 2025, 18:38 WIB

Deteksi Dini Anak Berkebutuhan Khusus, antara Keresahan Orang Tua dan Tantangan Penerimaan

Selain faktor akses, stigma sosial menjadi penghalang besar. Tidak sedikit orang tua yang enggan memeriksakan anak karena takut dicap atau dikucilkan.
Ilustrasi. Deteksi dini anak berkebutuhan khusus masih menjadi isu mendesak di Indonesia. (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 05 Nov 2025, 17:21 WIB

10 Penulis Terpilih Oktober 2025: Kritik Tajam untuk Bandung yang 'Tidak Hijau'

Inilah 10 penulis terbaik yang berhasil menorehkan karya-karya berkualitas di kanal AYO NETIZEN sepanjang Oktober 2025.
Banjir di Kampung Bojong Asih, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, pada Minggu, 9 Maret 2025. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)