Melewatkan Siang antara Pasar Rakyat dan Istana Cipanas yang Penuh Kontras

Djoko Subinarto
Ditulis oleh Djoko Subinarto diterbitkan Kamis 15 Mei 2025, 14:46 WIB
Istana Cipanas, Cianjur, Jawa Barat. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Djoko Subinarto)

Istana Cipanas, Cianjur, Jawa Barat. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Djoko Subinarto)

Sabtu (26/4/2025) siang, saya tengah melaju dengan sepeda gunung dari arah Puncak Pas menuju Padalarang, Jawa Barat. Perjalanan saya sedikit tersendat saat memasuki Cipanas. Di depan Pasar Cipanas, di sisi utara, sebuah angkot kuning berhenti untuk menurunkan penumpang. 

Namun, usai penumpang turun, angkot itu memilih tetap berhenti. Sang supir tampaknya berharap ada penumpang yang bakal naik. Di belakang angkot, sebuah truk Fuso membunyikan klakson meminta jalan. Angkot kuning itu kemudian bergeser ke kiri sedikit untuk memberinya jalan.

Sementara itu, di sisi selatan, persis di depan Bangunan Pasar Cipanas, beberapa angkot kuning lainnya berjejer. Di masing-masing punggung angkot itu tertera rute dari masing-masing angkot, sehingga membantu calon penumpang memastikan dengan tepat rute yang harus diambil.

Di sisi selatan Pasar Cipanas, yang bertingkat itu, saya melihat tak ada trotoar. Warga terpaksa berjalan di bahu jalan, berebut dengan kendaraan yang hilir mudik.

Adapun di sisi utara terlihat ada trotoar. Namun, tidak benar-benar steril. Sebagian di antaranya diokupasi oleh para pedagang, membuat pejalan kaki kurang leluasa berjalan di atasnya.   

Di bagian atas bangunan Pasar Cipanas tampak membentang beberapa poster iklan dan spanduk. Salah satu tulisan yang tertera di salah satu spanduk berbunyi: "Pasar Rakyat Cipanas Ber-SNI 2020 Hadir di GrabMart".

Baca Juga: Nilai Penting Pembakuan Eksonim Negara

Istana Cipanas yang terawat

Istana Cipanas, Cianjur, Jawa Barat. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Djoko Subinarto)

Saya lajukan sepeda perlahan menuju ke arah timur. Lepas dari Pasar Cipanas, saya melihat sebuah plang. Tertulis di plang itu: “Istana Cipanas”. Saya berhenti beberapa meter sebelum plang tersebut. 

Dari atas trotoar yang mulus, pandangan saya arahkan ke arah istana. Berbeda dengan Pasar Cipanas, Istana Cipanas tampak kinclong, jauh lebih terawat, dan seolah menjadi penanda status sosial yang berbeda di antara keduanya. Tidak ada spanduk atau poster yang terbentang atau menempel di sekeliling istana.

Saya berdiri di atas trotoar, mengamati kompleks istana. Pagar besi berwarna hitam yang terlihat kokoh mengelilingi istana. Saya langsung teringat pada lagu The Beatles, A Day in the Life, yang mengajak kita untuk merefleksikan kehidupan sehari-hari dengan segala kontradiksi yang ada. 

Bait-bait lagu karya Lennon-MCCartney itu membuat saya sadar bahwa kehidupan kita sering kali terpisah oleh garis-garis status sosial yang tampak jelas. Istana dengan kebersihan dan ketertibannya dan pasar dengan keramaian dan keriuhannya.

Saya lantas menyeberangi jalan raya untuk melihat lebih dekat Istana Cipanas. Namun, tak mungkin masuk ke halaman istana karena untuk bisa melakukan hal tersebut, saya memerlukan izin khusus. Saya hanya bisa  berdiri dari balik pagar. 

Saya keluarkan ponsel. Saya julurkan tangan ke balik pagar untuk mengambil beberapa gambar Istana Cipanas – lengkap dengan air mancur yang sedang menyala di depannya.

Baca Juga: Bicara tentang Disrupsi AI, Ayobandung.id Rangkul Mahasiswa Unpad Menulis Otentik

Perut tiba-tiba menjerit

Pasar Cipanas, Cianjur, Jawa Barat. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Djoko Subinarto)

Beres mengambil gambar, saya lanjutkan perjalanan. Sekitar beberapa ratus meter ke arah timur dari istana, saya melihat sejumlah kedai makan dan restoran mewah berjejer. Mobil-mobil mengkilap berplat luar kota parkir berderet-deret di salah satu restoran yang halamannya cukup luas. Dua petugas parkir berseragam terlihat sibuk mengatur kedatangan dan kepulangan tamu restoran. Cipanas memang menjadi tujuan wisata, terutama bagi mereka yang datang dari Jakarta, yang ingin menikmati suasana pegunungan dan udara segar sembari menikmati aneka suguhan kuliner.

Melintas di depan restoran itu, perut saya langsung menjerit. Waktu makan siang memang sudah tiba. Saya memeriksa tas pinggang, hanya ada satu lembaran Rp 50.000. Di saku celana, saya menemukan Rp16.000. Cukup sih untuk makan siang, namun tentu tidak di restoran mewah dengan menu berlimpah, yang siap menggoyang lidah. 

Maka, saya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan hingga menuju Kota Cianjur ketimbang berhenti makan siang di Cipanas. Sambil melaju melahap turunan, saya merenung ihwal nilai-nilai yang saya lihat sepanjang perjalanan siang itu. Pasar Cipanas dengan kehidupan yang sibuk dan dinamis, dan Istana Cipanas yang tenang dan terawat. Keduanya adalah gambaran nyata dari dualitas sosial yang berjauhan. 

Di lorong-lorong pasar, hidup adalah soal bertahan, sementara di lingkungan istana, hidup boleh jadi hanya soal memilih ihwal kenyamanan seperti apa yang hendak direngkuh. Saya menyadari bahwa gelinding roda kehidupan seringkali membawa kita ke tempat-tempat yang memperlihatkan betapa timpangnya nasib manusia, betapa tak adil peta rezeki digoreskan di atas tanah yang sama. Ada yang berjuang dengan segenap tenaga demi secuil harapan, ada pula yang mengarungi hari-hari dengan limpahan yang bahkan tak sempat mereka syukuri.

Namun, saya juga sadar bahwa setiap gelinding roda kehidupan bakal membawa kita pada pemahaman baru. Maka, saya pun teringat pada lirik lagu Imagine dari John Lennon, yang mengajak kita untuk senantiasa membayangkan dunia yang lebih damai dan lebih sederhana, di mana tidak ada batasan yang membedakan kita semua. 

Baca Juga: Ledakan Amunisi di Garut dan Sistem Logistik Militer

Dunia ini penuh kontras

Jalan Cipanas, Cianjur, Jawa Barat. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Djoko Subinarto)

Saya percaya bahwa kehidupan ini memiliki nilai yang sama bagi setiap orang. Baik mereka yang hidup di lingkungan pasar maupun di lingkungan istana, semua pada dasarnya berusaha mencari tempat yang nyaman dan aman untuk melakoni hidup.

Dan pemikiran itu kembali terlintas ketika saya akhirnya singgah di sebuah warung nasi sederhana di kawasan Rawabango, Cianjur – sebelum meneruskan perjalanan ke Padalarang. Di sana, saya menikmati makan siang yang sederhana namun sarat makna. Bagi saya, warung nasi di Rawabango itu bukan sekadar tempat makan, melainkan juga pengingat bahwa hidup kerap menawarkan pilihan-pilihan yang sederhana namun berarti. Sambil duduk menikmati nasi putih hangat, oseng kacang panjang, dan telur dadar, saya merasakan kehangatan lain yakni rasa syukur atas perjalanan hari itu.

Perjalanan bersepeda dari Puncak Pas menuju Padalarang siang itu agaknya bukan hanya menyangkut perjalanan fisik, tetapi juga menyangkut soal refleksi sosial dan ekonomi.

Dari momen melintas sekejap antara Pasar Cipanas yang sibuk hingga Istana Cipanas yang megah serta asri, saya melihat bahwa dunia ini selalu penuh kontras. Namun, seperti dalam bait-bait lagu Hey Jude dari The Beatles, toh kita harus senantiasa belajar untuk menghadapi dunia yang penuh kontras ini dengan hati yang selalu terbuka dan menerima kenyataan dengan penuh pengertian.

Setiap tempat, setiap orang, memiliki peran dan cerita mereka sendiri-sendiri. Dan kita hanya perlu menyadari bahwa semua itu adalah bagian dari kehidupan yang terus berjalan, yang perlu dilakoni, dinikmati serta disyukuri. (*)

Djoko Subinarto
Penulis lepas, blogger
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Beranda 01 Jul 2025, 18:49 WIB

DPRD Bandung Barat Pasang Badan untuk Tambang, Logika Ekonomi Pinggirkan Ekologi

Berbeda dengan Dedi Mulyadi yang ingin gebuk tambang ilegal, DPRD Bandung Barat justru membelanya. Alasannya? Demi ekonomi.
Penambangan batu menggunakan alat berat di kawasan Gunung Pabeasan yang termasuk ke dalam Karst Citatah, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)
Ayo Biz 01 Jul 2025, 17:55 WIB

Saat Ramen Masuk ke Pasar, Inovasi Galih Membongkar Pakem Lewat Rameninpo

Rameninpo, cerita tentang keberanian meracik identitas, memadukan budaya, dan membangun ruang baru bagi kreativitas anak muda di tengah pasar tradisional.
Rameninpo, cerita tentang keberanian meracik identitas, memadukan budaya, dan membangun ruang baru bagi kreativitas anak muda di tengah pasar tradisional. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 01 Jul 2025, 17:06 WIB

Dari Wali Kota Medsos ke Wapres Republik: Gibran dan Masa Depan Politik Personalistik

Gibran Rakabuming adalah bentuk terkini gaya kepemimpinan di tanah air. Dengan kemampuan komunikasi digital, plus garis keturunan menguntungkan, loncatan karir super eksponensial berhasil dia cetak.
Wapres RI Gibran Rakabuming (Sumber: Setneg | Foto: Website Setneg)
Ayo Netizen 01 Jul 2025, 16:00 WIB

Terbanglah yang Tinggi Tanpa Menjatuhkan Orang Lain

Setiap orang berhak untuk memiliki impian atau cita-cita setinggi-tingginya.
Mengapa sebagian orang berhasil menggapai cita-citanya, sementara sebagian yang lain gagal dalam mewujudkan impiannya? (Sumber: Pexels/Rakicevic Nenad)
Ayo Biz 01 Jul 2025, 15:33 WIB

Rajut Ulang Harapan di Binong Jati, Proses Bertahan Hidup Perajut Bandung di Tengah Dinamika Zaman

Sentra Rajut Binong Jati bukan sekadar pusat industri kecil, tetapi lembar-lembar kisah tentang jatuh bangun para perajut Kota Bandung.
Sentra Rajut Binong Jati bukan sekadar pusat industri kecil, tetapi lembar-lembar kisah tentang jatuh bangun para perajut Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Biz 01 Jul 2025, 15:04 WIB

Kampung Randukurung, Sentra Tusuk Sate Tersembunyi di Bandung Selatan

Jarang yag tahu bahwa ada sentra tusuk sate yang tersembunyi di pelosok Kabupaten Bandung. Di wilayah Desa Kutawaringin dan sekitarnya, terutama di Kampung Randukurung, tusuk sate menjadi bagian dari
Sentra Kerajinan Tusuk Sate di Kampung Randukurung, Kabupaten Bandung. (Foto: Restu Nugraha)
Ayo Netizen 01 Jul 2025, 14:01 WIB

Cantik Itu Filterable? Representasi dan Realitas di Era Instagram

Representasi di era digital tetap banyak mereproduksi pola-pola lama tentang tubuh, kecantikan, dan identitas. Sehingga diperlukan kesadaran kritis dalam menciptakan makna yang lebih adil dan beragam.
Di media sosial, kita memang punya kontrol lebih terhadap citra diri, termasuk untuk kecantikan wajah. (Sumber: Pexels/cottonbro studio)
Ayo Biz 01 Jul 2025, 13:32 WIB

Nekat Berhenti Berkarir Demi Anak, Dina Berhasil Kembangkan Bisnis Kuliner Pempek Jeol

Di balik kesuksesan Pempek Jeol dan Batagor Priangan ada kisah tentang ketekunan Dina Rahayuningsih. Perjalanannya dimulai bukan dari dapur atau meja produksi, tetapi dari keputusan besar meninggalka
Owner Pempek Jeol Dina Rahayuningsih. (Foto: Rizma Riyandi)
Ayo Jelajah 01 Jul 2025, 12:08 WIB

Sesar Baru di Sekitar Gunung Tangkubanparahu, Tambah Daftar Patahan Gempa Bandung Raya

Gempa Magnitudo 2,7 yang mengguncang Cimahi dan sekitarnya pada akhir Juni lalu menyisakan satu pertanyaan: kalau bukan Sesar Lembang, lantas siapa pelakunya?
Gunung Tangkubanparahu (Sumber: Ayobandung | Foto: Restu Nugraha)
Ayo Netizen 01 Jul 2025, 10:31 WIB

Obor Tradisi, Api Selebrasi

Di setiap nyala api, ada cerita yang diwariskan. Inilah wajah Tahun Baru Hijriah di Cibiru Hilir bak selebrasi yang terus menyala, demi tradisi agar tetap terjaga dan terawat.
Peserta melakukan pawai obor pada peringatan Bandung Lautan Api 2019 saat melintas di Jalan Asia-Afrika, Kota Bandung, Sabtu (23/3/2019). (Sumber: ayobandung.com | Foto: Irfan Alfaritsi)
Ayo Netizen 01 Jul 2025, 08:56 WIB

Tjetjep Heryana, Jago Balap Bandung Jadi Raja Sirkuit Cililitan 1957

Tjetjep Heryana mengharumkan nama Bandung dalam kejuaraan balap motor level nasional di Jakarta pada 1957.
Tiga pebalap Bandung yakni Grashuis, Tjetjep, dan Bartels naik podium seusai melakoni balapan kelas 250 cc A yang berlangsung 12 putaran. Tjetjep yang berdiri di tengah menjadi juara dalam kelas tersebut. (Foto: Aneka) (Sumber: Aneka | Foto: Aneka)
Ayo Biz 30 Jun 2025, 17:58 WIB

Soto Sedari, Kisah Reza dan Mimpi dari Semangkuk Soto

Perjalanan Soto Sedari bukan hanya tentang membuka kedai dan menjual makanan, tapi juga menjunjung warisan kuliner Indonesia dan misi menduniakan soto.
Perjalanan Soto Sedari bukan hanya tentang membuka kedai dan menjual makanan, tapi juga menjunjung warisan kuliner Indonesia dan misi menduniakan soto lewat sebuah inovasi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Jelajah 30 Jun 2025, 15:39 WIB

Hikayat Sungai Cikapundung, Pernah Jernih Sebelum Diratap dalam Syair

Dulu mengalirkan listrik dan ikan, kini hanya mengalirkan limbah dan keluhan. Cikapundung menyimpan kisah ironi kota Bandung.
Sungai Cikapundung yang dijadikan waduk pembangkit listrik zaman baheula pada masa Hindia Belanda. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Biz 30 Jun 2025, 15:03 WIB

Meliza dan Stik Keju Sayurannya: Dari Dapur Rumah ke Pasar Camilan Sehat

Meliza Snack, cheese stick yang dipadukan dengan sayuran seperti bayam, wortel, dan bawang, menghadirkan camilan unik sekaligus bergizi.
Meliza Snack, cheese stick yang dipadukan dengan sayuran seperti bayam, wortel, dan bawang, menghadirkan camilan unik sekaligus bergizi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 30 Jun 2025, 14:43 WIB

Fadli Zon Harus Mundur

Aktivis 98 Kota Bandung, meminta dengan tegas, agar Fadli Zon mundur sebagai Menteri Kebudayaan.
Surya dan Hema, Aktivis 98 Kota Bandung, meminta dengan tegas, agar Fadli Zon mundur sebagai Menteri Kebudayaan. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Matdon)
Ayo Biz 30 Jun 2025, 13:47 WIB

Mengunjungi Desa Cipada, Sentra Pertanian Penghasil Labu Siam di Kaki Burangrang

Di lereng Gunung Burangrang, terdapat sebuah desa yang menggantungkan hidup pada labu siam. Desa Cipada, yang terletak di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, penghasil labu siam
Labu siam dari budidaya di Desa Cipada. (Foto: Restu Nugraha)
Ayo Biz 30 Jun 2025, 13:23 WIB

Dari Iseng Jadi Serius: Begini Kisah Anti Bangun Bisnis Kaos Mimo Merch dari Nol

Kisah sukses sering kali berawal dari langkah kecil yang tak terduga. Itulah yang dialami Anti Dewi Intan, pemilik brand kaos Mimo Merch yang berbasis di Banjaran, Kabupaten Bandung.
Yulianti Dewi Intan, pemilik Mimo Merch memperlihatkan salah satu produknya. (Foto: Rizma Riyandi)
Ayo Netizen 30 Jun 2025, 13:21 WIB

Bandung Canva Lovers Jadi Tempat Menyalakan Mimpi yang Sempat Meredup

Lewat gelaran komunitas, seperti Canva Community Lab, semangat kolaborasi dan teknologi bisa bertemu di satu panggung.
Lewat gelaran komunitas, seperti Canva Community Lab, semangat kolaborasi dan teknologi bisa bertemu di satu panggung. (Sumber: Komunitas Bandung Canva Lovers | Foto: Tegar P. Fahar)
Ayo Jelajah 30 Jun 2025, 11:39 WIB

Jalan Otista Bandung: Dibuka Tiap 30 Tahun, Dinamai dari Si Jalak Harupat

Dulu namanya Residentweg, kini jadi Jalan Otto Iskandardinata. Terkenal karena sering ditutup dan hanya sesekali dibuka, seperti misteri yang muncul tiap tiga dekade.
Jalan Otto Iskandardinata Bandung (Sumber: Ayobandung)
Ayo Netizen 30 Jun 2025, 10:27 WIB

Jabar Dipecah Jadi 5 Provinsi? Lebih Baik Tambah Kabupaten atau Kota Saja

Jawa Barat tak butuh lebih banyak gubernur, tapi pemimpin yang lebih dekat ke rakyat.
Gedung Sate, tempat pemerintahan Jawa Barat. (Sumber: Unsplash/Ari Nuraya)