AYOBANDUNG.ID -- Di tengah derasnya arus digitalisasi, Sofia Ratna Anggraeni melihat peluang di balik layar ponsel yang tak pernah lepas dari genggaman generasi muda. Sebagai pemilik Alazka atau TikiTaka Kids, bisnis online yang bergerak di pakaian jadi anak, Sofia bukan hanya membangun bisnis, ia membangun gerakan.
Gerakan untuk mengubah cara generasi Z memandang gawai, bukan sekadar alat hiburan, tapi pintu masuk menuju kemandirian ekonomi. Berawal dari keresahannya melihat anak-anak muda lebih sibuk mengunggah foto daripada membangun masa depan, Sofia mulai merancang strategi. Ia percaya bahwa media sosial bukan musuh produktivitas, melainkan sahabat bisnis jika digunakan dengan cerdas. “Kalau bisa posting tiap hari, kenapa tidak sekalian jualan?” ujarnya.
Sofia memulai bisnis online dari ruang tamu rumahnya, bermodal keberanian dan satu pertanyaan mendasar “Apa yang sedang dicari orang tua muda saat ini?” Jawabannya pakaian anak yang nyaman, lucu, dan terjangkau. Baginya, kunci pertama sukses bisnis online adalah memahami kecenderungan pasar. “Jangan jual sesuatu hanya karena kita suka. Jual karena orang lain butuh,” tegasnya.
Ia mengajak generasi Z untuk lebih peka terhadap tren, bukan sekadar ikut-ikutan, tapi mampu membaca arah kebutuhan masyarakat. Sofia juga menekankan pentingnya riset kecil sebelum memulai. Ia sendiri rutin mengamati komentar netizen, tren hashtag, dan pola belanja online. “Kadang inspirasi datang dari kolom komentar,” katanya.
Sofia percaya bahwa data kecil bisa menjadi fondasi besar jika diolah dengan intuisi dan ketekunan. Sebagai ibu tiga anak, ia tahu betul tantangan membagi waktu antara keluarga dan bisnis. Tapi ia tak pernah setengah-setengah. “Kalau mau berhasil, jangan main-main. Bisnis online itu bukan kerja sambilan, tapi komitmen penuh,” ujarnya.
Salah satu keputusan penting yang ia tekankan adalah memilih sistem bisnis, apakah produksi sendiri atau menjadi reseller. Menurutnya, keduanya sah-sah saja, asal tahu cara memasarkan. “Bukan soal modal besar, tapi soal strategi. Yang penting, tahu siapa yang mau beli dan kenapa mereka harus beli dari kita,” jelasnya.

Sofia juga mengingatkan bahwa bisnis online bukan hanya soal jualan. Ada manajemen, ada kontrol kualitas, ada analisis performa. Ia sendiri rutin mengevaluasi supplier, menguji media promosi, dan memantau feedback pelanggan. “Kalau kita enggak awasi, bisnis bisa jalan sendiri tanpa arah,” katanya.
Dalam hal promosi, Sofia mendorong eksplorasi media sosial secara maksimal. Ia aktif di Instagram, TikTok, dan bahkan platform yang dianggap ‘jadul’ seperti Facebook. “Setiap platform punya audiensnya sendiri. Jangan remehkan yang kelihatan sepi, kadang di sanalah pembeli loyal bersembunyi,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya membuat publik sadar akan keberadaan bisnis kita. Menurutnya, branding bukan soal logo atau warna, tapi soal cerita. “Orang beli karena mereka percaya. Dan kepercayaan lahir dari konsistensi dan kejujuran saat berjualan,” kata Sofia.
Skala prioritas juga menjadi bagian penting dalam strategi Sofia. Ia membagi alokasi dana dengan cermat, berapa untuk iklan, berapa untuk produksi, dan berapa untuk pengembangan. “Jangan habiskan semua untuk promo, tapi jangan pelit juga. Iklan itu investasi, bukan pengeluaran,” ujarnya.
Target pasar pun harus jelas. Sofia membedakan pendekatan untuk remaja putri dan ibu muda. Ia menyesuaikan tone, visual, dan bahkan jam posting. “Kalau targetnya anak muda, pakai bahasa yang ringan dan visual yang playful. Kalau ibu-ibu, fokus pada manfaat dan kenyamanan,” jelasnya.
Namun, di atas semua strategi itu, Sofia percaya bahwa niat dan ketekunan adalah fondasi utama. Ia sering mengatakan bahwa berdagang bukan soal bakat, tapi soal keberanian menurunkan gengsi. “Kalau gengsi masih tinggi, susah jualan. Harus siap ditolak, siap diremehkan, tapi tetap jalan,” tegasnya.
Sofia juga mengajak generasi Z untuk menemukan alasan kuat di balik bisnis mereka. “Kalau cuma ikut tren, bisnisnya enggak akan tahan lama. Harus punya ‘why’ yang jelas. Kenapa kamu jualan? Apa yang ingin kamu capai?” ujarnya.
Alternatif serupa untuk produk fesyen anak: