AYOBANDUNG.ID -- Siapa sangka sebuah hobi menganyam tali bisa mengantar seseorang meraih kesuksesan besar. Merlin Sukmayadin, warga Kompleks Puri Cipageran Indah 2, Desa Tanimulya, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat, menjadi buktinya.
Dari sekadar kesenangan saat kuliah, ia berhasil mengembangkan bisnis kriya berbahan paracord atau tali parasut hingga mencatat omzet fantastis. Kecintaan Merlin pada kerajinan simpul tali sudah tumbuh sejak kuliah di Universitas Komputer Indonesia (Unikom) Bandung.
Awalnya ia menggunakan bahan prusik untuk membuat gantungan kunci dan aksesoris sederhana. Namun, pada 2013 ia mulai bereksperimen dengan paracord, bahan yang kala itu masih jarang dikenal di Indonesia.
“Dulu modalnya cuma sekitar Rp5 juta buat beli bahan dari China. Saya pesan satu box isi paracord, soalnya di Indonesia belum ada yang produksi,” kenangnya dilansir dari Ayobandung.com pada Sabtu 16 Agustus 2025.
Merlin memulai usahanya dengan cara sederhana. Ia menjajakan hasil karyanya di lapak Car Free Day Bandung, lengkap dengan meja kecil tempat memajang gelang dan gantungan kunci.
Hasilnya tidak selalu memuaskan. Kadang ia hanya mendapat Rp200 ribu sekali jualan, bahkan pernah merugi karena harus membayar biaya sewa lapak.
Namun, di saat bersamaan ia mulai melirik pasar online. Media sosial menjadi etalase baru untuk memasarkan produknya. Meski awalnya hanya menghasilkan sekitar Rp300 ribu per hari, lambat laun banyak orang mulai penasaran dengan aksesoris unik berbahan tali parasut tersebut.
Kesempatan Emas
Kesempatan emas datang pada 2017. Saat sedang mengantarkan pesanan secara COD di dekat sebuah perusahaan outdoor ternama di Bandung, Merlin bertemu seseorang yang menyarankan agar ia menawarkan produknya langsung ke manajemen perusahaan tersebut.
Tanpa ragu, ia mendemonstrasikan cara membuat gelang paracord di hadapan pimpinan perusahaan. Kreativitas dan keuletannya ternyata berbuah manis, hasil karyanya diterima, dan ia resmi menjadi vendor pemasok produk berbahan paracord dengan kontrak jangka panjang.
“Alhamdulillah, sejak saat itu omzet langsung melonjak drastis. Dari yang tadinya hanya Rp3–4 juta sebulan, sekarang bisa sampai Rp200 juta,” ungkapnya.
Kini, setiap bulan Merlin mendatangkan sekitar 15 koli paracord dari China. Dari bahan itu, ia bersama lima orang pekerjanya bisa memproduksi hingga 10 ribu item kerajinan berupa gelang, gantungan kunci, tali jam tangan, hingga gantungan dompet.
Proses produksinya masih mempertahankan teknik manual. Alat yang digunakan pun sederhana, jig, jarum, dan gunting. Dari alat itu lahirlah berbagai pola anyaman kreatif seperti Cobra, Sanctified Covenant, hingga Honeybee.
Setiap karya memiliki kebutuhan bahan yang berbeda. Satu gelang biasanya menghabiskan 2–3 meter paracord, sedangkan gantungan kunci memerlukan 1–1,5 meter. Meski sederhana, setiap detail dijaga agar kualitasnya tetap prima.
Apa yang dicapai Merlin menjadi bukti bahwa kreativitas bisa membuka jalan menuju kesuksesan. Dari lapak kecil di CFD, kini usahanya menembus pasar yang lebih luas, bahkan dipercaya perusahaan besar.
“Kalau ditekuni, kerajinan tali parasut ini ternyata bisa jadi peluang besar. Kuncinya sabar, konsisten, dan jangan takut mencoba,” katanya penuh keyakinan.
Link Pembelian Online Produk Serupa
1. https://s.shopee.co.id/60HRgjEnSL
2. https://s.shopee.co.id/8ALwGio8JQ
3. https://s.shopee.co.id/8KfMT2aNPy