AYOBANDUNG.ID -- Tren makan sepuasnya bukan lagi sekadar gaya hidup hotel berbintang. Kini, konsep ‘all you can eat’ menjelma jadi fenomena kuliner yang digandrungi generasi milenial hingga gen Z.
Di tengah maraknya restoran yang berlomba menyajikan makanan tanpa batas, satu nama tampil dengan pendekatan serupa, yakni Steak Hotel by Holycow!.
Di balik restoran yang dikenal dengan potongan steak wagyu ramah di kantong itu, berdiri Wynda Mardio, sosok pendiri sekaligus penggagas konsep makan sepuasnya di Holycow! yang tak hanya mengenyangkan, tapi juga mengedukasi.
Bukan sekadar pebisnis, Wynda juga merupakan penikmat kuliner yang menjadikan pengalaman pribadinya sebagai fondasi bisnis.
“Pertama kali saya buka di daerah Radio Dalam tahun 2010. Saya dan suami pengen sharing makanan kesukaan kami setiap kali berkunjung ke luar negeri atau kota. Makanya terinspirasi membuka kedai steak,” ujar Wynda, mengenang awal mula berdirinya Holycow!.
Wynda mengakui, inspirasi itu datang dari perjalanannya ke berbagai negara, terutama Australia dan Amerika, dua negara penghasil daging terbaik dunia. Di sana, Wynda belajar bahwa steak bukan hanya soal rasa, tapi juga soal pengalaman.
Ia pun akhirnya ingin membawa pengalaman itu ke Indonesia, dengan pendekatan yang lebih inklusif lewat konsep ‘all you can eat’ di Holycow!. Selain menjadi salah satu strategi bisnis, konsep ini juga menjadi cara Wynda untuk memperluas layanan sekaligus memperkenalkan cara baru menikmati steak.
“Ide awalnya, kami tidak hanya mau menawarkan rasa daging steak berkualitas, tetapi juga pengalaman lebih ke pengunjung,” katanya.

Dengan konsep ini, pengunjung Holycow! bisa menikmati lebih dari 50 varian menu, mulai dari steak wagyu, beragam saus, hidangan pendamping, hingga minuman free flow. Semua dirancang agar pengunjung merasa bebas memilih dan menikmati sesuai selera.
“Apalagi Kota Bandung yang dikenal sebagai kota kuliner, juga menjadi pilihan tepat bagi kami,” tambah Wynda.
Kebebasan memilih menjadi nilai utama dalam konsep ini. Pengunjung bisa menentukan sendiri tingkat kematangan steak, memilih potongan daging, dan memanggangnya sesuai keinginan.
“Penggemar steak dapat mengetahui dan menentukan sendiri tingkat kematangan daging steak kesukaan mereka sekaligus menikmati grilling sepuasnya bersama keluarga dan sahabat,” jelasnya.
Meski Holycow! berdiri sejak 2010, konsep ini baru diterapkan beberapa tahun terakhir. Namun respons pasar sangat positif. “Setelah dihadirkan konsep ini ternyata antusiasmenya bagus. Sekarang kita ada 16 outlet,” kata Wynda.
Tak hanya soal kuantitas, kualitas tetap jadi prioritas. Wynda memastikan bahan baku yang digunakan adalah daging premium, seperti Wagyu hingga 90 days Grain Fed YG Beef. Ia ingin membawa standar internasional ke dapur lokal.
“Jenis sapi YG contohnya, ini khusus yang diternak secara organik dan hanya mengkonsumsi gandum pilihan sehingga bebas dari Hormon Pertumbuhan (HGP Free) dan pastinya dipotong dengan proses halal,” jelasnya.
Dengan pendekatan ini, Holycow! berhasil menjembatani antara cita rasa tinggi dan aksesibilitas. Konsumen bisa menikmati steak berkualitas tanpa harus merogoh kocek dalam.
Namun, Wynda tetap mempertahankan layanan a la carte yang telah menjadi ciri khas Holycow!. Ia percaya bahwa variasi pilihan adalah kunci kepuasan pelanggan karena pengalaman makan bisa menjadi sarana membangun komunitas dan memperkuat hubungan.
“Kami hanya berharap konsep ini dapat melengkapi layanan a la carte yang tetap tersedia dan telah menjadi kegemaran para pengunjung,” ujarnya.
Informasi Steak Hotel by Holycow!
Instagram: https://www.instagram.com/holycow_id
Alternatif produk dan kuliner serupa: