AYOBANDUNG.ID -- Di balik asrinya destinasi wisata Orchid Forest Cikole yang berdiri megah di Lembang sejak 2017, terdapat sosok visioner yang tak hanya membangun tempat wisata, tetapi juga meracik pengalaman.
Barry Akbar, CEO Orchid Forest Cikole, adalah tokoh di balik lahirnya Golden Pine, sebuah kafe bergaya glass house yang kini menjadi primadona baru di tengah hutan pinus.
Golden Pine bukan sekadar tempat ngeteh. Desinasi wisata ini adalah perwujudan mimpi Barry yang berakar dari kecintaannya pada es krim dan burger.
“Awalnya saya pengin bikin cafe es krim aja, gelato, terus sambil makan roti, itu kan enak ya,” ungkap Barry.
Dari sana, ia mulai merangkai benang merah antara kuliner, tanaman, dan estetika alam. Dengan latar belakang Orchid Forest yang telah dikenal sebagai taman anggrek terbesar di Indonesia, Barry melihat peluang untuk menghadirkan sesuatu yang berbeda.

Ia memilih konsep glass house sebagai simbol keterbukaan dan keindahan yang menyatu dengan alam. “Jadi kita bikin Golden Pine dan pilih konsepnya glass house saja, berhubungan dengan alam dan bunga,” ujarnya.
Golden Pine resmi diperkenalkan pada 2023 dan langsung mencuri perhatian. Berada di area Teras Paphio, kafe ini berdiri di atas lahan Orchid Forest Cikole seluas 12 hektare yang didominasi wisata alam terbuka.
Interiornya didominasi kaca dengan nuansa biru dan taburan bunga yang mempermanis suasana. Tak heran jika pengunjung berlomba-lomba menjadikannya latar swafoto.
Namun, di balik tampilan cantiknya, Barry menekankan bahwa Golden Pine adalah hasil dari proses panjang dan penuh pertimbangan. Ia tidak ingin sekadar mengikuti tren, tetapi menciptakan pengalaman yang otentik.
“Golden Pine belum lama berdiri tapi banyak juga kafe lain di Lembang yang mencoba meniru. Tapi orisinalitas juga rasa, kita yakin tetap yang pertama dan terbaik,” tegasnya.
Antusiasme pengunjung pun melampaui ekspektasi. Barry mengaku pernah harus menutup kafe hingga lima kali dalam sehari karena membludaknya pengunjung. “Animonya sih luar biasa ya sejauh ini,” katanya.
Kapasitas Golden Pine yang hanya mampu menampung 100–200 orang per waktu kunjungan membuat reservasi menjadi hal yang lumrah.
Golden Pine beroperasi mengikuti jam buka Orchid Forest Cikole: pukul 09.00–18.00 WIB pada hari kerja dan 08.00–19.00 WIB di akhir pekan.
Pengunjung yang telah membeli tiket masuk Orchid Forest tak perlu membayar tambahan untuk menikmati suasana Golden Pine. Harga menu pun cukup terjangkau, mulai dari Rp9.000 untuk minuman dan Rp23.000 untuk pastry.

Salah satu menu andalan yang menjadi favorit adalah Double Cheese Burger. Barry menyebutkan bahwa pada hari biasa, Golden Pine bisa menjual lebih dari 150 porsi burger ini, dan jumlahnya bisa melonjak berkali-kali lipat saat akhir pekan atau musim liburan.
“Setiap harinya di hari-hari biasa, Golden Pine bisa menjual di atas 150 pcs double Cheese burger,” ujarnya bangga.
Kesuksesan Golden Pine tak lepas dari strategi Barry yang menggabungkan estetika, rasa, dan pengalaman. Ia tidak hanya membangun kafe, tetapi juga menciptakan narasi yang menyatu dengan alam. Konsep glass house yang ia usung menjadi simbol keterhubungan antara manusia dan lingkungan.
Di media sosial, Golden Pine pun menjadi viral berkat tampilannya yang instagrammable. Barry menyadari kekuatan visual dalam menarik perhatian publik, tetapi ia tetap menekankan bahwa kualitas dan orisinalitas adalah fondasi utama.
Barry bukan hanya seorang CEO, tetapi juga konseptor yang memahami pentingnya membangun brand dengan jiwa. Ia percaya bahwa bisnis harus memiliki nilai dan cerita.
“Golden Pine ini viral karena mengusung konsep Glass House Caffe Restaurant yang menawarkan banyak spot instagrammable,” ujarnya.
Alternatif kuliner dan produk UMKM: