Sejarah Pertempuran Lengkong Besar, Pasukan Bambu Runcing Dibombardir Tank dan Panser

Hengky Sulaksono
Ditulis oleh Hengky Sulaksono diterbitkan Senin 18 Agu 2025, 14:58 WIB
Tank pasukan Gurkha dalam sebuah pertempuran di Asia Tenggara tahun 1945. (Sumber: Imperial War Museums)

Tank pasukan Gurkha dalam sebuah pertempuran di Asia Tenggara tahun 1945. (Sumber: Imperial War Museums)

AYOBANDUNG.ID - Siapa sangka, di tengah jalan yang kini dipadati kendaraan kota Bandung, pernah ada adegan tragis yang tak kalah dramatis dari film perang Hollywood. Lengkong Besar, kawasan sekitar Hotel Preanger, pada 2 Desember 1945 menjadi ladang tempur besar. Di satu sisi ada pemuda Bandung dengan bambu runcing, golok, dan beberapa pucuk senjata peninggalan Jepang. Di sisi lain ada pasukan Gurkha, NICA, tank baja, panser, dan Mustang—lengkap dengan deru mesin serta bom dari udara.

Catatan buku Monumen Perjuangan di Jawa Barat (1987), sejak 29 November 1945 Bandung sudah terbagi dua oleh garis demarkasi rel kereta api. “Daerah Bandung utara dikuasai oleh pihak Sekutu, sedangkan Bandung selatan merupakan daerah RI.” Tetapi bukan berarti garis itu menenangkan keadaan. Justru sebaliknya, situasi semakin panas. Pertempuran kecil dan tembak-menembak sering terjadi di kedua sisi kota.

Yang membuat keadaan makin rumit adalah keberadaan interniran Belanda dan Indo-Belanda di wilayah Ciateul dan Lengkong Tengah. Mereka adalah tawanan Jepang yang belum bisa keluar dari selatan kota. Para pemuda Republik tentu tak membiarkan mereka bebas begitu saja. Jalan-jalan dijaga ketat, seolah membatasi langkah mereka. Dari sinilah muncul niat Sekutu untuk melancarkan operasi besar: membebaskan interniran sekaligus menunjukkan taring.

Catatan Peranan Desa dalam Perjuangan Kemerdekaan (1995) menuliskan secara gamblang: pada pukul 05.30 pagi, tentara Inggris—khususnya pasukan Gurkha—bergerak dari markasnya di Jalan Ganeca (kini ITB). Konvoi itu gagah: tiga buah tank, beberapa panser, ditambah perlindungan udara berupa dua pesawat B-25 dan tiga pesawat P-51 Mustang. Mereka melewati Jalan Dago (sekarang Ir. H. Juanda) dan Jalan Merdeka.

Baca Juga: Sejarah Kabar Proklamasi Kemerdekaan RI Sampai ke Bandung via Kantor Berita Domei

Dengan senjata berat, pasukan Sekutu menembus setiap rintangan dengan mudah. Hambatan di Jalan Lembong dan Tamblong dipatahkan cepat. Rintangan dari pasukan pemuda tak seberapa menghadang. Baru ketika mereka masuk ke Lengkong Besar, perlawanan terasa lebih keras.

Di jalan ini berdiri markas Angkatan Pemuda Indonesia (API). Walaupun hanya berjumlah segelintir orang, markas itu menjadi titik awal perlawanan. Bantuan datang cepat. Barisan Merah Putih (BMP), Barisan Banteng Republik Indonesia (BBRI), dan pasukan Hizbullah ikut turun ke medan. Dari catatan Monumen Perjuangan (1987), sekitar seratus orang Hizbullah bergabung, sebagian besar hanya membawa golok dan bambu runcing.

Tidak banyak senjata api yang dimiliki para pejuang. Dalam catatan yang sama disebutkan hanya ada “sepucuk karaben Jepang dan mouser” yang dipakai pemuda di garis depan. Tetapi tekad melawan sudah bulat. Maka Lengkong Besar berubah jadi arena konfrontasi frontal.

Pembantaian di Pertigaan Cikawao

Pusat pertempuran pecah di simpang tiga Lengkong Besar–Cikawao. Pasukan Sekutu maju dengan tank dan panser, diiringi deru Mustang dan bomber B-25 dari atas langit. Menurut Peranan Desa (1995), serangan udara berlangsung membabi buta selama enam jam, menurunkan bom dan rentetan mitraliur tanpa pandang bulu. Dari Hotel Preanger dan Homan, mortir juga ditembakkan ke arah pemuda Republik.

Monumen Pertempuran Lengkong Besar Bandung. (Sumber: Ayobandung)
Monumen Pertempuran Lengkong Besar Bandung. (Sumber: Ayobandung)

Tapi pemuda Bandung tidak mundur. “Pekik Allahu Akbar berkumandang dalam gemuruh desingan peluru,” tulis Monumen Perjuangan (1987). Beberapa pejuang bahkan nekat menaiki tank musuh untuk mencoba melumpuhkan pengendara di dalamnya. Tapi keberanian itu kerap berakhir tragis: banyak yang tertembak sebelum sempat mencapai sasaran.

Baca Juga: Sejarah Pertempuran Bojongkokosan, 4 Hari Kacaukan Konvoi Sekutu ke Bandung

Kesenjangan persenjataan amat terasa. Tank dan pesawat versus bambu runcing jelas bukan pertandingan seimbang. Tetapi semangat jihad fi sabilillah membuat pemuda Bandung bertahan. Bahkan ketika korban mulai berjatuhan, barisan perlawanan terus berdiri.

Dalam catatan Monumen Perjuangan, 84 orang anggota Hizbullah disebut tewas dalam keadaan tiarap berderet-deret sambil memegang bambu runcing. Gambaran itu menegaskan betapa perlawanan dilakukan hingga titik darah terakhir.

Tujuan operasi Sekutu akhirnya tercapai. Interniran Belanda berhasil dibebaskan dan dibawa ke wilayah utara. Setelah itu, pasukan Gurkha mundur ke markas, meninggalkan puing-puing kehancuran.

Kerugian di pihak pemuda amat besar. Menurut Monumen Perjuangan, korban mencapai 119 orang meninggal, 141 luka-luka, 162 rumah hancur, dan 325 rumah rusak. Jenazah mula-mula dikumpulkan di gudang kayu milik H. Anda di Jalan Lengkong Besar, lalu sebagian dimakamkan di Karapitan, sebelum akhirnya dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Cikutra.

Sementara itu, Peranan Desa mencatat bahwa pasukan Palang Merah, LASWI, dan warga sekitar segera turun setelah pertempuran usai. Mereka mencari korban di reruntuhan, mengangkut yang luka ke Rumah Sakit Ciparay, dan mengurus jenazah yang gugur. Bagi rakyat Bandung, pertempuran itu meninggalkan trauma sekaligus kebanggaan.

Bagian Sejarah Palagan Bandung

Pertempuran Lengkong Besar tidak setenar Bandung Lautan Api, tetapi perannya tak bisa diabaikan. Pertempuran ini memperlihatkan keberanian pemuda melawan kekuatan jauh lebih modern. Di tengah keterbatasan senjata, mereka tetap memilih bertempur.

Baca Juga: Sejarah Pertempuran Gedung Sate, 4 Jam Jahanam di Jantung Bandung

Seturut catatan Monumen Perjuangan, pertempuran itu adalah salah satu episode penting yang menunjukkan bahwa perjuangan rakyat Bandung bukan sekadar bertahan, tapi juga ofensif melawan dominasi Sekutu. “Walaupun persenjataan musuh jauh lebih kuat, apalagi mereka dibantu oleh serangan udara, akhirnya pasukan Sekutu berhasil memasuki Lengkong Tengah dan Ciateul,” tulis buku itu.

Kekalahan di Lengkong Besar bukan akhir. Justru semangatnya ikut menyulut perlawanan Bandung yang makin keras hingga puncaknya di Maret 1946, ketika kota Bandung dibakar dalam peristiwa Bandung Lautan Api.

Kini, Lengkong Besar hanyalah jalan kota biasa. Tak ada lagi tank Gurkha yang meraung atau Mustang yang menukik. Gedung-gedung hotel megah dan lalu lintas padat menutupi jejak sejarahnya.

Tetapi di balik deru kendaraan, ada ingatan yang seharusnya tidak pudar. Ingatan tentang pemuda yang memilih mati dengan bambu runcing di tangan ketimbang hidup tunduk pada kolonialisme.

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Biz 18 Agu 2025, 15:01 WIB

Melirik Potensi Bisnis Ikan Gabus Hias yang Punya Harga Jual Jutaan Rupiah

Ikan gabus yang dulu dianggap tak bernilai berubah status menjadi primadona baru di kalangan penghobi ikan hias. Hewan air tawar yang biasa ditemukan di rawa dan sungai ini kini diperdagangkan dengan
Ikan gabus hias. (Foto: Dok. Ayobandung.com)
Ayo Jelajah 18 Agu 2025, 14:58 WIB

Sejarah Pertempuran Lengkong Besar, Pasukan Bambu Runcing Dibombardir Tank dan Panser

Sejarah Pertempuran Lengkong Besar di jantung Bandung, pemuda berbekal senjata seadanya melawan tank Gurkha dan pesawat Mustang.
Tank pasukan Gurkha dalam sebuah pertempuran di Asia Tenggara tahun 1945. (Sumber: Imperial War Museums)
Ayo Biz 18 Agu 2025, 13:40 WIB

Rahasia Kesuksesan Kopi Klenteng, Warkop Favorit di Jantung Kota Bandung

Di kawasan Pecinan Bandung, tepatnya di Jalan Kelenteng No. 26, Andir, terdapat sebuah kedai kopi kecil yang selalu ramai oleh pengunjung. Meski ukurannya tidak besar, Kopi Kelenteng berhasil menyedot
Kopi Klenteng (Foto: Dok. Ayobandung.com)
Ayo Netizen 18 Agu 2025, 11:40 WIB

Semarak Pawai dan Lomba Agustusan 

Agustusan bukan sekadar perayaan, tapi menjadi momen guyub penuh warna, ceria, dan asyik.
Siswa SD Negeri 067 Nilem dengan didampingi guru dan orang tua mengikuti karnaval merah putih saat melintas di Jalan Nilem, Kota Bandung, Kamis 14 Agustus 2025. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 18 Agu 2025, 10:47 WIB

Tacit Knowledge: Menyelamatkan Sejarah dari Lupa Kolektif

Pengetahuan yang melekat dalam kesan pribadi, intuisi, pengalaman, tradisi lisan, dan ingatan kolektif disebut tacit knowledge.
Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat. (Sumber: Dok. Direktorat Jenderal Kebudayaan)
Ayo Netizen 18 Agu 2025, 08:54 WIB

Fenomena Bendera One Piece dari Perspektif Penggemar

Fandom One Piece yang biasanya membahas spoiler dan fan-theory tiba-tiba menjadi sangat ramai dengan tuduhan makar.
Bendera Jolly Roger alias bajak laut Akagami dalam serial One Piece berkibar di permukiman warga Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Gilang Fathu Romadhan)
Ayo Netizen 17 Agu 2025, 20:42 WIB

Ketika Warisan Suci Dikoyak oleh Skandal dan Kekuasaan, Masihkah Ulama sebagai Pewaris Nabi?

Opini ini mempertanyakan kembali kesucian hadist nabi yang bermakna "ulama sebagai pewaris para nabi" melihat realita oknum kiai saat ini.
Nabi-nabi tidak mewariskan harta, tahta, atau kekuasaan. Mereka mewariskan ilmu yang membebaskan, akhlak yang mulia, dan keberanian melawan kezaliman (Sumber: Pexels/Ahmet Çığşar)
Ayo Netizen 17 Agu 2025, 18:06 WIB

Do'a 3 Tahun untuk Mukti-Mukti

Mukti adalah musisi balada unik dan menarik.
Mukti Mukti, musisi balada asal Bandung, wafat 15 Agustus 2022. (Sumber: Facebook/Mukti-Mukti)
Ayo Netizen 17 Agu 2025, 14:13 WIB

80 Tahun Komunikasi Publik Indonesia Beserta Kontras-nya

Tepat 80 tahun Indonesia berusia, Agustus 2025 ini.
Sejumlah siswa SD Negeri 067 Nilem dengan didampingi guru dan orang tua mengikuti karnaval merah putih saat melintas di Jalan Nilem, Kota Bandung, Kamia 14 Aguatus 2025. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 17 Agu 2025, 12:07 WIB

Refleksi HUT RI ke-80: Merdeka di Era Baru

Tanggal 17 Agustus 1945 adalah tonggak besar bangsa Indonesia.
Paskibra yang terdiri dari pelajar terpilih dari sejumlah sekolah se-Kota Bandung itu berlatih untuk persiapan upacara HUT ke-79 RI pada 17 Agustus 2024. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Jelajah 17 Agu 2025, 10:27 WIB

Sejarah Kabar Proklamasi Kemerdekaan RI Sampai ke Bandung via Kantor Berita Domei

Dari kantor Domei, berita proklamasi Indonesia pada 17 Agustus 1945 menyebar di Bandung melalui papan tulis, pamflet tinta merah, dan udara radio.
Kantor Domei cabang Jawa Barat di Bandung (sebelumya De Driekleur) yang jadi titik mulai sampainya kabar proklamasi kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945 (sebelumya De Driekleur). (Sumber: Ayobandung)
Ayo Netizen 17 Agu 2025, 09:39 WIB

Merayakan Birthday Trip di Garut

Birthday trip adalah kegiatan yang bisa dilakukan seseorang untuk merayakan hari ulang tahun dengan cara melakukan perjalanan singkat.
Pemandangan Kereta Commuter Line Garut (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Jelajah 17 Agu 2025, 00:58 WIB

Yang Dilakukan Soekarno Sebelum dan Sesudah Proklamasi Kemerdekaan

Rumah Maeda dan Pegangsaan Timur jadi saksi sejarah detik-detik menegangkan yang dijalani Bung Karno sebelum dan sesudah proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.
Mohammad Hatta (kiri) dan Soekarno (kanan) dalam sebuah kesempatan. (Sumber: Wikimedia)
Beranda 16 Agu 2025, 23:03 WIB

Kisah Siti Fatimah: Intel Cilik yang Menjadi Saksi Agresi Militer Belanda

Senyum sumringah Fatimah seketika hilang saat ia menceritakan dua sahabatnya yang gugur dalam bertugas.
Siti Fatimah (95) veteran yang dulu bertugas menjadi mata-mata saat usianya masih 15 tahun. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Gilang Fathu Romadhan)
Ayo Biz 16 Agu 2025, 19:03 WIB

Dari Genggaman Berujung Cuan, Perjalanan dan Strategi ala Owner Bisnis Online

Di tengah derasnya arus digitalisasi, Sofia melihat peluang bisnis di balik layar ponsel yang tak pernah lepas dari genggaman generasi muda.
Produk  pakaian jadi anak dari bisnis online TikiTaka Kids. (Sumber: dok. TikiTaka Kids)
Ayo Biz 16 Agu 2025, 17:59 WIB

Ketika Panggung Berganti: Eksanti dan Kisah di Balik Jahitan Yumnasa

Eksanti memilih meninggalkan gemerlap dunia hiburan untuk membangun bisnis fesyen muslim yang ia beri nama Yumnasa.
Eksanti, owner dari brand fesyen muslim Yumnasa. (Sumber: Yumnasa)
Ayo Biz 16 Agu 2025, 16:31 WIB

Arys Buntara dan Roemah Kentang 1908: Ketika Keberanian Menyulap Mitos Jadi Magnet Kuliner

Rumah Kentang, tempat yang konon dihuni aroma mistis dan cerita anak kecil yang jatuh ke dalam kuali. Tapi di mata Arys, rumah itu bukan kutukan, tapi peluang.
Penampakan depan dari resto hits di Kota Bandung, Roemah Kentang 1908. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 16 Agu 2025, 14:47 WIB

Sneaker, Sepatu yang Bisa Masuk dengan Gaya Pakaian Apapun

Sepatu sneaker merupakan jenis sepatu kasual yang awalnya dibuat untuk kebutuhan olahraga. Namun kini, sepatu ini lebih banyak digunakan sebagai bagian dari gaya hidup sehari-hari.
Ilustrasi foto sepatu sneaker (Pixabay)
Ayo Biz 16 Agu 2025, 10:21 WIB

Hobi Bikin Kerajinan Tali Antarkan Merlin Jadi Juragan Gelang

Siapa sangka sebuah hobi menganyam tali bisa mengantar seseorang meraih kesuksesan besar. Merlin Sukmayadin (36), warga Kompleks Puri Cipageran Indah 2, Desa Tanimulya, Kecamatan Ngamprah, KBB
Merlin Sukmayadin pengusaha gelang tali. (Foto: Dok. Ayobandung.com)
Ayo Biz 16 Agu 2025, 09:19 WIB

Legenda Kulliner Sunda di Jantung Pasar Cihapit

Bandung dikenal sebagai surga kuliner dengan beragam pilihan makanan khas Jawa Barat. Di tengah ramainya perkembangan kafe modern, masih ada satu warung makan sederhana yang tetap menjadi primadona
Menu di warung makan Bu Eha. (Foto: GMAPS Bu Eha)