Sejarah Pertempuran Bojongkokosan, 4 Hari Kacaukan Konvoi Sekutu ke Bandung

Hengky Sulaksono
Ditulis oleh Hengky Sulaksono diterbitkan Jumat 15 Agu 2025, 14:53 WIB
Diorama Pertempuran Bojongkokosan di Museum Satriamandala. (Sumber: Wikimedia)

Diorama Pertempuran Bojongkokosan di Museum Satriamandala. (Sumber: Wikimedia)

AYOBANDUNG.ID - Deru mesin-mesin baja itu terdengar duluan sebelum wujudnya kelihatan di tikungan. Pagi 9 Desember 1945, dari arah Cicurug, suara tank Stuart, panser, dan brencarrier bercampur derap roda truk boks yang sarat pasukan Inggris. Jalan raya Sukabumi–Cianjur yang biasanya cuma dilewati pedati dan sepeda onthel kini jadi panggung iring-iringan militer pemenang Perang Dunia II. Mereka tak tahu, di sebuah desa bernama Bojongkokosan, jalur ini sudah berubah jadi lorong maut.

Bojongkokosan, desa kecil di Kecamatan Parungkuda, Sukabumi, sudah siap menyambut. Bukan dengan kalungan bunga atau jamuan sarapan kupat sayur, tapi dengan suara letusan senapan dan ledakan granat. Jalan di sini seperti botol leher sempit: aspalnya hanya cukup untuk dua truk berpapasan, diapit tebing tanah merah di kiri-kanan yang ditumbuhi pohon kelapa dan rumpun bambu. Siapa pun yang masuk terlalu dalam ke leher botol ini akan sulit keluar kalau ada yang menutup kedua ujungnya.

Dalam Palagan Bojongkokosan, Heroisme di Sukabumi yang Menyulut Lautan Api di Bandung terbitan Kementerian Kebudayaan, disebutkan bahwa Mayor Yahya B. Rangkuti, komandan Batalyon I TKR, menempatkan pasukannya di titik ini. Tiga batalyon lain — di bawah Mayor Harry Soekardi, Kapten Anwar, dan Mayor Abdulrachman — tersebar di titik-titik sepanjang 80-an kilometer jalur menuju Cianjur.

Baca Juga: Sejarah Pertempuran Gedung Sate, 4 Jam Jahanam di Jantung Bandung

Penduduk kampung sudah diberi tahu untuk mengungsi sebelum fajar. Beberapa orang tua tetap bertahan, bersembunyi di balik dinding bambu atau di kebun singkong, menyaksikan dari jauh. “Kami dengar deru mesin-mesin besar dari arah Cicurug. Tanah bergetar,” kenang seorang warga.

Begitu kepala konvoi masuk ke “lorong maut” itu, rentetan tembakan memecah pagi. Ledakan granat menghantam tank Stuart, asap hitam membubung. Ekor konvoi yang masih di Cicurug dihajar gelombang serangan kedua. “Tiga tank berhasil dilumpuhkan, beberapa truk hangus, dan puluhan tentara Inggris tewas,” begitu catatan para pejuang.

TKR memanfaatkan medan: tebing jadi perlindungan, pohon kelapa dan bambu rimbun menutupi posisi penembak. Serangan singkat, lalu mundur ke kampung atau hutan. Teknik hit and run ini membuat lawan frustrasi.

Pasukan Sekutu panik. Mereka membalas tembakan ke arah suara, bukan ke arah sasaran pasti. Beberapa peluru menghantam rumah penduduk, sebagian terbakar. Bagi warga yang bertahan, siang itu adalah neraka.

Keesokan paginya, 10 Desember 1945, Sekutu mengerahkan Royal Air Force. Mulai pagi hingga pukul empat sore, pesawat tempur mengebom Cibadak dan desa-desa sekitar. Kompa dan Cibadak nyaris rata dengan tanah. “Serangan udara paling dahsyat di Pulau Jawa,” kenang para saksi. Namun, bukannya membuat gentar, pemboman ini justru membuat perlawanan kian sengit.

Batalyon II di bawah Mayor Harry Soekardi menyerang dari Cibadak menuju Sukabumi barat. Batalyon III pimpinan Kapten Anwar berjaga di Gekbrong hingga Ciranjang, dan Batalyon IV di bawah Mayor Abdulrachman menutup jalur Sukabumi timur.

Pada 11 Desember, Markas Sekutu di Cimahi mengirim bala bantuan: Batalyon 3/3 Gurkha Rifles. Pasukan Nepal ini terkenal ulet, tapi kali ini perjalanan mereka tidak mulus. Di sepanjang jalur Cianjur, Batalyon III TKR menyergap mereka berulang kali. Malam baru jatuh ketika mereka bisa mencapai Sukabumi. Di sana, Mayor Rawin Singh memohon agar perjalanan menuju Bandung tidak lagi diganggu. Permohonan ini menunjukkan bahwa, setidaknya kali ini, Sekutu tidak punya banyak pilihan.

Monumen Palagan Bojongkokosan. (Sumber: Tumblr)
Monumen Palagan Bojongkokosan. (Sumber: Tumblr)

Berita ini sampai ke London. Di Parlemen Inggris, suara-suara kritis mulai terdengar. Keluarga tentara dan pers internasional mengecam. Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) akhirnya mengakui bahwa mereka tak sanggup menyelesaikan misi tanpa bantuan pihak Republik. Urusan pemulangan tawanan perang pun resmi diserahkan kepada TKR. Ini bukan sekadar pergantian tugas — secara diplomatik, ini adalah pengakuan de facto atas eksistensi Republik Indonesia.

Baca Juga: Sejarah Pertempuran Rawayan 1946, Gugurnya 43 Pemuda saat Bandung Terbelah Dua

Perang Konvoi Kedua, Sekutu Kembali Dibombardir

Kemenangan itu membuat Belanda — lewat NICA — semakin gerah. Mereka membujuk AFNEI memindahkan pusat kekuatan militer ke Bandung. Kota ini memang sejak lama disiapkan sebagai pusat pemerintahan Hindia Belanda. Logikanya sederhana: kuasai Bandung, kuasai Jawa Barat, lalu kuasai Indonesia.

Pada 10 Maret 1946, Sekutu kembali mengerahkan konvoi lewat jalur Sukabumi. Kali ini mereka membawa Batalyon Patiala, pasukan India sewaan. Mereka mungkin mengira jalur ini sudah aman. Dugaan itu terbukti keliru.

Batalyon II Resimen III TKR — yang sejak Januari sudah berganti nama menjadi Tentara Keselamatan Rakyat — menghantam konvoi di Cipelang. Ekor konvoi dihajar Batalyon I. Begitu memasuki Sukabumi, Batalyon IV memberi sambutan serupa. Serangan dilakukan dalam gelombang-gelombang cepat. “Kirikumi” — taktik serang-hilang — diterapkan hingga membuat lawan sulit mengatur formasi.

Pada malam 11 Maret, gabungan Batalyon I, II, dan IV mengurung pasukan Patiala di tengah kota Sukabumi. Warga kota yang bersembunyi di rumah bisa mendengar dentuman granat bercampur suara komando dalam bahasa asing. Beberapa laskar rakyat membantu membawa amunisi lewat gang-gang sempit.

Sekutu lalu mengirim bantuan dari Bogor: tank Squadron 13 Lancer dan pasukan Grenadier. Tapi di Cikukulu, bantuan ini justru jadi sasaran TKR. Dari Bandung, dikirim pula pasukan Rajputana Rifles. Di Cianjur, mereka diadang Batalyon III, lalu kembali diganggu di Sukabumi.

Situasi ini memaksa Sekutu mengerahkan kekuatan besar. Pada 13 Maret, Brigade I di bawah Brigadier N.D. Wingrove bergerak dari Bandung. Rombongan 400 kendaraan ini membawa artileri berat dan 2.500 personel Inggris serta India. Tapi di jembatan Cisokan, Batalyon IV sudah menunggu.

Baru pada pukul 20.00 malam hari, empat kesatuan Sekutu berhasil berkumpul di Sukabumi. Tapi kirikumi kembali menghantam mereka. Dini hari 14 Maret, mereka mulai bergerak lagi ke Bandung, terus diganggu penembak jitu TKR di sepanjang jalan.

Baca Juga: Pemberontakan APRA Westerling di Bandung, Kudeta yang Percepat Keruntuhan RIS

Empat hari empat malam jalur Sukabumi–Cianjur kembali jadi neraka bagi Sekutu. Pasukan pemenang Perang Dunia II ini, lengkap dengan tank dan dukungan RAF, dibuat kalang kabut oleh tentara republik yang hanya bersenjatakan senapan dan granat seadanya.

Ketika kekuatan Sekutu dan Belanda akhirnya terkonsentrasi di Bandung, bara perlawanan itu meledak jadi Bandung Lautan Api pada 24 Maret 1946. Api itu punya sumber jelas: Bojongkokosan, dan perang konvoi dua gelombang yang membuktikan, bagi republik yang baru lahir, jalan ke Bandung tak pernah gratis bagi penjajah.

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 21 Nov 2025, 17:27 WIB

Melihat Tuturan 'Arogan' dari Kacamata Linguistik

Esai ini membedah percakapan anggota DPR, Cucun Ahmad Syamsurijal, dengan peserta pada suatu forum SPPG di Bandung.
Jikapun ada masyarakat yang bersikap arogan pada pemerintah atau pejabat lantas memangnya kenapa? (Sumber: Ilustrasi oleh ChatGPT)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 17:02 WIB

Mewujudkan Kota Bandung yang Ramah bagi Wisata Pedestrian

Trotoar-trotoar yang seharusnya diperuntukkan bagi pedestrian beralih fungsi menjadi tempat parkir kendaraan, khususnya roda dua.
Pengerjaan revitalisasi trotoar di sepanjang Jalan Lombok Kota Bandung pada Jumat, 26 September 2025. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 16:43 WIB

Sanghyang Kenit: Surga Wisata Alam Bandung Barat, Tawarkan Banyak Wahana dalam Satu Destinasi

Salah satu destinasi yang semakin populer adalah Sanghyang Kenit, sebuah kawasan wisata alam yang terletak di Cisameng, Kecamatan Cipatat.
tebing batu unik di Sanghyang Kenit yang dialiri arus sungai deras, menciptakan pemandangan alam yang khas dan menarik perhatian pengunjung (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Nada Ratu Nazzala)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 16:13 WIB

Bukan Sekadar Gaya Hidup, Work From Cafe jadi Penunjang Produktivitas Kalangan Muda

Work from Café (WFC) menawarkan suasana baru untuk mengatasi kejenuhan dalam bekerja.
Salah satu mahasiswa sedang mengerjakan tugas di salah satu Café di Kota Bandung (30/10/2025) (Foto: Syifa Givani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 16:04 WIB

Kisah Jajanan Sore 'Anget Sari' yang Dekat dengan Mahasiswa

Kisah Anget Sari, lapak gorengan di Sukapura yang dikenal karena mendoan hangat, bahan segar, dan pelayanan ramah.
Suasana hangat di lapak Anget Sari saat pemilik menyajikan gorengan untuk pelanggan, di Kampung Sukapura, Kecamatan Dayeuhkolot, Bandung, Selasa (28/10/2025) (Sumber: Nailah Qurratul Aini | Foto: Nailah Qurratul Aini)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:41 WIB

UMKM Tahura Bandung Tumbuh Bersama di Tengah Perubahan Kawasan Wisata

Mengkisahkan tentang seorang pedagang pentol kuah yang ikut tumbuh bersama dengan berkembangnya kawasan wisata alam Tahura
Seorang pedagang sedang menjaga warungnya di Kawasan wisata tahura, (25/10/25) (Foto: M. Hafidz Al Hakim)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:21 WIB

Fenomena Turisme Bandung: Pesona Edukatif dan Konservatif di Lembang Park & Zoo

Lembang Park & Zoo menghadirkan wisata edukatif dan konservatif di Bandung.
Siap berpetualang di Lembang Park & Zoo! Dari kampung satwa sampai istana reptil, semua seru buat dikunjungi bareng keluarga (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Adil Rafsanjani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:10 WIB

Pengalaman Rasa yang Tidak Sesuai dengan Ekspektasi

Hunting kuliner memang tidak selalu berbuah dengan rasa yang lezat, beberapa di antaranya rasa yang tidak sesuai dengan review dan harga yang sangat fantastis.
Hunting kuliner memang tidak selalu berbuah dengan rasa yang lezat, beberapa di antaranya rasa yang tidak sesuai dengan review dan harga yang sangat fantastis (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 14:49 WIB

Scroll Boleh, Meniru Jangan, Waspada Memetic Violence!

Saatnya cerdas dan bijak bermedsos, karena satu unggahan kita hari ini bisa membawa pengaruh besar bagi seseorang di luar sana.
Ilustrasi asyiknya bermedia sosial. (Sumber: pixabay.com | Foto: Istimewa)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 13:02 WIB

Hangatnya Perpaduan Kopi dan Roti dari Kedai Tri Tangtu

Roti Macan dimulai dari ruang yang jauh lebih kecil dan jauh lebih sunyi, yaitu kedai kopi.
Kedai kecil itu menciptakan suasana hangat dari aroma Roti Macan pada hari Selasa (04/11/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Wafda Rindhiany)
Ayo Jelajah 21 Nov 2025, 11:17 WIB

Sejarah Soreang dari Tapak Pengelana hingga jadi Pusat Pemerintahan Kabupaten Bandung

Sejarah Soreang dari tempat persinggahan para pengelana hingga menjelma pusat pemerintahan modern Kabupaten Bandung.
Menara Sabilulunga, salah satu ikon baru Soreang. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Jelajah 21 Nov 2025, 11:16 WIB

Sejarah Black Death, Wabah Kematian Perusak Tatanan Eropa Lama

Sejarah wabah Black Death yang menghancurkan Eropa pada awal abad ke-14, menewaskan sepertiga penduduk, dan memicu lahirnya tatanan baru.
Lukisan The Triumph of Death dari Pieter Bruegel (1562) yang terinspirasi dari Black Death. (Sumber: Wikipedia)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 10:17 WIB

History Cake Bermula dari Kos Kecil hingga Jadi Bagian 'Sejarah Manis' di Bandung

History Cake dimulai dari kos kecil pada 2016 dan berkembang lewat Instagram.
Tampilan area display dan kasir History Cake yang menampilkan beragam Korean cake dan dessert estetik di Jalan Cibadak, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung. (30/10/2025) (Sumber: Naila Husna Ramadhani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 09:29 WIB

Dari Tiktok ke Trotoar, ‘Iseng’ Ngumpulin Orang Sekota untuk Lari Bareng

Artikel ini menjelaskan sebuah komunitas lari yang tumbuh hanya iseng dari Tiktok.
Pelari berkumpul untuk melakukan persiapan di Jl. Cilaki No.61, Cihapit, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, pada Sabtu pagi 15 November 2025 sebelum memulai sesi lari bersama. (Sumber: Rafid Afrizal Pamungkas | Foto: Rafid Afrizal Pamungkas)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 08:06 WIB

Giri Purwa Seni Hadirkan Kecapi Suling sebagai Pelestarian Kesenian Tradisional Sunda

Giri Purwa Seni di Cigereleng menjaga warisan kecapi suling melalui produksi, pelatihan, dan pertunjukan.
Pengrajin Giri Purwa Seni menampilkan seperangkat alat musik tradisional berwarna keemasan di ruang pamer Giri Purwa Seni, Jl. Soekarno Hatta No. 425, Desa Cigereleng, Astana Anyar, Karasak, pada Senin, 10 November 2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Biz 20 Nov 2025, 21:19 WIB

Desa Wisata Jawa Barat Menumbuhkan Ekonomi Kreatif dengan Komitmen dan Kolaborasi

Desa wisata di Jawa Barat bukan sekadar destinasi yang indah, namun juga ruang ekonomi kreatif yang menuntut ketekunan, komitmen, dan keberanian untuk terus berinovasi.
Upacara Tutup Tahun Kampung Cireundeu, Merawat Tradisi dan Syukur Kepada Ibu Bumi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 20:18 WIB

Ngaruat Gunung Manglayang, Tradisi Sakral Menjaga Harmoni Alam dan Manusia

Ngaruat Gunung Manglayang adalah tradisi tahunan untuk menghormati alam.
Warga adat melakukan ritual ruatan di kaki Gunung Manglayang sebagai bentuk ungkapan syukur dan doa keselamatan bagi alam serta masyarakat sekitar.di Gunung Manglayang, Cibiru, Bandung 20 Maret 2025 (Foto: Oscar Yasunari)
Ayo Biz 20 Nov 2025, 18:23 WIB

Desa Wisata, Ekonomi Kreatif yang Bertumbuh dari Akar Desa

Desa wisata, yang dulu dianggap sekadar pelengkap pariwisata, kini menjelma sebagai motor ekonomi kreatif berbasis komunitas.
Wajah baru ekonomi Jawa Barat kini tumbuh dari desa. Desa wisata, yang dulu dianggap sekadar pelengkap pariwisata, kini menjelma sebagai motor ekonomi kreatif berbasis komunitas. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 17:21 WIB

Lenggak-lenggok Jaipong di Tengah Riuh Bandung dan Pesona Tradisi

Tari Jaipong tampil memukau di West Java Festival 2025. Gerak enerjik dan musik riuh membuat penonton antusias.
Penampilan tari Jaipong menghiasi panggung West Java Festival 2025 dengan gerakan energik yang memukau penonton, Minggu (9/11/2025). (Sumber: Selly Alifa | Foto: Dokumentasi Pribadi)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 17:07 WIB

Curug Pelangi Punya Keindahan Ikonik seperti di Luar Negeri

Wisata alam Bandung memiliki banyak keunikan, Curug Pelangi punya ikon baru dengan pemandangan pelangi alami.
Pelangi asli terlihat jelas di wisata air terjun Curug Pelangi, Kabupaten Bandung Barat (2/11/25) (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Tazkiya Hasna Putri S)