Membicarakan Mukti-Mukti, seperti tak pernah habis. Waktu bergulir dengan cepat, sudah tiga tahun ia meninggal dunia. Musisi balada unik ini wafat 15 Agustus 2022, akibat penyakit yang dideritanya.
Malam tadi, tepatnya Jumat 15 Agustus 2025 bertempat di Gedung Indonesia menggugat (GIM), tak kurang dari 15 orang sahabat Mukti berkumpul untuk mendoakannya.
Acara dimulai dengan doa, lalu tanpa rundown mereka satu persatu testimoni tentang kebaikan kebaikan beliau. Mulai dari Dimas, Dadang Sudrajat, Adew Habtsa, Trisno, Ganjar Noor, Vinny Soemantri dll.
Semua bicara kebaikan dan keunikan serta cerita apa saja tentang Mukti. Susana hening namun kadang diiringi tawa kecil. "Kami bahkan merencanakan Nadran Gitar, memanfaatkan gitar milik almarhum untuk kami gunakan sebagai show kecil-kecilan, di tempat-tempat yang sering ia singgahi, termasuk disini," ujar Dimas.
Ganjar Noor, Trisno dan Adew merasa karya-karya mereka lahir karena disuntik oleh semangat Mukti. Begitu pun Vinny.
"Saya melihat Pak Mukti sosok yang nyeleneh tapi bagi saya ia menjadi pendorong saya berkarya, karena saya sering diledek begini, man enya musisi balada teu bisa nulis lagu," imbuh Adew, lirih.
Ganjar demikian, ia pernah membuat lagu berjudul "Kau dan Aku" lalu diaransemen Mukti dan sering menyanyikan lagu itu. "Mungkin dalam lagu itu cord yang agak sama dengan lagu Mang Mukti sehingga ia sering menyanyikan itu," kenang Ganjar Noor.
Dan masih banyak lagi testimoni dari sahabat sahabat Mukti. Nampak dalam acara dadakan itu hadir istri almarhum, Dian dan dua putrinya.
Sekedar mengenang dan mengingat jejak semangatnya, beberapa lagu karya Mukti dinyanyikan, seperti "Dendang Kemerdekaan", "Aku Hanya Ingin", dan "Revolution is....".
Malam larut, do'a-do'a pun larut dibalut angin malam yang dingin. Satu satu persatu mereka membubarkan diri, untuk berkumpul lagi, di waktu entah.