Ancaman Tak Terasa, Diam-diam Permukaan Tanah Kota Bandung Ambles Perlahan

Andres Fatubun
Ditulis oleh Andres Fatubun diterbitkan Selasa 29 Jul 2025, 12:05 WIB
Sejumlah apartemen dan hotel berdiri di Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)

Sejumlah apartemen dan hotel berdiri di Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)

AYOBANDUNG.ID - Permukaan tanah Kota Bandung diam-diam terus turun setiap tahunnya. Tak terlihat secara kasat mata, tapi hasil pengukuran geodesi menunjukkan angka yang cukup mencemaskan: rata-rata 8 cm per tahun, bahkan di beberapa titik bisa mencapai 23 cm. Sebagai catatan penurunan permukaan tanah ini tidak linier. Fenomena ini dikenal sebagai ambleasan tanah atau land subsidence, sebuah proses geologi yang terjadi secara perlahan tapi pasti.

Ambleasan tanah bukan hanya soal tanah yang menurun, tapi juga sinyal adanya tekanan dari dalam bumi dan aktivitas manusia di permukaan. Kota Bandung yang terletak di cekungan atau basin bekas danau purba, ternyata menyimpan lapisan tanah liat yang sangat tebal dan mudah memadat. Jika dipadatkan secara alami oleh berat bangunan atau beban tanah itu sendiri, proses pemampatan ini bisa berlangsung puluhan hingga ratusan tahun.

Penelitian terbaru oleh para peneliti dari Institut Teknologi Bandung dan BRIN menyebutkan bahwa lapisan tanah di bawah kota ini mengandung tanah liat dan lanau (silt) hingga kedalaman 47 meter. Mereka mengumpulkan data dari 12 titik pengujian menggunakan metode CPTu—uji penetrasi tanah yang dilengkapi dengan pengukuran tekanan air pori.

Hasilnya, lapisan-lapisan lempung yang terkompresi ini bisa menyebabkan permukaan tanah turun antara 5 cm hingga 46 cm dalam kurun waktu yang berbeda-beda, tergantung kondisi tanahnya. Di beberapa lokasi, penurunan tanah bisa selesai hanya dalam waktu 1,3 tahun, tapi di tempat lain butuh waktu hingga 224 tahun untuk proses pemampatan alami ini berhenti sepenuhnya.

Apa artinya bagi warga Bandung? Artinya, penurunan permukaan tanah bukan lagi sesuatu yang jauh dari kenyataan. Daerah-daerah yang memiliki endapan lempung tebal seperti Kecamatan Bandung Kidul, Gedebage, dan wilayah timur Bandung lainnya, berpotensi mengalami penurunan tanah lebih cepat dan lebih besar.

Data dari pengujian CPTu menunjukkan bahwa lapisan lempung tebal diselingi sedikit lapisan pasir dan lanau. Kombinasi ini sangat rentan terhadap konsolidasi, yakni proses saat tanah mengerut karena kehilangan air pori. Jika lapisan ini terus mendapat tekanan dari pembangunan gedung, jalan, atau bangunan berat lainnya, penurunan tanah akan semakin cepat.

Ironisnya, sebagian besar pembangunan besar di Bandung justru terkonsentrasi di area-area rawan ambleasan ini. Seiring status Bandung sebagai Kawasan Strategis Nasional dan pertumbuhan urbanisasi yang pesat, kebutuhan akan ruang dan lahan membuat pembangunan tidak bisa dihindari. Di saat yang sama, tanah di bawahnya semakin tak kuat menopang beban.

Dari data geodetik yang dikumpulkan sejak 2017 hingga 2021, terlihat bahwa penurunan permukaan tanah tertinggi mencapai 17 cm per tahun. Ini belum termasuk faktor aktivitas manusia seperti penggunaan air tanah berlebih, pembangunan infrastruktur, dan beban lalu lintas yang terus meningkat.

Berbeda dengan bencana seperti gempa atau longsor yang terjadi tiba-tiba, ambleasan tanah berjalan perlahan. Tapi justru karena itu, dampaknya sering tak disadari. Bangunan retak tanpa sebab, jalan ambles sedikit demi sedikit, hingga banjir yang makin sering muncul di daerah-daerah cekungan bisa menjadi dampak dari penurunan ini.

Salah satu dampak dari penurunan permukaan tanah adalah banjir seperti banjir cileuncang di Jalan Citarip Barat, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung, Rabu 28 Februari 2024. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al- Faritsi)
Salah satu dampak dari penurunan permukaan tanah adalah banjir seperti banjir cileuncang di Jalan Citarip Barat, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung, Rabu 28 Februari 2024. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al- Faritsi)

Para peneliti menggunakan pendekatan geoteknik melalui metode konsolidasi satu dimensi Terzaghi untuk memperkirakan besar dan lama penurunan tanah. Dengan menggunakan data ketebalan tanah liat, indeks kompresi, dan tekanan vertikal tanah, mereka mampu membuat simulasi pergerakan tanah secara akurat.

Hasil dari 12 titik uji menunjukkan bahwa titik dengan potensi penurunan tertinggi adalah area dengan tanah liat paling tebal dan kadar air tinggi. Sementara titik dengan lapisan tanah yang lebih kering atau banyak mengandung pasir cenderung lebih stabil. Namun, perbedaan waktu dan nilai penurunan ini menjadi petunjuk penting dalam membuat peta mitigasi risiko.

Penelitian ini dilakukan oleh Santika Tristi Maryudhaningrum bersama Imam Achmad Sadisun dari Kelompok Keahlian Geologi Terapan, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB, serta Dwi Sarah, Eko Soebowo, dan Nugroho Aji Satriyo dari Pusat Riset Bencana Geologi BRIN di Bandung. Mereka berkolaborasi untuk memahami potensi penurunan tanah (land subsidence) di kawasan Cekungan Bandung. Dengan memanfaatkan data uji tanah CPTu (Cone Penetration Test with pore pressure), tim peneliti mencoba memperkirakan pola penurunan tanah yang bisa terjadi di masa depan. Tujuan utamanya adalah untuk mendukung upaya mitigasi bencana geologi di wilayah yang semakin padat ini.

Di satu sisi, riset ini memberi harapan. Dengan pemahaman yang tepat, risiko bisa dikurangi. Namun di sisi lain, diperlukan upaya sistematis dari pemerintah, akademisi, dan masyarakat untuk menindaklanjuti temuan ini. Salah satunya adalah dengan membatasi eksploitasi air tanah dan memperhatikan daya dukung tanah dalam perencanaan tata kota.(*)

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 18 Des 2025, 18:30 WIB

Kondisi Kebersihan Pasar Induk Caringin makin Parah, Pencemaran Lingkungan di Depan Mata

Pasar Induk Caringin sangat kotor, banyak sampah menumpuk, bau menyengat, dan saluran air yang tidak terawat, penyebab pencemaran lingkungan.
Pasar Induk Caringin mengalami penumpukan sampah pada area saluran air yang berlokasi di Jln. Soekarno-Hatta, Kec. Babakan Ciparay, Kota Bandung, pada awal Desember 2025 (Foto : Ratu Ghurofiljp)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 17:53 WIB

100 Tahun Pram, Apakah Sastra Masih Relevan?

Karya sastra Pramoedya yang akan selalu relevan dengan kondisi Indonesia yang kian memburuk.
Pramoedya Ananta Toer. (Sumber: Wikimedia Commons | Foto: Lontar Foundation)
Ayo Jelajah 18 Des 2025, 17:42 WIB

Hikayat Jejak Kopi Jawa di Balik Bahasa Pemrograman Java

Bahasa pemrograman Java lahir dari budaya kopi dan kerja insinyur Sun Microsystems dengan jejak tak langsung Pulau Jawa.
Proses pemilahan bijih kopi dengan mulut di Priangan tahun 1910-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 17:21 WIB

Komunikasi Lintas Agama di Arcamanik: Merawat Harmoni di Tengah Tantangan

Komunikasi lintas agama menjadi kunci utama dalam menjaga stabilitas dan keharmonisan sosial di kawasan ini.
Monitoring para stakeholder di Kecamatan Arcamanik (Foto: Deni)
Ayo Jelajah 18 Des 2025, 16:40 WIB

Eksotisme Gunung Papandayan dalam Imajinasi Wisata Kolonial

Bagi pelancong Eropa Papandayan bukan gunung keramat melainkan pengalaman visual tanjakan berat dan kawah beracun yang memesona
Gunung Papandayan tahun 1920-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 15:16 WIB

Warisan Gerak Sunda yang Tetap Hidup di Era Modern

Jaipong merupakan jati diri perempuan Sunda yang kuat namun tetap lembut.
Gambar 1.2 Lima penari Jaipong, termasuk Yosi Anisa Basnurullah, menampilkan formasi tari dengan busana tradisional Sunda berwarna cerah dalam pertunjukan budaya di Bandung, (08/11/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Satria)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 14:59 WIB

Warga Cicadas Ingin Wali Kota Bandung Pindahkan TPS ke Lokasi Lebih Layak

Warga Cicadas menghadapi masalah lingkungan akibat TPS Pasar Cicadas yang penuh dan tidak tertata.
Kondisi tumpukan sampah menutupi badan jalan di kawasan Pasar Cicadas pada siang hari, (30/11/2025), sehingga mengganggu aktivitas warga dan pedagang di sekitar lokasi. (Foto: Adinda Jenny A)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 13:31 WIB

Kebijakan Kenaikan Pajak: Kebutuhan Negara Vs Beban Masyarakat

Mengulas kebijakan kenaikan pajak di Indonesia dari sudut pandang pemerintah dan sudut pandang masyarakat Indonesianya sendiri.
Ilustrasi kebutuhan negara vs beban rakyat (Sumber: gemini.ai)
Beranda 18 Des 2025, 12:57 WIB

Upaya Kreator Lokal Menjaga Alam Lewat Garis Animasi

Ketiga film animasi tersebut membangun kesadaran kolektif penonton terhadap isu eksploitasi alam serta gambaran budaya, yang dikemas melalui pendekatan visual dan narasi yang berbeda dari kebiasaan.
Screening Film Animasi dan Diskusi Bersama di ITB Press (17/12/2025). (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 12:53 WIB

Dari Ciwidey Menembus India; Menaman dan Menjaga Kualitas Kopi Robusta

Seorang petani kopi asal Ciwidey berhasil menghasilkan kopi robusta berkualitas yang mampu menembus pasar India.
Mang Yaya, petani kopi tangguh dari Desa Lebak Muncang, Ciwidey—penjaga kualitas dan tradisi kopi terbaik yang menembus hingga mancanegara. (Sumber: Cantika Putri S.)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 12:12 WIB

Merawat Kampung Toleransi tanpa Basa-basi

Kehadiran Kampung Toleransi bukan sekadar retorika, basa-basi, melainkan wujud aksi nyata dan berkelanjutan untuk merawat (merayakan) keberagaman.
Seorang warga saat akan menjalankan ibadah salat di Masjid Al Amanah, Gang Ruhana, Jalan Lengkong Kecil, Bandung. (Sumber: AyoBandung.com | Foto: Ramdhani)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 11:04 WIB

Manusia dan Tebing Citatah Bandung

Mari kita bicarakan tentang Citatah.
Salah satu tebing di wilayah Citatah. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 10:06 WIB

Satu Tangan Terakhir: Kisah Abah Alek, Pembuat Sikat Tradisional

Kampung Gudang Sikat tidak selalu identik dengan kerajinan sikat. Dahulu, kampung ini hanyalah hamparan kebun.
Abah Alek memotong papan kayu menggunakan gergaji tangan, proses awal pembuatan sikat. (Foto: Lamya Fatimatuzzahro)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 09:52 WIB

Wargi Bandung Sudah Tahu? Nomor Resmi Layanan Aduan 112

Nomor resmi aduan warga Bandung adalah 112. Layanan ini solusi cepat dan tepat hadapi situasi darurat.
Gambaran warga yang menunjukkan rasa frustasi mereka saat menunggu jawaban dari Call Center Pemkot Bandung yang tak kunjung direspons (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 07:15 WIB

Akhir Tahun di Bandung: Saat Emas bagi Industri Resort dan Pariwisata Kreatif

Menjelang Natal dan Tahun Baru 2026, lonjakan kunjungan ke Kota Bandung serta tren wisata tematik di resort membuat akhir tahun menjadi momentum emas bagi pertumbuhan industri resort dan pariwisata.
Salah satu faktor yang memperkuat posisi Bandung sebagai destinasi akhir tahun adalah kemunculan resort-resort dengan konsep menarik (Sumber: Instagram @chanaya.bandung)
Beranda 18 Des 2025, 07:09 WIB

Rumah Seni Ropiah: Bukan Hanya Tempat Memamerkan Karya Seni, tapi Ruang Hidup Nilai, Budaya, dan Sejarah Keluarga

Galeri seni lukis yang berlokasi di Jalan Braga, Kota Bandung ini menampilkan karya-karya seni yang seluruhnya merupakan hasil ciptaan keluarga besar Rumah Seni Ropih sendiri.
Puluhan lukisan yang dipamerkan dan untuk dijual di Rumah Seni Ropih di Jalan Braga, Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Toni Hermawan)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 21:48 WIB

Dari Bunderan Cibiru hingga Cileunyi Macet Parah, Solusi Selalu Menguap di Udara

Kemacetan di Bunderan Cibiru harus segera ditangani oleh Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan.
Pengendara Mengalami Kemacetan di Bunderan Cibiru, Kota Bandung, (1/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Sufia Putrani)
Beranda 17 Des 2025, 20:27 WIB

Pemkot Bandung Klarifikasi Isu Lambatnya Respons Call Center, Tegaskan Nomor Darurat Resmi 112 Aktif 24 Jam dan Gratis

Koordinator Bandung Command Center, Yusuf Cahyadi, menegaskan bahwa layanan kegawatdaruratan resmi Pemerintah Kota Bandung adalah Call Center 112.
Layanan kegawatdaruratan resmi Pemerintah Kota Bandung adalah Call Center 112
Ayo Netizen 17 Des 2025, 20:04 WIB

Jembatan Penyebrangan Usang Satu-satunya Harus Melayani Jalan Terpanjang di Kota Bandung

Jembatan penyeberangan tunggal di Jalan Soekarno-Hatta yang seharusnya menjadi penyelamat, kini rapuh dan berkarat.
Jembatan penyebrangan Soekarno-Hatta Bandung. Soekarno-Hatta Kelurahan Sekejati, Kecamatan Buahbatu Kota Bandung (26/11/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Azzahra Nadhira)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 18:55 WIB

Petugas Kesal Banyak Pembuang Sampah Sembarangan di Kawasan Pasar Kiaracondong

Maraknya sampah ilegal di Pasar Kiaracondong, meskipun pengelolaan sampah sudah rutin berjalan.
Tumpukan sampah yang berada di TPS. Pasar Kiaracondong, Bandung, Sabtu 29/11/2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Nasywa Hanifah Alya' Al-Muchlisin)