Awal Agustus lalu, fandom (kelompok penggemar) One Piece yang biasanya tiap minggu hanya membahas spoiler dan fan-theory tiba-tiba menjadi sangat ramai dengan tuduhan makar.
Bagaimana tidak, bendera jolly roger (simbol bajak laut) tokoh utama mereka, Luffy, tiba-tiba dianggap sebagai ancaman bagi persatuan dan kesatuan.

One Piece dan Kebebasan
Dikutip dari Wikipedia, One Piece adalah manga karangan Eiichiro Oda yang terbit di majalah Weekly Shounen Jump sejak tahun 1997. Kemudian manga ini diadaptasi menjadi anime oleh Toei Animation pada tahun 1999 dan mulai memperoleh popularitasnya secara global termasuk di Indonesia.
One Piece bercerita tentang karakter utama bernama Monkey D. Luffy yang bercita-cita menemukan harta karun legendaris bernama One Piece dan menjadi raja bajak laut selanjutnya.
Uniknya, walaupun merupakan seorang bajak laut, sepanjang cerita Luffy jarang atau bahkan hampir tidak pernah merampas hak warga sipil.
Alih-alih merampok, Luffy dan kelompoknya malah lebih sering "membebaskan" warga sipil dari penguasa yang kejam, sehingga tidak jarang di kalangan penggemar kelompok Luffy disebut sebagai "Tim SAR" karena sering menyelamatkan orang.
Contohnya di awal cerita, di arc Arlong's Park Luffy membebaskan Desa Cocoyasi yang merupakan kampung halaman rekannya, Nami, dari penjahat bernama Arlong dan kelompoknya.
Kemudian di arc Drum Kingdom, Luffy dan kelompoknya membebaskan kerajaan tersebut dari raja jahat bernama King Wapol.
Bahkan setelah timeskip dua tahun pun, Luffy tetap melanjutkan kebiasaannya tersebut. Terbaru ia baru saja membebaskan Dressrosa dan Wano Country masing-masing dari penguasa lalim bernama Doflamingo dan Kaido.
Kebiasaannya ini membuat jolly roger milik Luffy dipasang di berbagai wilayah sebagai simbol kebebasan atau sekedar untuk menakuti penjahat lain yang mengincar wilayah tersebut.
Awal Mula Fenomena One Piece di Indonesia

Sepanjang penulusuran saya awal mula fenomena ini diawali oleh para sopir truk. Mereka yang biasanya memasang bendera merah-putih setiap menjelang hari kemerdekaan, tiba-tiba merubah kebiasaannya tersebut dengan memasang bendera jolly roger-nya Luffy.
Hal ini dilakukan sebagai bentuk protes terhadap berbagai hal terutama kebijakan Zero ODOL (Zero Over Dimension Over Loading) yang mereka anggap merugikan baik secara finansial maupun operasional.
Dikutip dari Kompas.com, para supir menyebut hal ini mereka lakukan sebagai simbol dari kegelisahan dan kritik sosial atas situasi ekonomi yang mereka rasakan.
Kemudian gerakan ini diikuti oleh akun-akun meme di media sosial dengan menggunakan jolly roger tersebut sebagai foto profil mereka.
Fenomena mulai memperoleh perhatian nasional setelah Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad menyebutnya sebagai upaya memecah belah bangsa.
"Kami mendeteksi dan mendapat masukan dari lembaga-lembaga pengamanan memang ada upaya memecah belah persatuan dan kesatuan," ujar Dasco, dikutip dari Detik.
Senada dengan Dasco, Menko Polkam Budi Gunawan juga membuat pernyataan yang senada.
"Sebagai bangsa besar yang menghargai sejarah, sepatutnya kita semua menahan diri untuk memprovokasi dengan simbol-simbol yang tidak relevan dengan perjuangan bangsa", ujar Budi, dikutip dari CNN Indonesia.
Alih-alih padam, fenomena ini justru diikuti oleh beberapa influencers dan aktivis di media sosial dengan mengganti foto profil mereka. Tidak lupa, berbagai media massa nasional hingga internasional juga turut menyoroti fenomena ini.
Simbol Cinta

Pada akhirnya, bendera merah-putih lah yang akan berkibar paling gagah saat upacara kemerdekaan nanti. Mereka-mereka yang sempat atau bahkan masih mengibarkankan bendera jolly roger-nya Luffy juga tetap akan memberi rasa hormat dengan penuh rasa bangga.
Pada akhirnya, "fenomena bendera One Piece" tidak lebih dari sekedar simbol kegelisahan dan keresahan masyarakat atas situasi sosial dan ekonomi yang terjadi saja.
Seperti kata Gilang Dirga di acara Apa Kabar Indonesia tvOne, "Semua ekspresi yang dikeluarkan oleh para pecinta One Piece ini, bukan berarti mereka tidak mencintai negara ini, justru karena mereka mencintai negara Indonesia, mereka akhirnya melakukan protes dengan cara seperti itu."(*)