Sabotase Kereta Rancaekek, Bumbu Jimat dan Konspirasi Kiri

Hengky Sulaksono
Ditulis oleh Hengky Sulaksono diterbitkan Rabu 02 Jul 2025, 17:52 WIB
Ilustrasi kereta api yang dibajak era kolonial. (Sumber: Gedenkboek der Staatsspoor en Tramwegen in Nederlandsch-Indie 1875 - 1925)

Ilustrasi kereta api yang dibajak era kolonial. (Sumber: Gedenkboek der Staatsspoor en Tramwegen in Nederlandsch-Indie 1875 - 1925)

AYOBANDUNG.ID - Sabtu malam, 29 Maret 1924, kereta ekspres Surabaya–Bandung melaju seperti biasa. Namun di antara Rancaekek dan Gedebage, kereta itu tak sampai tujuan dengan utuh. Ia tergelincir. Kecepatan 70 kilometer per jam. Lokomotif keluar jalur dan terguling ke sawah. Gerbong bagasi dan hampir semua gerbong ikut terguling, “kecuali yang terakhir,” tulis De Indische Courant kala itu.

Sang masinis, orang Eropa bernama Versluys, sempat menyelamatkan keadaan. Ia bereaksi cepat saat menyadari ada yang ganjil. Pengereman darurat ia lakukan secepatnya. Itu menyelamatkan nyawa banyak penumpang. Meski lokomotif terguling, ia dan juru api selamat setelah terlempar ke sawah.

Yang apes justru seorang kondektur pribumi. Dia tertimbun di bawah koper-koper. Nyawanya dikhawatirkan tak tertolong. Sempat ada laporan yang menyatakan kondektur itu meregang nyawa. Dia menjadi satu-satunya korban jiwa dalam peristiwa jahanam tersebut.

Belakangan dugaan itu keliru. Namanya Sardjoe, penanggung jawab bagasi. Ia bukan meninggal, melainkan patah tangan kiri dan harus dirawat di rumah sakit selama 38 hari. Ini terkonfirmasi dalam sidang perkara pada Juni, masih dilaporkan oleh De Indische Courant.

“Lokomotif tergeletak di sawah; gerbong bagasi terbalik. Di belakangnya semua gerbong terguling kecuali gerbong terakhir.” Sebanyak 10 penumpang lainnya mengalami luka ringan. Jalur rel yang sempat terhalang berhasil dibuka kembali keesokan harinya, menjelang tengah hari.

Peristiwa ini menggemparkan Hindia Belanda. Pers Belanda menyebutnya sebagai aksi sabotase terhadap Staatsspoorwegen (SS), perusahaan kereta milik pemerintah. Di masa ketika gerakan politik bumiputra mulai menggeliat, jalur rel yang jadi simbol kekuasaan kolonial dan mobilitas ekonomi, menjadi sasaran rawan diganggu.

“Penyebab tergelincirnya kereta adalah sabotase. Baut sambungan dan pelat rel telah dilonggarkan,” tulis surat kabar Hindia Belanda itu tanpa tedeng aling-aling.

Beberapa terbitan lain juga langsung menduga sabotase. Algemeen Handelsblad menulis “Sabotage bij de S.S.”, De Telegraaf 2 April mengutip peristiwa itu sebagai “De Sabotage Bij Rantjaekek.” Seorang penjaga rel langsung dicurigai dan ditangkap. Dia bernama Askiam.

Drama Silat Lidah di Persidangan

Sosok Askiam adalah seorang baanschouwer atau pemeriksa rel, yang telah mengabdi selama 25 tahun di SS. Sosok tua ini mendadak menjadi wajah utama kejahatan serius terhadap infrastruktur vital pemerintah kolonial. Pengadilan digelar di Landraad atau Pengadilan Negeri Bandung, di bawah pimpinan hakim De Vries. Askiam menyatakan tak bersalah. Tapi seiring proses berjalan, kesaksian, bukti, dan tekanan demi tekanan memutar roda sidang menjadi medan yang pelik dan berliku.

De Indische Courant edisi 10-11 Juni 1924 yang melaporkan persidangan mencatat Askiam mengaku bahwa malam itu, sekitar pukul tujuh, ia didatangi seseorang di rumahnya. Suara mendadak hilang, dan ia memutuskan mengajak rekannya, Noerhali, untuk menyelidiki.

Baca Juga: Tangis Rindu dan Getirnya Kematian di Balik Lagu Hallo Bandoeng

Keduanya mendapati kereta telah terguling, sejauh 900 meter dari titik yang seharusnya aman. Sang pengawas memerintahkan Askiam menaruh bendera merah dan lentera ke arah Bandung sebagai sinyal bahaya. Sekitar pukul sembilan malam, kereta bantuan datang.

Di titik ini, cerita terdengar masuk akal. Namun penyelidikan menunjukkan celah. Kunci pas ditemukan di lokasi kejadian. Ketika ditanya, Askiam, mengaku bahwa ia memang meninggalkan kunci itu sehari sebelumnya di dekat pos jaga. Alasannya, agar bisa digunakan kembali keesokan harinya. Padahal ia tahu betul aturan dinas mengharuskan kunci itu selalu dibawa, dan kelalaian semacam itu bisa berujung pada denda sebesar setengah bulan gaji.

Hakim De Vries tak puas dengan penjelasan tersebut. Ia menunjukkan bahwa kondisi kunci yang ditemukan di lokasi sangat berkarat. Terlalu berkarat untuk sebuah alat yang dipakai setiap hari. Askiam mencoba membela diri dengan mengatakan bahwa kunci itu jatuh ke air.

Tapi hakim membalik logika Askiam: kalau benar jatuh ke air, kuncinya justru harus lebih berkarat lantaran reaksi korosi. Dengan kata lain, argumen itu malah memperlemah alibinya.

“Kalau begitu, kuncinya pasti lebih berkarat lagi, jadi itu tidak mungkin. Semua yang kamu katakan sekarang sama seperti yang kamu akui pada pemeriksaan pertama. Saat itu pun kamu menyangkal semuanya.”

Tak cuma berkelit soal kunci pas, pengakuan Askiam juga kerap berubah-ubah saat pemeriksaan awal. Sekali waktu mengaku perbuatannya, di hari lain dia mencabut pengakuannya. Mengapa pengakuan berubah-ubah? Askiam berdalih ia dipaksa untuk mengaku. Ia mengklaim dipukul dan diancam saat diperiksa oleh wedana dan pejabat kolonial lainnya.

"Ketika ditanya, terdakwa menyatakan bahwa pada awalnya ia membantah, namun akhirnya mengaku setelah diancam dan dipukuli oleh asisten wedana Cibiru dan wedana Ujungberung. Wedana bahkan memukul terdakwa berulang kali," tulis De Indische Courant.

Pengadilan pun memeriksa para pejabat wilayah, termasuk wedana Ujungberung yang menjadi sorotan karena dugaan kekerasan selama pemeriksaan. Menurut sang wedana, Askiam awalnya menyalahkan orang lain, namun kemudian mengaku bahwa dirinyalah yang membuka baut rel, dibantu oleh Noerhali. Wedana bersumpah tak pernah melakukan penyiksaan.

Baca Juga: Kereta Bandung–Ciwidey Datang, Gema Kehidupan Lama Terhenti

"Sebab usia terdakwa dan pentingnya menjaga agar kasus ini tidak menjadi keruh, saya atas inisiatif sendiri, dan juga atas perintah tegas dari patih, memberikan perintah keras untuk tidak menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan," kata wedana Ujungberung.

De Telegraaf 2 April 1924
De Telegraaf 2 April 1924

Tapi Askiam bersikukuh ia ditampar, dipukul, bahkan pelipisnya luka terkena cincin asisten wedana. Saat di hadapan asisten residen, Askiam tetap mengaku. Ketika ditanya mengapa ia tetap mengaku di hadapan pejabat yang lebih tinggi, Askiam menjawab: “Saya takut juga akan dipukul olehnya.”

Koleganya Noerhali yang menjadi saksi kunci, memberi pernyataan mengejutkan. Ia menyebut bahwa sepuluh hari sebelum insiden, Askiam pernah berkata, “Kalau rel dibuka dan kereta celaka, mungkin gaji kita akan dinaikkan.” Di tengah kondisi pekerja SS yang sedang gerah akibat pemotongan tunjangan, ucapan itu terdengar seperti motif. Sebuah kelakar berbahaya, atau sinyal awal niat yang lebih besar?

Tudingan Jimat dan Organisasi Buruh Kiri

Isu yang segera merebak dari kasus ini adalah hubungan terdakwa dengan organisasi buruh kereta kiri, Vereeniging van Spoor- en Tramwegpersoneel (VSTP). Organisasi ini sejak awal abad ke-20 telah menjadi tempat bernaung bagi para buruh kereta api yang kecewa terhadap sistem kolonial. Organisasi ini kerap menginisiasi pemogokan besar sebagai bentuk protes.

Henk Sneevliet, aktivis komunis yang aktif di Hindia Belanda, juga bergabung di VSTP. Bersama kawan seperjuangan, ia mendirikan Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV), yang kemudian berkembang menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Komunis beken lainnya yang bergabung di VSTP adalah Semaoen. Pada 1926 VSTP dibubarkan paksa oleh pemerintah kolonial.

Baca Juga: Wajit Cililin, Simbol Perlawanan Kaum Perempuan terhadap Kolonialisme

Salah satu saksi, pengawas Staatsspoorwegen, Attinger, menyampaikan bahwa dalam percakapan di kantor insinyur Staatsspoorwegen di Bandung, Askiam sempat menyebut dua orang yang ia temui malam kejadian. Mereka adalah mantan kepala halte Rancaekek dan Sambik, seorang propagandis VSTP dan mantan narapidana kasus sabotase sinyal.

Dalam pengakuannya kepada Attinger, Askiam sempat menyebut kepala halte itu meminta kunci, dan dia diperintahkan berjaga di jembatan agar tak ada yang mendekat.

Tapi kemudian Askiam menarik lagi pengakuannya. Di persidangan, ia membantah pernah menyebut nama siapa pun. Ia bersikeras semua itu diucapkannya hanya karena takut disiksa.

Laporan Bataviaasch Nieuwsblad dalam persidangan juga diperlihatkan jimat kertas milik Askiam oleh jaksa. Kertas-kertas tersebut ditemukan oleh sipir penjara saat pemeriksaan badan usai sidang sebelumnya.

Dua dari kertas itu penuh dengan coretan simbol-simbol yang digores menggunakan pensil. Jaksa menyebut simbol-simbol itu menyerupai jimat atau rajah. Untuk memastikan, kertas tersebut sempat diperlihatkan kepada seorang penghulu, namun hasilnya nihil. "Penghulu tidak dapat menguraikan makna simbol-simbol tersebut," tulis Bataviaasch Nieuwsblad.

Sosok Askiam sendiri menyatakan tidak mengetahui arti simbol-simbol itu. Ia mengaku kertas-kertas tersebut ia temukan saat dibawa ke hadapan jaksa kepala, untuk diberi tahu mengenai akta pelimpahan perkara ke pengadilan. "Saya tidak tahu apa arti kertas-kertas itu," katanya saat ditanya hakim.

Walau segala bukti teknis kuat, motif Askiam tetap buram. Di akhir sidang, hakim menjatuhkan vonis 15 tahun penjara. Semua saksi, menurut Askiam, “berbohong karena iri pada gaji saya.” Dia berlutut dan memohon agar dibebaskan.

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 03 Jul 2025, 09:23 WIB

Komunikasi Salah Kaprah, Jangan Tolerir Sebutan LGBT

Hari ini, prilaku menyimpang bisa disamarkan dengan berbagai istilah global yang membuat terlihat keren dan terkoneksi global seperti LGBT.
Hari ini, prilaku menyimpang bisa disamarkan dengan berbagai istilah global yang membuat terlihat keren dan terkoneksi global seperti LGBT. (Sumber: Pexels/Alexander Grey)
Ayo Jelajah 03 Jul 2025, 07:42 WIB

Benjang dari Ujungberung, Jejak Gulat Sakral di Tanah Sunda

Benjang, seni gulat tradisional dari Ujungberung, Bandung, pernah dilarang tapi kini jadi Warisan Budaya Takbenda. Simak sejarah dan keunikannya di sini.
Seni benjang gulat.
Ayo Jelajah 03 Jul 2025, 03:30 WIB

Dari Bandung Kopi Purnama, Ke Hindia Ku Berkelana

Kopi Purnama di Bandung sudah berdiri sejak 1930 dan jadi kedai kopi legendaris. Intip sejarah, menu andalan, dan kisah bisnis lintas generasi yang tetap eksis hingga kini.
Suasana Kopi Purnama yang jadi tempat ngopi legendaris di Bandung. (Sumber: Ayobandung | Foto: Bob Yanuar)
Ayo Jelajah 02 Jul 2025, 17:52 WIB

Sabotase Kereta Rancaekek, Bumbu Jimat dan Konspirasi Kiri

Kereta ekspres tergelincir di Rancaekek tahun 1924. Sabotase, organisasi kiri, dan jimat jadi bumbu panas persidangan kolonial.
Ilustrasi kereta api yang dibajak era kolonial. (Sumber: Gedenkboek der Staatsspoor en Tramwegen in Nederlandsch-Indie 1875 - 1925)
Ayo Netizen 02 Jul 2025, 16:43 WIB

Knalpot Racing Sudah Jadi Gaya Hidup yang Meresahkan

Knalpot racing bukan lagi digunakan di sirkiut balap tapi sudah berubah menjadi gaya hidup bagi sebagian masyarakat yang ingin dipandang keren.
Knalpot racing. (Sumber: Pixabay)
Ayo Biz 02 Jul 2025, 10:54 WIB

Kuliner Unik di Waduk Saguling: Menikmati Nikmatnya Liwet di Atas Perahu

Ingin menikmati nasi liwet sunda sambil bersantai di atas perahu tanpa harus ke pantai atau laut? Datang saja ke kawasan Waduk Saguling di Desa Rancapanggung, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Bara
Nasi liwet Ciminyak, sensasi makan di atas perahu. (Foto: Ist)
Ayo Biz 02 Jul 2025, 09:51 WIB

Menepi ke Mie Kocok Persib yang Jadi Legenda Kuliner Kota Bandung Sejak 1963

Di tengah hiruk-pikuk Kota Bandung, ada satu sajian khas yang tak pernah kehilangan penggemarnya, yaitu mie kocok. Namun, di antara sekian banyak penjaja mie kocok, nama Mie Kocok Persib sudah menjadi
Mie Kocok Persib kuliner legenda Bandung (Foto: GMAPS)
Ayo Netizen 02 Jul 2025, 08:56 WIB

Satu Video, Ribuan Citra Polisi Ambruk

Citra Polri ke-79 di publik terus diuji zaman, dipertaruhkan waktu. Tantangan yang dihadapi tidak mudah ketika warganet dan algoritma bergerak liar, lincah, dan konsisten.
Kapolri (kiri) dan Presiden Prabowo dalam HUT Bhayangkara ke-79, kemarin (Sumber: Setneg | Foto: Setneg)
Beranda 01 Jul 2025, 18:49 WIB

DPRD Bandung Barat Pasang Badan untuk Tambang, Logika Ekonomi Pinggirkan Ekologi

Berbeda dengan Dedi Mulyadi yang ingin gebuk tambang ilegal, DPRD Bandung Barat justru membelanya. Alasannya? Demi ekonomi.
Penambangan batu menggunakan alat berat di kawasan Gunung Pabeasan yang termasuk ke dalam Karst Citatah, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)
Ayo Biz 01 Jul 2025, 17:55 WIB

Saat Ramen Masuk ke Pasar, Inovasi Galih Membongkar Pakem Lewat Rameninpo

Rameninpo, cerita tentang keberanian meracik identitas, memadukan budaya, dan membangun ruang baru bagi kreativitas anak muda di tengah pasar tradisional.
Rameninpo, cerita tentang keberanian meracik identitas, memadukan budaya, dan membangun ruang baru bagi kreativitas anak muda di tengah pasar tradisional. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 01 Jul 2025, 17:06 WIB

Dari Wali Kota Medsos ke Wapres Republik: Gibran dan Masa Depan Politik Personalistik

Gibran Rakabuming adalah bentuk terkini gaya kepemimpinan di tanah air. Dengan kemampuan komunikasi digital, plus garis keturunan menguntungkan, loncatan karir super eksponensial berhasil dia cetak.
Wapres RI Gibran Rakabuming (Sumber: Setneg | Foto: Website Setneg)
Ayo Netizen 01 Jul 2025, 16:00 WIB

Terbanglah yang Tinggi Tanpa Menjatuhkan Orang Lain

Setiap orang berhak untuk memiliki impian atau cita-cita setinggi-tingginya.
Mengapa sebagian orang berhasil menggapai cita-citanya, sementara sebagian yang lain gagal dalam mewujudkan impiannya? (Sumber: Pexels/Rakicevic Nenad)
Ayo Biz 01 Jul 2025, 15:33 WIB

Rajut Ulang Harapan di Binong Jati, Proses Bertahan Hidup Perajut Bandung di Tengah Dinamika Zaman

Sentra Rajut Binong Jati bukan sekadar pusat industri kecil, tetapi lembar-lembar kisah tentang jatuh bangun para perajut Kota Bandung.
Sentra Rajut Binong Jati bukan sekadar pusat industri kecil, tetapi lembar-lembar kisah tentang jatuh bangun para perajut Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Biz 01 Jul 2025, 15:04 WIB

Kampung Randukurung, Sentra Tusuk Sate Tersembunyi di Bandung Selatan

Jarang yag tahu bahwa ada sentra tusuk sate yang tersembunyi di pelosok Kabupaten Bandung. Di wilayah Desa Kutawaringin dan sekitarnya, terutama di Kampung Randukurung, tusuk sate menjadi bagian dari
Sentra Kerajinan Tusuk Sate di Kampung Randukurung, Kabupaten Bandung. (Foto: Restu Nugraha)
Ayo Netizen 01 Jul 2025, 14:01 WIB

Cantik Itu Filterable? Representasi dan Realitas di Era Instagram

Representasi di era digital tetap banyak mereproduksi pola-pola lama tentang tubuh, kecantikan, dan identitas. Sehingga diperlukan kesadaran kritis dalam menciptakan makna yang lebih adil dan beragam.
Di media sosial, kita memang punya kontrol lebih terhadap citra diri, termasuk untuk kecantikan wajah. (Sumber: Pexels/cottonbro studio)
Ayo Biz 01 Jul 2025, 13:32 WIB

Nekat Berhenti Berkarir Demi Anak, Dina Berhasil Kembangkan Bisnis Kuliner Pempek Jeol

Di balik kesuksesan Pempek Jeol dan Batagor Priangan ada kisah tentang ketekunan Dina Rahayuningsih. Perjalanannya dimulai bukan dari dapur atau meja produksi, tetapi dari keputusan besar meninggalka
Owner Pempek Jeol Dina Rahayuningsih. (Foto: Rizma Riyandi)
Ayo Jelajah 01 Jul 2025, 12:08 WIB

Sesar Baru di Sekitar Gunung Tangkubanparahu, Tambah Daftar Patahan Gempa Bandung Raya

Gempa Magnitudo 2,7 yang mengguncang Cimahi dan sekitarnya pada akhir Juni lalu menyisakan satu pertanyaan: kalau bukan Sesar Lembang, lantas siapa pelakunya?
Gunung Tangkubanparahu (Sumber: Ayobandung | Foto: Restu Nugraha)
Ayo Netizen 01 Jul 2025, 10:31 WIB

Obor Tradisi, Api Selebrasi

Di setiap nyala api, ada cerita yang diwariskan. Inilah wajah Tahun Baru Hijriah di Cibiru Hilir bak selebrasi yang terus menyala, demi tradisi agar tetap terjaga dan terawat.
Peserta melakukan pawai obor pada peringatan Bandung Lautan Api 2019 saat melintas di Jalan Asia-Afrika, Kota Bandung, Sabtu (23/3/2019). (Sumber: ayobandung.com | Foto: Irfan Alfaritsi)
Ayo Netizen 01 Jul 2025, 08:56 WIB

Tjetjep Heryana, Jago Balap Bandung Jadi Raja Sirkuit Cililitan 1957

Tjetjep Heryana mengharumkan nama Bandung dalam kejuaraan balap motor level nasional di Jakarta pada 1957.
Tiga pebalap Bandung yakni Grashuis, Tjetjep, dan Bartels naik podium seusai melakoni balapan kelas 250 cc A yang berlangsung 12 putaran. Tjetjep yang berdiri di tengah menjadi juara dalam kelas tersebut. (Foto: Aneka) (Sumber: Aneka | Foto: Aneka)
Ayo Biz 30 Jun 2025, 17:58 WIB

Soto Sedari, Kisah Reza dan Mimpi dari Semangkuk Soto

Perjalanan Soto Sedari bukan hanya tentang membuka kedai dan menjual makanan, tapi juga menjunjung warisan kuliner Indonesia dan misi menduniakan soto.
Perjalanan Soto Sedari bukan hanya tentang membuka kedai dan menjual makanan, tapi juga menjunjung warisan kuliner Indonesia dan misi menduniakan soto lewat sebuah inovasi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)