Sejarah Kebun Binatang Bandung yang Sempat Jadi Hutan, dari Jubileumpark ke Bazooga

Bob Yanuar
Ditulis oleh Bob Yanuar diterbitkan Kamis 26 Jun 2025, 11:23 WIB
Kebun Binatang Bandung atau Bandung Zoo. (Sumber: Ayobandung)

Kebun Binatang Bandung atau Bandung Zoo. (Sumber: Ayobandung)

AYOBANDUNG.ID – Di tengah geliat wisata kekinian yang menjamur di Bandung, ada satu tempat lawas yang tetap berdiri dengan teguh: Kebun Binatang Bandung. Lokasinya strategis, di Jalan Tamansari, tak jauh dari kampus ITB. Tapi siapa sangka, kebun binatang yang dikenal kini sebagai Bazooga itu menyimpan sejarah lebih tua dari usia Republik Indonesia.

Tempat ini bukan produk zaman Orde Baru. Ia lahir dari imajinasi kolonial, tumbuh dalam geliat kota Parijs van Java, lalu sempat terbengkalai seperti hutan belantara karena perang dan kekacauan revolusi.

Pada awal abad ke-20, Bandung belum seperti sekarang. Masih banyak pohon, banyak angin, dan sedikit manusia. Tahun 1900, Bupati Bandung kala itu, R.A.A. Martanegara mendirikan kebun binatang di daerah Cimindi. Sementara itu, beberapa orang Belanda bikin versi mereka sendiri di Bukit Dago.

Ketika Bandung resmi menjadi gemeente pada 1 April 1906, mimpi besar mulai dibangun: menjadikan Bandung seperti kota-kota Eropa, lengkap dengan taman kota, rumah-rumah elit, jalan berpaving, dan tentu saja... kebun binatang yang proper.

“Kota Bandung itu awalnya desa kecil dan dikhususkan untuk menjadi Enwester Envlape, atau hunian untuk para orang Eropa,” ujar sejarawan dan dosen UPI, Leli Yulifar.

Lalu, tahun 1920, lahirlah Bandoeng Vooruit. Jangan bayangkan LSM atau ormas. Ini adalah kelompok elit Belanda yang jadi rekan resmi pemerintah kota dalam urusan tata ruang dan pariwisata. Mereka merancang taman-taman kota, dari Taman Maluku, Taman Ganesha, sampai Jubileumpark, sebuah taman botani mewah yang dibangun untuk memperingati 50 tahun Ratu Wilhelmina memerintah.

Jubileumpark berdiri pada 1923. Sepuluh tahun kemudian, atas prakarsa Bandoeng Vooruit, kedua kebun binatang—Cimindi dan Dago—dipindahkan dan digabung di ujung selatan taman tersebut. Tempat itu kelak menjadi Kebun Binatang Bandung yang kita kenal sekarang.

Baca Juga: Balap Becak Bandung Tahun 1970-an, Fast and Furious ala Raja Jalanan

“Kebun binatang tersebut berdiri pada sebagian tanah gemeente, yang terletak di Huygensweg (sekarang Jalan Tamansari),” kata Leli.

Tahun 1933, kebun binatang resmi dibuka dengan nama Bandoengsche Zoologisch Park. Pimpinannya adalah Hoogland, direktur bank DENNIS, yang duitnya bukan main. Bahkan kandang gajah dibangun oleh kontraktor Tionghoa bernama Thio Tjoan Tek. Kebun binatang itu lengkap dan tertata: bukan sekadar tempat hiburan, tapi bagian dari estetika kota.

Koleksi Llama di Kebun Binatang Bandung tahun 1930-an. (Sumber: Dierentuin Nummer)
Koleksi Llama di Kebun Binatang Bandung tahun 1930-an. (Sumber: Dierentuin Nummer)

Pendudukan Jepang dan Zaman Kacau

Tapi, seindah apa pun perencanaan, sejarah kadang lebih keras kepala. Tahun 1942, Jepang datang dan semua orang Belanda ditahan, termasuk Hoogland. Kota berubah jadi medan kacau. Binatang tak lagi terurus. Pemeliharaan ala meneer berubah jadi usaha gotong royong seadanya.

“Jangankan mikirin binatang, kondisi saat itu kacau balau,” ujar Leli.

Dalam situasi itu, muncullah nama Raden Ema Bratakoesoema, tokoh lokal yang kemudian mengurus kebun binatang. Dengan keterbatasan dana dan kondisi keamanan yang rawan, ia menjaga semampunya. Hewan banyak yang mati. Kebun binatang pelan-pelan berubah jadi hutan liar.

Setelah kemerdekaan 1945, Hoogland kembali ke Bandung pada 1956. Ia kaget: taman satwa yang dulu ia bangun berubah jadi rimba belantara. Dari sini, muncul kesepakatan penting: Bandoengsche Zoologisch Park dibubarkan. Aset dilikuidasi. Lalu dibentuk yayasan baru bernama Yayasan Margasatwa Tamansari (YMT), dengan Hoogland sebagai ketua.

Baca Juga: Saat Patung Harimau Bandung Loncat dari Pos Jaga

Tahun 1957, Hoogland akhirnya balik ke Belanda. Sejak saat itu, Ema Bratakoesoema memimpin yayasan sampai wafat tahun 1984. Setelah itu, kepengurusan diteruskan oleh ahli warisnya.

Tahun 1990, Pemkot Bandung punya rencana: lahan Kebun Binatang akan diberikan ke ITB untuk perluasan kampus. Kebun Binatang pun akan dipindah ke Jatinangor. Tapi seperti biasa, urusan niat baik dan anggaran tak selalu sejalan.

“Karena tidak ada dana untuk memindahkan, akhirnya kampus ITB-nya yang pindah,” ujar Leli.

Ironis. Harimau tetap tinggal di Tamansari. Tapi kampus bergengsi terpaksa cari tanah baru. Sampai hari ini, Yayasan Margasatwa Tamansari masih menjadi pengelola resmi Kebun Binatang Bandung.

Pada era 2020-an, Kebun Binatang Bandung bukan hanya menghadapi tantangan perawatan hewan. Kini, perkara paling berat datang dari manusia: tagihan dan sengketa hukum.

Pertama, Pemkot Bandung menagih sewa lahan sebesar Rp13,5 miliar, yang disebut belum dibayar sejak 2007. Surat peringatan sudah tiga kali dikirim. Ancaman penyegelan pun digaungkan lewat Satpol PP.

Kedua, muncul nama baru: Stephen Partana, yang mengklaim lahan Kebun Binatang sebagai milik pribadi. Proses hukum masih berjalan di pengadilan.

Dalam situasi ini, publik mulai bertanya-tanya: akankah Bazooga tetap bertahan? Ataukah akan bernasib seperti banyak ruang publik lain yang tergusur atas nama kemajuan?

Pengunjung saat berlibur ke Bandung Zoo, Jalan Tamansari, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)
Pengunjung saat berlibur ke Bandung Zoo, Jalan Tamansari, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)

Kebun Binatang Bandung bukan cuma tempat anak-anak melihat gajah. Ia adalah saksi bisu perjalanan sejarah kota. Dari zaman meneer Belanda yang menanam taman botani, masa pendudukan Jepang yang penuh kekacauan, perjuangan saudagar lokal menjaga satwa dalam kondisi genting, hingga kini: bertahan di tengah sengketa lahan dan tagihan milyaran.

Lebih dari sekadar kandang hewan, Kebun Binatang Bandung adalah wajah lain dari sejarah kota ini yang tak selalu rapi, tapi selalu menarik untuk disimak. Dan siapa tahu, di masa depan, harimau dan tapir di sana tetap punya rumah, meski para pengurus dan pejabat kota terus berganti-ganti.

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 14 Agu 2025, 20:13 WIB

Simbol Bajak Laut dan Krisis Kepercayaan Membaca Pesan

Berkibarnya Bendera One Piece melambangkan kemarahan dan ketidakpercayaan terhadap pemerintah Indonesia.
Berkibarnya Bendera One Piece melambangkan kemarahan dan ketidakpercayaan terhadap pemerintah Indonesia. (Sumber: Ilustrasi dibuat dengan AI Yupp)
Ayo Netizen 14 Agu 2025, 19:02 WIB

KDM yang Katanya Bahagia Digugat Soal Kebijakan Rombel 50 Siswa

KDM mengaku bahagia digugat untuk kebijakan rombel 50 anak. Akan tetapi, penggugat kemudian diintimidasi. Apa yang bisa ditarik pelajaran?
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengatakan dirinya bahagia digugat Forum Kepala Sekolah SMA Swasta (FKSS) Jawa Barat. (Sumber: Diskominfo Depok)
Ayo Biz 14 Agu 2025, 18:04 WIB

Perjalanan Bisnis Over Easy Glamping, dari Keresahan Pribadi ke Gerakan Hijau

Over Easy bukan sekadar soal tenda dan fasilitas, Nico dan Steffi menciptakan pengalaman sekaligus ruang untuk menyampaikan nilai dan memberi dampak nyata.
Pemilik Over Easy Glamping Site, Nico Lauw. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 14 Agu 2025, 16:49 WIB

Ketika Lukisan Menyatu dengan Kain, dan Sejarah Menyapa Masa Kini

El-Maestro lahir dari sebuah pertanyaan sederhana namun mendalam, bagaimana cara membuat anak muda mengenal dan mencintai seni lukis Indonesia.
El-Maestro lahir dari sebuah pertanyaan sederhana namun mendalam, bagaimana cara membuat anak muda mengenal dan mencintai seni lukis Indonesia. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 14 Agu 2025, 16:10 WIB

Ci Pasarangan Sungai Suci di Linggamanik

Di Jawa Barat, toponim Sarangan hanya satu, yaitu Ci Pasarangan.
Sawah bertingkat di Desa Linggamanik, dengan Ci Pasarangan yang tampak kering. (Sumber: Citra satelit: Google maps)
Ayo Biz 14 Agu 2025, 15:20 WIB

Cerita di Balik Makio Suki & Grill: Hangatnya Ide di Tengah Dinginnya Bandung

Berawal dari obrolan santai antara dua sahabat, ide mendirikan kedai suki dan grill muncul bukan dari ambisi besar, melainkan dari pengalaman pribadi.
Berawal dari obrolan santai antara dua sahabat, ide mendirikan kedai suki dan grill muncul bukan dari ambisi besar, melainkan dari pengalaman pribadi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Jelajah 14 Agu 2025, 15:10 WIB

Sejarah Pertempuran Gedung Sate, 4 Jam Jahanam di Jantung Bandung

Sejarah 4 jam kisah 21 pemuda mempertahankan Gedung Sate dari serangan pasukan Gurkha di Bandung pada 3 Desember 1945.
Gedung Sate pernah jadi lokasi pertempuran antara kombatan Bandung dengan tentara Gurkha saat Sekutu menduduki Bandung pada 1945.
Ayo Netizen 14 Agu 2025, 15:02 WIB

Kita Belum Merdeka

Selama 80 tahun, secara formal Indonesia merdeka, tapi secara kenyataan masih sengsara.
Warga membeli bendera merah putih di Jalan Ahmad Yani, Kota Bandung, Rabu 2 Agustus 2023. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Biz 14 Agu 2025, 14:12 WIB

Seberapa Penting Memakai Sepatu Haji Umroh Saat Ibadah di Tanah Suci?

Sepatu haji umroh adalah alas kaki yang dirancang khusus untuk mendukung kenyamanan dan keselamatan jamaah selama menjalani rangkaian ibadah di Tanah Suci. Bentuknya berupa sandal atau sepatu sandal
Ilustrasi Ibadah Haji dan Umroh saat sai. (Foto: Dok. Ayobandung.com)
Ayo Biz 14 Agu 2025, 12:31 WIB

Budidaya Kopi Leberika, Petani Bandung Barat Berhasil Lestarikan Warisan Flora Belanda

Di tengah dominasi kopi arabika dan robusta, seorang petani asal Kampung Lembang, Desa Mukapayung, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat, justru menapaki jalur berbeda. Ia menanam kopi yang tak b
Petani Kopi Liberika di Bandung Barat. (Foto: Dok. Ayobandung.com)
Ayo Biz 14 Agu 2025, 11:50 WIB

Dari Rugi sampai Ditipu, Yanti Tak Kapok Ikuti Bazar Demi Pasarkan Baso Tahu Yoga

Sudah tiga tahun, Yanti Suryanti mengikuti bazar demi memasarkan Baso Tahu Yoga, usaha kuliner yang ia jalankan bersama sang suami, Sunarjo. Bagi Yanti, bazar bukan sekadar tempat berjualan, tapi juga
Yanti Suryanti, Owner Baso Tahu Yoga saat mengikuti bazar. (Foto: Dok. Baso Tahu Yoga)
Beranda 14 Agu 2025, 10:42 WIB

Inovasi Lingkungan dari Warga Antapani Tengah: Satu Ton Sampah Raib Setiap Minggu

Di atas lahan seluas 1.000 meter persegi, Dody bersama 11 orang lainnya berhasil mengurangi beban pengiriman sampah Kota Bandung ke TPA sebanyak 1 ton per minggu.
Dody Iriana Memed menjadi sosok yang menggulirkan program pengolahan sampah dan urban farming di Jasmine Integrated Farming di Kelurahan Antapani Tengah, Kecamatan Antapani, Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Muslim Yanuar Putra)
Ayo Netizen 14 Agu 2025, 09:40 WIB

Jawa Barat ‘Beunghar ku Opak’: Siapa Paling Enak dan Juara?

Opak itu bukan produksi Banjaran, melainkan diproduksi oleh sebuah kampung yang bernama Bojong Kunci.
Toko Opak Ranca Tungku--tetangga Kampung Bojong Kunci. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dudung Ridwan)
Ayo Jelajah 14 Agu 2025, 06:10 WIB

Sejarah Pramuka Indonesia Berawal dari Padvinders Hindia Belanda era Kolonial

Perjalanan kepanduan Indonesia sejak 1912, dari Padvinders, Pandu Rakyat, hingga lahirnya Gerakan Pramuka.
Sri Sultan Hamengkubuwono IX menerima penghargaan tertinggi Pramuka Dunia Bronze Wolf (Serigala Perunggu) dari Presiden World Scout Conference dalam sebuah upacara di Silang Monas, Jakarta, 1 Juni 1974. (Sumber: Pramuka DIY)
Ayo Netizen 13 Agu 2025, 21:05 WIB

Representasi Kemiskinan di Indonesia, Bukan Soal Angka tapi Realitas yang Ada

Kemiskinan bukan sekedar data statistik yang berpotensi bisa di utak-atik.
Bank Dunia lewat sebuah laporan menyebutkan bahwa jumlah masyarakat miskin di indonesia pada 2024 berjumlah 164 juta penduduk atau 68.2% penduduk Indonesia. (Sumber: Pexels/Raiza Azkaril)
Ayo Netizen 13 Agu 2025, 18:43 WIB

Kapan Terakhir Kali Seorang Anak Bilang: Aku Senang ke Sekolah?

Opini ini menggambarkan bagaimana keadaan pendidikan kita yang masih belum mampu membangun nalar kritis anak didiknya.
Opini ini menggambarkan bagaimana keadaan pendidikan kita yang masih belum mampu membangun nalar kritis anak didiknya. (Sumber: Pexels/Haidar Azmi)
Ayo Biz 13 Agu 2025, 17:37 WIB

Cerita di Balik Holycow!, Wynda Mardio dan Pesta Steak Tanpa Batas

Tren makan sepuasnya bukan lagi sekadar gaya hidup hotel berbintang, konsep ‘all you can eat’ kini menjelma jadi fenomena kuliner yang digandrungi.
Wynda Mardio, sosok pendiri sekaligus penggagas konsep makan sepuasnya di Holycow!. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 13 Agu 2025, 17:09 WIB

Peran Akuntan dalam Mencegah Praktik Greenwashing pada Laporan Keberlanjutan Perusahaan

Esai akademis ini membahas peran akuntan dalam menjaga transparansi informasi serta mencegah fenomena greenwashing.
Greenwashing adalah praktik menyesatkan yang dilakukan oleh perusahaan atau organisasi untuk memberikan kesan bahwa produk, layanan, atau operasi mereka lebih ramah lingkungan. (Sumber: Pexels/Alena Koval)
Ayo Biz 13 Agu 2025, 16:05 WIB

Terobosan dari Tanaman Liar untuk Odapus, Dari Keresahan Menjadi Harapan

Diagnosis Lupus sering datang terlambat karena menyamar dalam berbagai bentuk, membuat penderita tak menyadari tubuh mereka sedang melawan diri sendiri.
Prof. Afifah Sutjiatmo dan Prof. Elin Yulinah berhasil mengembangkan obat herbal dari tanaman cecendet atau ciplukan. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 13 Agu 2025, 15:12 WIB

Fenomena People Nearby: Sekadar Cari Teman atau Tren Selingkuh Digital Gaya Baru Anak Muda Bandung?

Cari teman baru lewat People Nearby? Hati-hati, interaksi yang awalnya cuma iseng ngobrol bisa berkembang menjadi selingkuh digital.
Seorang perempuan menggunakan fitur people nearby di ponselnya. (Sumber: pexels.com | Foto: cottonbro studio)