Balap Becak Bandung Tahun 1970-an, Fast and Furious ala Raja Jalanan

Bob Yanuar
Ditulis oleh Bob Yanuar diterbitkan Selasa 24 Jun 2025, 11:31 WIB
Balap becak Bandung tahun 1971. (Sumber: Majalah Mayapada)

Balap becak Bandung tahun 1971. (Sumber: Majalah Mayapada)

AYOBANDUNG.ID - Lupakan Vin Diesel dan Dominic Toretto. Bandung era 1970-an sudah punya versi lokal Fast and Furious, tapi dengan nama lebih sopan: balap becak. Bedanya, kecepatan bukan dari turbo, tapi dari nasi rames dan sebotol jamu buat doping halal. Dan jangan remehkan tikungan Gasibu, di sana banyak becak hampir salto tanpa efek CGI.

Kala itu, balap becak menjadi satu hiburan rakyat yang bikin degup jantung penonton meningkat dan betis para peserta kejang-kejang. Sebuah tontonan kolosal yang tak kalah menegangkan dari MotoGP, hanya saja tanpa Valentino Rossi dan tanpa mesin 1.000cc. Cukup dengan sepasang betis dan keyakinan.

Suasana balapan ini begitu berkesan hingga diabadikan oleh Majalah Mayapada No. 116, Th. IV, 6 Mei 1971. Begini narasinya:

"Belakangan ini mereka didjuluki 'Radja.' Radja djalanan, jg. ditakuti dan disegani. Bukan karena wibawa mereka jang patut dihormati, melainkan karena sepak terdjang mereka jang sungguh2 mentjiutkan 'njali'."

Siapa mereka? Ya, para tukang becak yang biasanya duduk melamun di bawah pohon kini menjelma jadi jagoan trek lurus. Balap becak bukan sekadar lomba genjot-genjotan. Ini adalah ajang eksistensi. Tempat tukang becak naik panggung. Momen ketika pedal-pedal jadi senjata dan becak berubah jadi kuda besi.

Bagaimana antusiasme publik? Jangan ditanya. Warga datang ramai-ramai, bahkan dari luar kota. Yang nonton sambil duduk di pinggir jalan, yang berdiri di trotoar, dan yang bawa anak kecil di atas pundak, semua larut dalam semangat. Kalah menang bukan soal. Yang penting lihat becak bisa lari seperti kesurupan.

Sejak tahun 1970-an, beberapa lokasi jadi arena balap: dari Gasibu, Gedung Sate, hingga finish line di Ciwastra. Tapi memori itu pelan-pelan larut oleh waktu. Untungnya masih ada yang mengingat. Salah satunya Adang Sudarman, tukang becak 63 tahun yang kami temui di sekitar Jalan Suniaraja, dekat Pasar Baru. Wajahnya terkejut begitu ditanya soal balap becak.

“Balap becak itu diadakan satu tahun sekali. Acara paling besar itu diadakan di Gasibu dan Gedung Sate,” ujar Adang. Soal hadiah? “Abdi ge hilap deui.”

Sosok Adang bukanlah pembalap. Ia penonton. Tapi ingat betul antusiasme rakyat kecil saat itu. Kadang, ia menonton sambil membayangkan jadi pembalap. Tapi hidup berkata lain. “Jadi dulu itu, yang langganan juara balap becak itu berasal dari timur. Kebanyakan kode becaknya itu KR,” ungkapnya. KR adalah kode untuk becak asal Kiaracondong, wilayah yang konon menghasilkan pembalap becak paling ganas.

Kabar dari Adang membawa Ayobandung pada nama samar: seseorang dari Kiaracondong yang selalu juara. Sebuah perburuan dimulai. Bertanya sana-sini, dari tukang parkir hingga pedagang gorengan. Hingga pada suatu hari, bertemulah Ayobandung dengan Maman Suherman, veteran pengayuh becak sejak 1970 yang hanya punya satu gigi tersisa tapi segudang cerita.

“Betul, dulu memang ada salah satu tukang becak yang selalu mewakili daerah Kiaracondong untuk balap. Di Jalan Papanggungan, coba cari di sana,” ujar Maman sambil naik becaknya, melenggang perlahan menyusuri aspal.

Balap becak Bandung tahun 1971. (Sumber: Majalah Mayapada)
Balap becak Bandung tahun 1971. (Sumber: Majalah Mayapada)

Gumbira Juara Sang Legenda Hidup

Jalan Papanggungan X, Sukapura, Kiaracondong. Sang legenda akhirnya ditemukan: Tarya Sutarya, pria jangkung berumur 70 tahun yang dulu dikenal sebagai Gumbira Juara. Ia bukan sembarang pengayuh becak. Ia juara sejati. Bukan sekali. Tapi tiga kali. Dan bukan menang karena hoki, tapi karena betis yang ditempa sejak usia 12 tahun.

“Saya itu gak sengaja narik becak, karena pas usia 12 tahun atau lulus SD kalau gak salah,” kenangnya. Becak yang ia kayuh adalah milik Pak Kastim, disewa Rp300 sehari. Bagi Tarya kecil, itu adalah awal dari segalanya. Ia narik becak dari tahun 1969, lebih tua dari sebagian besar gedung kantor kelurahan hari ini.

Sampai suatu hari, dari radio, ia dengar kabar tentang balapan becak di Gasibu dan Gedung Sate. “Ngincer hadiahnya,” katanya jujur, seperti anak SD mengejar permen.

Didukung teman-temannya yang tergabung dalam PEPERGA (Persatuan Pengayuh Roda Tiga), Tarya mendaftar. “Kalau gak salah waktu itu saya diantar teman yang lain untuk mengikuti lomba.”

Balapannya sendiri tidak main-main. Total ada 100 peserta, dibagi 10 grup. Setiap peserta harus mengelilingi lintasan tiga kali. Menariknya, becak tak boleh kosong. Harus ada penumpang sebagai penyeimbang. Ya, jadi pembalap becak saat itu butuh kecepatan dan kestabilan. Sedikit miring, bisa "tiguling."

Tarya kecil menang. “Alhamdulillah pas di putaran terakhir saya berhasil menjadi juara pertama dan mendapatkan hadiah dari panitia,” kenang Tarya. Hadiah itu bukan uang. Tapi lebih mulia dari uang: beras dua karung, kaos, jamu, dan radio baterai.

Tak berhenti di sana, ia menang lagi di dua kompetisi lain, termasuk lomba dengan rute Baleendah–Ciwastra. Luar biasa? Tentu. Saat itu, tukang becak jadi seperti legenda jalanan. Dan becak milik Tarya, diberi nama Gumbira, ikut menjadi legenda tersendiri.

Tarya pensiun dari balapan dan narik becak sekitar tahun 1982. Ia lalu bekerja di SPBU Jalan Riau hingga 2009. Sekarang? “Ya sekarang mah di rumah aja ngasuh incu,” katanya, lalu tertawa. Katanya, badannya masih bugar. “Mungkin pengaruh dulu narik becak, olahraga terus.”

Tarya sang Gumbira Juara, pelaku sejarah balap becak di Kota Bandung yang kini telah jarang diadakan. (Sumber: Ayobandung | Foto: Muslim Yanuar Putra)
Tarya sang Gumbira Juara, pelaku sejarah balap becak di Kota Bandung yang kini telah jarang diadakan. (Sumber: Ayobandung | Foto: Muslim Yanuar Putra)

Ia bukan cuma saksi sejarah. Tapi bagian dari sejarah itu sendiri. Ia tak punya medali emas, tapi ia punya kenangan yang cukup jadi cerita lintas generasi.

Balap becak memang sudah tinggal cerita. Kota berubah. Becak digantikan ojek online, balapan digantikan TikTok. Tapi kisah para “Radja Djalanan” seperti Tarya adalah pengingat bahwa Bandung pernah punya momen ketika rakyat kecil jadi sorotan, bukan karena kontroversi, tapi karena keberanian dan otot betis.

Sosok awam tak pernah masuk buku sejarah. Tapi mungkin, di hati warga sekitar Jalan Papanggungan, nama Gumbira Juara tetap hidup. Tak peduli berapa karung beras yang ia menangkan, yang penting: ia pernah jadi raja. Tanpa mahkota. Cukup dengan pedal dan semangat.

Kalau lewat Kiaracondong, tengoklah gang kecil di Papanggungan. Siapa tahu, Gumbira masih tersenyum di beranda rumah, menyambut cucu—dan sesekali, pewarta penasaran yang ingin menuliskan namanya lagi.

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Biz 25 Jun 2025, 15:48 WIB

Menunjugi Sentra Boneka Sayati Hilir di Tepian Bandung

Pasangan Elly Qodariah dan Agus Muhdiat menekuni profesi sebagai produsen boneka rumahan yang karyanya sudah menembus pasar internasional.
Penampakkan foto produk Boneka dari Sentra Boneka Sayati Hilir Bandung. (Foto: GMAPS)
Ayo Jelajah 25 Jun 2025, 15:22 WIB

Jejak Kabupaten Batulayang, Lumbung Kopi Belanda di Era Preangerstelsel

Kabupaten Batulayang pernah sejajar dengan Bandung sebagai lumbung kopi VOC di era Preangerstelsel saat Priangan pernah kuasai 75% perdagangan kopi dunia.
Salinan peta pada 1790 oleh Midderhof yang menggambarkan daerah gudang penyimpanan kopi dari Bandung dan Batulayang. (Sumber: sejarah-nusantara.anri.go.id)
Ayo Netizen 25 Jun 2025, 15:00 WIB

Menuju 100 Persen Implementasi Manajemen Talenta: Strategi Alternatif Akuisisi Talenta ASN

Implementasi manajemen talenta ASN hadapi tantangan besar.
Diseminasi Hasil Analisis Kebijakan Tahun 2024 (Sumber: Humas Pujar SKTASNAS | Foto: Humas Pujar SKTASNAS)
Ayo Netizen 25 Jun 2025, 14:03 WIB

Tangkal Hoaks, Cerdas Bermedsos

Mewaspadai penyebaran hoaks di media sosial dan melakukan edukasi digital menjadi langkah penting dalam membangun ekosistem informasi yang sehat dan bertanggung jawab.
 (Sumber: DW)
Ayo Biz 25 Jun 2025, 13:06 WIB

Rumah BUMN Banjaran Soreang, Tempat Ngumpulnya UMKM Kabupaten Bandung

Rumah BUMN Banjaran Soreang menjadi tempat berkumpulnya pelaku Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM) di Kabupaten Bandung. Siapapun yang ingin mengembangkan usaha dengan serius bisa merapat ke tempat
Pelatihan di Rumah BUMN Banjaran Soreang (Foto: Rizma Riyandi)
Ayo Netizen 25 Jun 2025, 11:20 WIB

Makan Mi, Hidup Happy: Filosofi Mi Instan di Dunia Mahasiswa

Di dunia mahasiswa, mi instan bukan hanya sekadar makanan, tapi ia adalah filosofi hidup.
Di dunia mahasiswa, mi instan bukan hanya sekadar makanan, tapi ia adalah filosofi hidup. (Sumber: Pexels/Rahul Pandit)
Ayo Netizen 25 Jun 2025, 08:58 WIB

Trend Plastic Surgery, Akankah di Masa Depan Wajah Asli Manusia Hilang?

Operasi plastik menjadi tren yang hangat diperbincangkan akhir-akhir ini.
Terlebih trend ini sudah banyak diikuti oleh publik figure yang sering kali (Sumber: Pexels Youssef Labib)
Ayo Jelajah 24 Jun 2025, 21:08 WIB

Gunung Selacau, Jejak Dipati Ukur dan Letusan Zaman yang Kini Digilas Tambang

Dari caping petani purba hingga saksi gerilya anti-VOC, warisan Selacau tinggal menunggu ajal.
Potret salah satu dinding Gunung Selacau pada Juni 2024 yang tampak terpapas digerogoti aktivitas tambang batu. (Sumber: Google Earth)
Ayo Biz 24 Jun 2025, 19:09 WIB

Menyambut Perubahan Zaman, Bursa Sajadah dan Langkah Digitalisasi Ritel Ibadah

Dalam lanskap ritel perlengkapan ibadah yang kian dinamis, adaptasi terhadap perubahan bukan lagi sekadar pilihan, melainkan menjadi keharusan.
Bursa Sajadah, yang telah hadir lebih dari satu dekade dan berdiri sejak 1998 menjadi contoh menarik dari bagaimana sebuah bisnis tradisional menjawab tantangan zaman. (Sumber: Bursa Sajadah)
Ayo Biz 24 Jun 2025, 17:59 WIB

Melangkah ke Hongkong Lewat Sepiring Dimsum: Cerita di Balik Dimsum Sembilan Ayam

Dimsum Sembilan Ayam hadir sebagai jembatan rasa yang membawa pelanggan menyusuri lorong-lorong kuliner Asia tanpa perlu menginjakkan kaki ke luar negeri.
Dimsum Sembilan Ayam hadir sebagai jembatan rasa yang membawa pelanggan menyusuri lorong-lorong kuliner Asia tanpa perlu menginjakkan kaki ke luar negeri. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 24 Jun 2025, 13:11 WIB

Perjuangan UMKM Bandung, Cerita Kostum Anak Imut Berhasil Melewati Pandemi

Tak pernah terpikir sebelumnya oleh Any Fitriany (49) bahwa hobi mencarikan kostum panggung untuk anaknya bisa menjadi bisnis yang menjanjikan, Kostum Anak Imut
Any menunjukkan produk Kostum Anak Imut. (Foto: Rizma Riyandi)
Ayo Jelajah 24 Jun 2025, 11:31 WIB

Balap Becak Bandung Tahun 1970-an, Fast and Furious ala Raja Jalanan

Bandung punya sejarah balap becak yang luar biasa. Salah satunya, Tarya si Gumbira Juara, pengayuh becak legendaris dari Kiaracondong.
Balap becak Bandung tahun 1971. (Sumber: Majalah Mayapada)
Ayo Netizen 24 Jun 2025, 10:44 WIB

Semua Anak Berhak Sekolah!

SPMB sudah seharusnya dapat dirasakan manfaatnya oleh semua anak Indonesia, tak terkecuali, karena semua anak berhak sekolah!
Apa langkah serius pemerintah dalam memenuhi kewajibannya menjamin pembiayaan pendidikan di sekolah, tidak hanya sekolah negeri, tapi juga sekolah swasta? (Sumber: Pexels/Yazid N)
Ayo Biz 24 Jun 2025, 09:57 WIB

Gang Sereh, Sentra Layang-layang di Tengah Kota Bandung

Di tengah dominasi permainan virtual, sebuah gang kecil di Kota Bandung masih menjadi denyut mempertahankan permainan tradisional, layang-layang. Gang Sereh di kawasan Jalan Cibadak, menjadi titik pal
Layangan di toko Japar Gang Sereh Bandung (Foto: Dok Toko Japar)
Ayo Netizen 24 Jun 2025, 08:58 WIB

ASN Zaman Now: Kerja Fleksibel, Literasi Digital Jadi Modal Utama

ASN kini kerja fleksibel dari mana saja. Tapi tanpa literasi digital, bisa tertinggal. Yuk, upgrade skill biar nggak jadi fosil birokrasi di era digital!
Pelatihan Digital Talent Scholarship, Government Transformations Academy Tahun 2024 (Sumber: Dok.Pribadi | Foto: Ammy)
Beranda 23 Jun 2025, 20:06 WIB

14 Lokasi Tambang Ilegal Ditemukan di Bandung Barat

Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyatakan komitmennya untuk menindak tambang ilegal dan memastikan seluruh aktivitas pertambangan mematuhi ketentuan yang berlaku.
Ilustrasi tambang di kawasan Kabupaten Bandung Barat. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Jelajah 23 Jun 2025, 19:11 WIB

Batulayang Dua Kali Hilang, Direbus Raja Jawa dan Dihapus Kompeni Belanda

Pertama hilang karena Dipati Ukur kalah perang. Kedua bubar karena bupatinya dituding pecandu opium dan gagal urus panen kopi.
Batulayang dalam peta di buku Priangan De Preanger-Regentschappen onder het Nederlandsch Bestuur tot 1811
Ayo Biz 23 Jun 2025, 18:30 WIB

Koleksi yang Bernafas: Cerita Hidup Mas Dany dalam Streetwear

Rise Above & Relentless, sebuah kapsul koleksi tribute yang tak sekadar pakaian, tetapi narasi tentang perjuangan, cinta, dan warisan.
Rise Above & Relentless, sebuah kapsul koleksi tribute yang tak sekadar pakaian, tetapi narasi tentang perjuangan, cinta, dan warisan. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 23 Jun 2025, 16:43 WIB

ASN Corporate University dan Jalan Panjang Birokrasi Pembelajar

ASN Corporate University (Corpu) adalah sebuah sistem yang bukan sekadar konsep, melainkan perangkat nyata untuk membangun birokrasi yang terus belajar.
Ceramah Pelatihan Kepemimpinan Nasional Tk II Tahun 2024 (Sumber: Humas Pusjar SKTASNAS | Foto: Humas Pusjar SKTASNAS)
Ayo Biz 23 Jun 2025, 15:21 WIB

Menyusuri Sentra Bedil Cipacing

Nama Desa Cipacing, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, sudah lama dikenal sebagai pusat produksi senapan angin atau bedil di Indonesia.
Kampung Cipacing merupakan sentra bedil atau senapan angin di Jatinangor. (Foto: Ist)