Komunikasi Salah Kaprah, Jangan Tolerir Sebutan LGBT

Muhammad Sufyan Abdurrahman
Ditulis oleh Muhammad Sufyan Abdurrahman diterbitkan Kamis 03 Jul 2025, 09:23 WIB
Hari ini, prilaku menyimpang bisa disamarkan dengan berbagai istilah global yang membuat terlihat keren dan terkoneksi global seperti LGBT. (Sumber: Pexels/Alexander Grey)

Hari ini, prilaku menyimpang bisa disamarkan dengan berbagai istilah global yang membuat terlihat keren dan terkoneksi global seperti LGBT. (Sumber: Pexels/Alexander Grey)

Kita sedang hidup di zaman ketika banyak dosa makin sering disamarkan lewat cara komunikasi publik yang terdengar ramah dan keren. Perilaku menyimpang yang dulunya disebut apa adanya, kini dibungkus istilah yang dianggap modern dan sah diperjuangkan.

Salah satunya, sebutan bencong atau banci kini diganti dengan kata seperti LGBT, gay, queer, atau nonbiner.

Pertanyaannya, apakah penggantian istilah ini benar-benar membawa nilai kemanusiaan yang lebih baik, atau justru menyuburkan perilaku yang bertentangan dengan semua ajaran agama di negeri ini?

Sebelum lebih luas, KBBI daring menyebut banci adalah bencong, serta sebaliknya, dengan definisi, "1. tidak berjenis laki-laki dan juga tidak berjenis perempuan; 2 laki-laki yang bertingkah laku dan berpakaian sebagai perempuan; wadam; waria;" Artinya, negara mengakui kata tersebut tanpa ada tendensi merendahkan seseorang.

Namun setidaknya lima tahun terakhir, muncul istilah baru tersebut. Dalam konteks budaya Indonesia yang menjunjung tinggi norma dan nilai-nilai ketuhanan, penggunaan istilah global ini justru berbahaya. Penghalusan istilah itu menghapus rasa salah dan membuka ruang pembenaran.

Jika dulu seorang remaja yang mulai bergaya kewanita-wanitaan mungkin merasa malu atau ditegur, sekarang ia cukup menyebut dirinya sebagai queer atau bagian spektrum LGBTQ. Ia merasa itu adalah hak, bukan pelanggaran.

Di sinilah jebakan eufemisme bekerja. Kata-kata yang mestinya memberi batas moral malah berubah menjadi selimut penyangkalan. Bahaya yang mestinya diwaspadai menjadi gaya hidup yang dirayakan. Bahasa dalam komunikasi membentuk realitas. Dan ketika kata-kata itu tidak lagi menunjukkan kejujuran makna, masyarakat akan terseret normalisasi.

Semua agama di Indonesia, dari Islam, Kristen, Katolik, Hindu, hingga Buddha, dengan jelas menolak perilaku homoseksual. Namun karena istilah seperti gay dan queer terasa netral, bahkan modern, banyak yang mulai menganggapnya bukan lagi masalah moral, tapi semata-mata pilihan identitas.

Ketika diksi yang digunakan berubah, rasa bersalah pun ikut menghilang. Padahal rasa bersalah itulah awal dari kesadaran untuk berubah.

Contoh eufemisme lain yang kontraproduktif bisa ditemukan di berbagai ranah sosial. Koruptor disebut menyalahgunakan anggaran. Pelacur disebut pekerja seks komersial.

Pembunuhan janin disebut hak reproduksi. Anak-anak muda yang kecanduan judi online disebut gamers dengan minat khusus. Aborsi bahkan dipanggil: hak reproduksi perempuan!

Semua ini tampak seolah untuk menghormati, padahal yang terjadi justru sebaliknya. Masyarakat kehilangan kemampuan untuk melihat mana yang benar dan mana yang salah.

Komunikasi dan bahasa sepatutnya mendidik, bukan menyembunyikan. Dalam konteks dakwah dan pendidikan moral, penggunaan istilah yang jujur sangat penting. Qullil haqqi wa lau kanna murron, katakanlah yang benar sekalipun pahit.

Komunikasi Jujur

Hari ini, prilaku menyimpang bisa disamarkan dengan berbagai istilah global yang membuat terlihat keren dan terkoneksi global seperti LGBT. (Sumber: Pexels/Alexander Grey)
Hari ini, prilaku menyimpang bisa disamarkan dengan berbagai istilah global yang membuat terlihat keren dan terkoneksi global seperti LGBT. (Sumber: Pexels/Alexander Grey)

Kita, memang, boleh berbicara santun, tapi tidak boleh mengaburkan fakta. Bila istilah lokal seperti bencong dianggap kasar, maka sampaikanlah dengan empati dan kasih, namun tetap jujur.

Jangan ganti dengan istilah yang malah menguatkan jaringan global penyimpangan itu. Yang membuat pelaku merasa dibenarkan dunia modern.

Di dunia digital, hal ini semakin genting. Ketika seseorang yang menyebut dirinya queer di Indonesia merasa menjadi bagian dari gerakan global yang didukung selebritas, film, influencer, bahkan lembaga internasional, ia mendapatkan penguatan terus-menerus.

Kritik dari masyarakat lokal dianggap intoleransi, bukan nasihat kultural atau spiritual. Perilaku yang mestinya menjadi titik perbaikan justru dijadikan identitas permanen.

Komunikasi publik harus berani berkata tegas namun tidak menghina. Bahasa harus kembali menjadi alat membimbing, bukan membungkus penyimpangan.

Jika kita ingin generasi muda Indonesia tumbuh dengan arah moral sehat, kita tidak bisa lagi menyerahkan bahasa pada kampanye global yang tak peduli nilai luhur bangsa ini.

Inilah saatnya kita kembali jujur dalam berbahasa, jangan sampai demi alasan sopan dan modern, kita ikut menormalisasi perilaku salah. Bukan berarti kita harus kasar atau membenci.

Justru sebaliknya, cinta sejati muncul ketika kita mau mengatakan yang benar meskipun itu tidak populer. Kita tidak sedang menolak manusia, tapi menolak perilakunya! (*)

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Muhammad Sufyan Abdurrahman
Peminat komunikasi publik & digital religion (Comm&Researcher di CDICS). Berkhidmat di Digital PR Telkom University serta MUI/IPHI/Pemuda ICMI Jawa Barat
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Biz 21 Nov 2025, 17:55 WIB

Komunitas Blogger BDG Merawat Bandung dengan Tulisan dan Kebersamaan

Komunitas Blogger BDG hadir sebagai wadah yang menampung semangat untuk merawat merawat memori kota dengan cara yang intim, personal, dan penuh cinta.
Komunitas Blogger BDG hadir sebagai wadah yang menampung semangat untuk merawat merawat memori kota dengan cara yang intim, personal, dan penuh cinta. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 17:27 WIB

Melihat Tuturan 'Arogan' dari Kacamata Linguistik

Esai ini membedah percakapan anggota DPR, Cucun Ahmad Syamsurijal, dengan peserta pada suatu forum SPPG di Bandung.
Jikapun ada masyarakat yang bersikap arogan pada pemerintah atau pejabat lantas memangnya kenapa? (Sumber: Ilustrasi oleh ChatGPT)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 17:02 WIB

Mewujudkan Kota Bandung yang Ramah bagi Wisata Pedestrian

Trotoar-trotoar yang seharusnya diperuntukkan bagi pedestrian beralih fungsi menjadi tempat parkir kendaraan, khususnya roda dua.
Pengerjaan revitalisasi trotoar di sepanjang Jalan Lombok Kota Bandung pada Jumat, 26 September 2025. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 16:43 WIB

Sanghyang Kenit: Surga Wisata Alam Bandung Barat, Tawarkan Banyak Wahana dalam Satu Destinasi

Salah satu destinasi yang semakin populer adalah Sanghyang Kenit, sebuah kawasan wisata alam yang terletak di Cisameng, Kecamatan Cipatat.
tebing batu unik di Sanghyang Kenit yang dialiri arus sungai deras, menciptakan pemandangan alam yang khas dan menarik perhatian pengunjung (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Nada Ratu Nazzala)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 16:13 WIB

Bukan Sekadar Gaya Hidup, Work From Cafe jadi Penunjang Produktivitas Kalangan Muda

Work from Café (WFC) menawarkan suasana baru untuk mengatasi kejenuhan dalam bekerja.
Salah satu mahasiswa sedang mengerjakan tugas di salah satu Café di Kota Bandung (30/10/2025) (Foto: Syifa Givani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 16:04 WIB

Kisah Jajanan Sore 'Anget Sari' yang Dekat dengan Mahasiswa

Kisah Anget Sari, lapak gorengan di Sukapura yang dikenal karena mendoan hangat, bahan segar, dan pelayanan ramah.
Suasana hangat di lapak Anget Sari saat pemilik menyajikan gorengan untuk pelanggan, di Kampung Sukapura, Kecamatan Dayeuhkolot, Bandung, Selasa (28/10/2025) (Sumber: Nailah Qurratul Aini | Foto: Nailah Qurratul Aini)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:41 WIB

UMKM Tahura Bandung Tumbuh Bersama di Tengah Perubahan Kawasan Wisata

Mengkisahkan tentang seorang pedagang pentol kuah yang ikut tumbuh bersama dengan berkembangnya kawasan wisata alam Tahura
Seorang pedagang sedang menjaga warungnya di Kawasan wisata tahura, (25/10/25) (Foto: M. Hafidz Al Hakim)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:21 WIB

Fenomena Turisme Bandung: Pesona Edukatif dan Konservatif di Lembang Park & Zoo

Lembang Park & Zoo menghadirkan wisata edukatif dan konservatif di Bandung.
Siap berpetualang di Lembang Park & Zoo! Dari kampung satwa sampai istana reptil, semua seru buat dikunjungi bareng keluarga (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Adil Rafsanjani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:10 WIB

Pengalaman Rasa yang Tidak Sesuai dengan Ekspektasi

Hunting kuliner memang tidak selalu berbuah dengan rasa yang lezat, beberapa di antaranya rasa yang tidak sesuai dengan review dan harga yang sangat fantastis.
Hunting kuliner memang tidak selalu berbuah dengan rasa yang lezat, beberapa di antaranya rasa yang tidak sesuai dengan review dan harga yang sangat fantastis (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 14:49 WIB

Scroll Boleh, Meniru Jangan, Waspada Memetic Violence!

Saatnya cerdas dan bijak bermedsos, karena satu unggahan kita hari ini bisa membawa pengaruh besar bagi seseorang di luar sana.
Ilustrasi asyiknya bermedia sosial. (Sumber: pixabay.com | Foto: Istimewa)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 13:02 WIB

Hangatnya Perpaduan Kopi dan Roti dari Kedai Tri Tangtu

Roti Macan dimulai dari ruang yang jauh lebih kecil dan jauh lebih sunyi, yaitu kedai kopi.
Kedai kecil itu menciptakan suasana hangat dari aroma Roti Macan pada hari Selasa (04/11/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Wafda Rindhiany)
Ayo Jelajah 21 Nov 2025, 11:17 WIB

Sejarah Soreang dari Tapak Pengelana hingga jadi Pusat Pemerintahan Kabupaten Bandung

Sejarah Soreang dari tempat persinggahan para pengelana hingga menjelma pusat pemerintahan modern Kabupaten Bandung.
Menara Sabilulunga, salah satu ikon baru Soreang. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Jelajah 21 Nov 2025, 11:16 WIB

Sejarah Black Death, Wabah Kematian Perusak Tatanan Eropa Lama

Sejarah wabah Black Death yang menghancurkan Eropa pada awal abad ke-14, menewaskan sepertiga penduduk, dan memicu lahirnya tatanan baru.
Lukisan The Triumph of Death dari Pieter Bruegel (1562) yang terinspirasi dari Black Death. (Sumber: Wikipedia)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 10:17 WIB

History Cake Bermula dari Kos Kecil hingga Jadi Bagian 'Sejarah Manis' di Bandung

History Cake dimulai dari kos kecil pada 2016 dan berkembang lewat Instagram.
Tampilan area display dan kasir History Cake yang menampilkan beragam Korean cake dan dessert estetik di Jalan Cibadak, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung. (30/10/2025) (Sumber: Naila Husna Ramadhani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 09:29 WIB

Dari Tiktok ke Trotoar, ‘Iseng’ Ngumpulin Orang Sekota untuk Lari Bareng

Artikel ini menjelaskan sebuah komunitas lari yang tumbuh hanya iseng dari Tiktok.
Pelari berkumpul untuk melakukan persiapan di Jl. Cilaki No.61, Cihapit, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, pada Sabtu pagi 15 November 2025 sebelum memulai sesi lari bersama. (Sumber: Rafid Afrizal Pamungkas | Foto: Rafid Afrizal Pamungkas)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 08:06 WIB

Giri Purwa Seni Hadirkan Kecapi Suling sebagai Pelestarian Kesenian Tradisional Sunda

Giri Purwa Seni di Cigereleng menjaga warisan kecapi suling melalui produksi, pelatihan, dan pertunjukan.
Pengrajin Giri Purwa Seni menampilkan seperangkat alat musik tradisional berwarna keemasan di ruang pamer Giri Purwa Seni, Jl. Soekarno Hatta No. 425, Desa Cigereleng, Astana Anyar, Karasak, pada Senin, 10 November 2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Biz 20 Nov 2025, 21:19 WIB

Desa Wisata Jawa Barat Menumbuhkan Ekonomi Kreatif dengan Komitmen dan Kolaborasi

Desa wisata di Jawa Barat bukan sekadar destinasi yang indah, namun juga ruang ekonomi kreatif yang menuntut ketekunan, komitmen, dan keberanian untuk terus berinovasi.
Upacara Tutup Tahun Kampung Cireundeu, Merawat Tradisi dan Syukur Kepada Ibu Bumi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 20:18 WIB

Ngaruat Gunung Manglayang, Tradisi Sakral Menjaga Harmoni Alam dan Manusia

Ngaruat Gunung Manglayang adalah tradisi tahunan untuk menghormati alam.
Warga adat melakukan ritual ruatan di kaki Gunung Manglayang sebagai bentuk ungkapan syukur dan doa keselamatan bagi alam serta masyarakat sekitar.di Gunung Manglayang, Cibiru, Bandung 20 Maret 2025 (Foto: Oscar Yasunari)
Ayo Biz 20 Nov 2025, 18:23 WIB

Desa Wisata, Ekonomi Kreatif yang Bertumbuh dari Akar Desa

Desa wisata, yang dulu dianggap sekadar pelengkap pariwisata, kini menjelma sebagai motor ekonomi kreatif berbasis komunitas.
Wajah baru ekonomi Jawa Barat kini tumbuh dari desa. Desa wisata, yang dulu dianggap sekadar pelengkap pariwisata, kini menjelma sebagai motor ekonomi kreatif berbasis komunitas. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 17:21 WIB

Lenggak-lenggok Jaipong di Tengah Riuh Bandung dan Pesona Tradisi

Tari Jaipong tampil memukau di West Java Festival 2025. Gerak enerjik dan musik riuh membuat penonton antusias.
Penampilan tari Jaipong menghiasi panggung West Java Festival 2025 dengan gerakan energik yang memukau penonton, Minggu (9/11/2025). (Sumber: Selly Alifa | Foto: Dokumentasi Pribadi)